Sebuah pesawat kargo asal Ethiopia dipaksa mendarat di Batam usai memasuki ruang udara Indonesia tanpa izin. Maskapai berdalih hukum internasional membenarkan penerbangan transit tanpa izin negara tuan rumah.
Iklan
Dua pesawat tempur F-16 milik TNI Angkatan Udara menghadang sebuah pesawat angkut milik maskapai Ethiopian Airlines lantaran memasuki wilayah udara Indonesia tanpa izin. Pesawat tersebut dipaksa mendarat di Bandara Hang Nadim, Batam, Senin (14/1)
Pesawat bernomor penerbangan ETH 3728 itu sedianya terbang dari Addis Ababa menuju Hong Kong. Namun pilot melakukan pemberhentian tak terjadwal di Singapura untuk menjalani perawatan pada mesin pesawat. Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Novyan Samyoga mengatakan pihaknya menyita pesawat Boeing Co 777 Cargo tersebut selama pemeriksaan.
Manajemen Ethiopian Airlines mengatakan pilot tidak melanggar ketentuan ketika memasuki ruang udara Indonesia. "Pesawat melintasi wilayah Indonesia sesuai dengan artikel 5 ICAO Chicago Convention menyangkut penerbangan tak terjadwal bisa melintasi ruang udara negara sahabat tanpa izin," begitu bunyi jawaban tertulis maskapai kepada Reuters.
Maskapai pelat merah Ethiopia itu mengklaim sudah menyampaikan hal tersebut kepada pihak TNI Angkatan Udara. Adapun para kru dan awak kapal saat ini beristirahat di hotel sebelum melanjutkan penerbangan mereka.
Pasal kelima Konvensi Penerbangan Sipil Internasional di Chicago memang mengizinkan pesawat asing melintasi ruang udara negara mitra, namun juga memberikan wewenang pada tuan rumah untuk meminta pesawat agar mendarat.
Menurut laporan Kompas, pemeriksaan sementara oleh petugas TNI terhadap isi kargo diakhiri tanpa temuan barang ilegal. "Proses pemeriksaan masih berjalan, bahkan hari ini pihak masakapai Ethiopian Airline tiba di Batam untuk memberikan keterangan," kata Jurubicara Lanud Raja Haji Fisabilillah (RHF) Letnan Angger, Selasa (15/1).
Pilot pesawat yang berkewarganegaraan Kanada mengaku tidak tahu rute penerbangan melintasi ruang udara Indonesia. Kepada Kompas dia mengaku membawa mesin yang dipesan untuk dibawa ke Hongkong. Kepala Bandara Hang Nadim, Suwarso, mengklaim pesawat terbang rendah saat melintasi udara Sumatera dan sebab itu terdeteksi radar TNI AU.
Ketika dihubungi oleh otoritas navigasi udara (AirNav) Indonesia, pilot tidak bisa menyebutkan izin terbang atau Flight Clearence. Setelah prosedur itu, baru kemudian Komando Pertahanan Udara Nasional memerintahkan dua jet tempur untuk menyergap pesawat di kawasan udara Riau,b dan memaksanya mendarat.
rzn/as (rtr, kompas, tribun)
Armada Elang Militer Perancis untuk Menghalau Pesawat Tanpa Awak
Untuk menghadapi kemungkinan serangan dan spionase di Perancis, Angkatan Udara Perancis melatih sejumlah elang emas untuk memburu dan melumpuhkan pesawat tanpa awak.
Foto: Getty Images/AFP/G. Gobet
D‘Artagnan menyerang musuh
Sejak pertengahan 2016, D‘Artagnan telah dilatih untuk menghalau potensi acaman udara. Selain D' Artagnan ada burung elang lainnya di Pangkalan Udara Mont-de-Marsan, yaitu Athos, Porthos dan Aramis. Ketiganya dinamai berdasarkan karakter dalam novel Alexandre Dumas, "The Three Muskateers."
Foto: Getty Images/AFP/G. Gobet
Angkatan Udara Perancis dan elang pemburu drone
Mont-de-Marsan adalah satu dari lima pangkalan udara di Perancis yang menggunakan tempat pelatihan elang. Elang ini kerap menakuti burung-burung lain untuk tidak mendekati landasan pacu. Hal ini dapat mengurangi resiko kecelakaan ketika pesawat lepas landas ataupun mendarat. Elang-elang ini kini bertugas sebagai pemburu pesawat nirawak sebagai respon serangkaian serangan teroris sejak 2015 lalu.
Foto: Getty Images/AFP/G. Gobet
D‘ Artagnan menyelesaikan misi
Dalam 20 detik D‘ Artagnan berhasil mencengkram pesawat nirawak, membawanya ke darat dan menutup dengan kedua sayap lebarnya. Ide burung pemangsa untuk menghadang drone pertama kali dicetuskan oleh Kepolisian Belanda. Akhir 2015 mereka mulai menggunakan spesies elang botak untuk bertugas.
Foto: Getty Images/AFP/G. Gobet
Daging yang tersaji diatas drone
Kecepatan burung elang bisa mencapai 80 km/jam. Besar di penangkaran, sejak umur tiga minggu keempat elang diajarkan untuk menyantap makanan yang disajikan diatas drone. Hal ini membuat mereka berpikir jika menangkap drone mereka akan dapat makanan. Sekarang, jika mereka mendengar bunyi drone, naluri pemburu mereka muncul. Sepotong daging menjadi hadiah bagi mereka jika berhasil menangkap drone.
Foto: Getty Images/AFP/G. Gobet
Memburu Drone
Militer Perancis memilih menggunakan elang emas untuk memburu drone. Burung-burung ini terlahir dengan insting pemburu alami, paruh bengkok, mata emas, dan sayap selebar 2,2 meter. Seperti burung pemangsa kebanyakan, elang emas memiliki penglihatan tajam dan mampu melihat targetnya dari jarak 2 kilometer.
Foto: Getty Images/AFP/G. Gobet
Pemangsa Unik
Elang emas memiliki kaki-kaki yang kuat, seluruh tubuhnya dilapisi bulu yang lebat, dan cakarnya mampu menyambar ragam mangsa dari kelinci hingga tupai. Namun di Mont-de-Marsan, mereka memangsa drone.
Foto: Getty Images/AFP/G. Gobet
Menjadi Hewan Kesayangan
Untuk melindungi elang-elang ini, pihak militer membuat pelindung berbahan kulit, berserat kuat, dan tahan ledakan, untuk melindungi cakar mereka. Pelatih mereka mengatakan, sayang pada elang-elangnya. Ia juga tidak mengirim elang untuk melakukan tugas yang tidak mungkin dilakukan, misalnya menangkap drone besar dengan baling-baling yang bisa mematikan. Penulis: Nadine Berghausen (rap/sc/ml)