Jika Cina Serang Taiwan, Dampaknya Melebihi Perang Ukraina
15 Juni 2022
Kepala Negosiator Perdagangan Taiwan mengatakan setiap serangan Cina terhadap Taiwan memiliki dampak yang lebih besar pada perdagangan global, daripada perang Ukraina dan bisa mengarah pada kekurangan chip semikonduktor.
Iklan
Invasi Rusia ke Ukraina pada Februari lalu telah memicu kenaikan harga komoditas dan larangan ekspor pangan, yang menyebabkan kekhawatiran bencana kelaparan di negara-negara miskin. Kepala Negosiator Perdagangan Taiwan John Deng mengatakan pada Selasa (14/06) bahwa serangan Cina ke Taiwan akan berpotensi terhadap gangguan perdagangan yang lebih buruk, mengingat ketergantungan dunia pada Taiwan untuk chip semikonduktor yang digunakan pada kendaraan listrik dan ponsel.
"Gangguan terhadap rantai pasokan internasional, gangguan pada tatanan ekonomi internasional, dan kesempatan untuk tumbuh akan jauh, jauh lebih signifikan, daripada yang ini (perang Ukraina)," katanya kepada Reuters dalam sebuah wawancara di sela-sela pertemuan tingkat menteri Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) di Jenewa, Swiss.
"Akan ada kekurangan pasokan di seluruh dunia," tambahnya.
Pemerintah Taiwan belum melaporkan tanda-tanda bakal adanya serangan dari Cina, tetapi mereka telah meningkatkan tingkat kewaspadaannya sejak perang Ukraina dimulai, waspada terhadap niat Beijing.
Pemerintah Cina mengatakan ingin "reunifikasi damai", tetapi mencadangkan opsi lain untuk Taiwan, yang dianggapnya sebagai provinsi Cina, yang secara demokratis memiliki pemerintahan sendiri.
Menengok Kamp Pelatihan Unit Angkatan Laut Paling Elit Taiwan
Diterima di unit elit Pengintaian dan Patroli Amfibi Taiwan (ARP) sama sulitnya dengan menjadi pasukan SEAL Angkatan Laut Amerika Serikat. Para kandidat harus lolos ujian dan pelatihan berat selama beberapa pekan.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Tangguh seperti pasak baja
Program pelatihan bagi mereka yang ingin bergabung dengan unit angkatan laut elit Taiwan berlangsung selama 10 minggu. Tahun ini, 31 peserta lolos tes untuk mengikuti program ini, tetapi hanya 15 orang yang akan diterima. Di pangkalan angkatan laut Zuoying di Taiwan selatan, tubuh dan jiwa benar-benar diuji — satu latihan mengharuskan peserta tidur di atas beton yang dingin.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Disiram air dingin
Setelah menghabiskan sepanjang hari di laut, peserta pelatihan disiram dengan air dingin. Lelah dan gemetar, mereka berdiri di dermaga. Tujuan dari kamp pelatihan ini adalah untuk menempa para peserta mengembangkan kemauan yang kuat. Tidak peduli seberapa sulit misi mereka, kesetiaan terhadap rekan-rekan mereka, dan angkatan laut harus teguh.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Latihan berat di pantai
Yu Guang-Cang ikut dalam latihan di pantai. Sepintas terlihat seperti latihan senam bis. Namun, sebetulnya peserta melakukan latihan berat, mulai dari "long march" hingga berjam-jam dan latihan di dalam air. Instruktur mereka memiliki reputasi sebagai orang yang tegas tanpa kompromi. Waktu istirahat pendek dan jarang. Sering kali hanya ada waktu untuk minum seteguk dan ke toilet.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Cat perang
Seorang peserta pelatihan berjuang melawan kelelahan saat dia diolesi cat kamuflase. Semua peserta ikut secara sukarela. Kebanyakan ingin menguji coba batas ketangguhannya. Pelatihan ini dimaksudkan untuk mensimulasikan tantangan berat perang. Komandan angkatan laut mengharapkan, para peserta dapat difungsikan ketika keadaan menjadi sangat gawat.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Hanya semangat baja yang lulus
Para kandidat menghabiskan sebagian besar waktu mereka di laut atau kolam renang. Mereka harus belajar menahan napas untuk waktu yang cukup lama, berenang dengan peralatan tempur lengkap, dan menyerbu pantai dari laut. Sering kali untuk aksinya kaki dan tangan mereka diikat. Latihan ini bukan untuk mereka yang cengeng.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Mendekati batas peregangan
Para peserta tidak hanya harus lulus tes kekuatan dan daya tahan, mereka juga menghadapi beberapa latihan peregangan ekstrem. Ou Zhi-Xuan yang berusia 25 tahun menangis kesakitan saat dia diregangkan mendekati batas kelenturan. Jika ada yang melawan instruktur saat berada di bawah tekanan berat, mereka segera dikeluarkan dari program ARP.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Dihina dan dilecehkan
Tentu saja, para kandidat harus berlatih sambil mengenakan perlengkapan tempur. Mereka harus menghadapi semburan pelecehan dan penghinaan dari instruktur unit elit angkatan laut. Pesrta mendapat istirahat satu jam setiap enam jam. Selama waktu ini, mereka harus makan, biasanya bawang putih untuk memperkuat sistem kekebalan tubuh, mendapatkan bantuan medis, pergi ke toilet, dan tidur.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Jalan berbatu menuju surga
Latihan terakhir disebut "jalan menuju surga." Peserta pelatihan harus mengatasi rintangan yang unik. Mereka dipaksa untuk merangkak, praktis telanjang, di jalan berbatu, dan melakukan push-up, meskipun mereka sudah lelah dari minggu-minggu sebelumnya. "Saya tidak takut mati," kata salah satu peserta pelatihan, Fu Yu, 30 tahun.
Foto: ANN WANG/REUTERS
Diberi selamat dengan bunyi lonceng
Xu De-Yu menandai akhir dari kamp pelatihan ARP dengan membunyikan lonceng. Dia adalah salah satu yang "beruntung" lulus ujian. "Tentu saja, kami sama sekali tidak akan memaksa siapa pun, semua orang ada di sini secara sukarela," tegas instruktur Chen Shou-lih, 26. Pesannya kepada para peserta: "Kami tidak akan menyambut Anda bergabung begitu saja, hanya karena Anda ingin datang." (rs/as)
Foto: ANN WANG/REUTERS
9 foto1 | 9
WTO berharap bisa mewujudkan keamanan pangan global
Taiwan mendominasi pasar global untuk produksi chip paling canggih dan ekspornya bernilai US $118 miliar (Rp1.742 triliun) pada tahun 2021. Deng mengatakan dia berharap dapat mengurangi 40 persen bagian dari ekspornya ke Cina.
Invasi Rusia adalah menjadi tragedi pertama kalinya dalam sejarah pengawas perdagangan global WTO, di mana satu anggotanya telah menginvasi anggota yang lain. Badan itu berharap untuk mencapai paket kesepakatan, termasuk keamanan pangan untuk meringankan pasokan.
Taiwan yang turut andil dalam sanksi Barat terhadap Rusia, memberikan sambutan baik terhadap delegasi WTO Ukraina pada hari Minggu (12/06). WTO adalah salah satu dari sedikit organisasi multilateral di mana Cina dan Taiwan bekerja berdampingan sejak Beijing memblokir partisipasinya pada negara lain.