Pemakaian jilbab karena kesadaran, sebagai pilihan dan ekspresi pencarian jati diri Muslimah, tanpa paksaan atau tekanan, patut dihormati dan dihargai. Simak sejarah jilbab dalam ulasan Nong Darol Mahmada.
Iklan
Pakaian penutup kepala perempuan di Indonesia semula lebih umum dikenal dengan kerudung, tetapi permulaan tahun 1980-an lebih populer dengan jilbab. Jilbab berasal dari akar kata jalaba, berarti menghimpun dan membawa. Jilbab pada masa Nabi Muhammad SAW ialah pakaian luar yang menutupi segenap anggota badan dari kepala hingga kaki perempuan dewasa.
Jilbab dalam arti penutup kepala hanya dikenal di Indonesia. Di beberapa negara Islam, pakaian sejenis jilbab dikenal dengan beberapa istilah, seperti chador di Iran, pardeh di India dan Pakistan, milayat di Libya, abaya di Irak, charshaf di Turki, hijâbdi beberapa negara Arab-Afrika seperti di Mesir, Sudan, dan Yaman. Hanya saja pergeseran makna hijâb dari semula berarti tabir, berubah makna menjadi pakaian penutup aurat perempuan semenjak abad ke 4 Hijriyah.
Jilbab Pra-Islam
Terlepas dari istilah yang dipakai, sebenarnya konsep hijab bukanlah ‘milik' Islam. Misalnya dalam kitab Taurat, kitab suci agama Yahudi, sudah dikenal beberapa istilah yang semakna dengan hijâb seperti if'eret. Demiki-an pula dalam kitab Injil yang merupakan kitab suci agama Nasrani juga ditemukan istilah semakna. Misalnya istilah zammah, re'alah, zaif dan mitpahat.
Bahkan kata Eipstein yang dikutip Nasaruddin Umar dalam tulisannya yang pernah dimuat di Ulumul Quran, konsep hijâb dalam arti penutup kepala sudah dikenal sebelum adanya agama-agama Samawi (Yahudi dan Nasrani). Bahkan kata pak Nasar, pakaian seperti ini sudah menjadi wacana dalam Code Bilalama (3.000 SM), kemudian berlanjut di dalam Code Hammurabi (2.000 SM) dan Code Asyiria (1.500 SM). Ketentuan penggunaan jilbab sudah dikenal di beberapa kota tua seperti Mesopotamia, Babilonia, dan Asyiria. (Kompas, 25/11/02).
Indonesia Bakal Jadi Pusat Hijab Dunia?
Pemerintah mencanangkan Indonesia sebagai pusat mode Muslim di tingkat Asia pada 2018 dan tingkat dunia pada 2020. Sejauh ini ekspor busana Muslim Indonesia masih kalah jauh dibanding Cina dan India.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
US$ 230 milyar belanja busana Muslim dunia
Data Thomson Reuters dalam State of the Global Islamic Economy 2015 menunjukkan nilai belanja yang dikeluarkan masyarakat untuk belanja busana (termasuk sepatu) Muslim cukup fantastis: yakni sekitar 230 milyar dollar AS pada tahun 2014. Atau, sekitar 11 persen dari total belanja busana warga dunia, dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 3,8 persen per tahun.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Indonesia no-5
Berdasarkan data tahun 2014, negara dengan tingkat konsumsi pakaian Muslim tertinggi adalah: Turki (US$25 milyar), Uni Emirat Arab (US$ 18 milyar), Nigeria (US$15 milyar), Arab Saudi (US$14,7 milyar) dan Indonesia ($US 12,7 milyar).
Foto: picture-alliance/Pacific Press/Azwar
Cina eksportir terbesar
Cina menempati posisi utama sebagai negara pengekspor terbesar ke negara-negara anggota OKI(Organisasi Negara Islam) yakni sebesar US$ 28,7 juta. Disusul India (US$3,87 juta) dan Turki (US$2,3 juta).
Foto: picture alliance/CPA Media
Memanfaatkan momen Ramadhan
Jelang Ramadhan 2016, para desainer sudah berlomba menampilkan karya-karya busana Muslim terbarunya. Di antaranya lewat ajang Muslim Fashion Festival Indonesia (MUFFEST) yang berlangsung di Jakarta.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
#ScreenshotTheLooks
Sekitar 200 desainer, termasuk perancang dari 40 dari usaha kecil menengah ikut ambil bagian dari ajang Muslim Fashion Festival Indonesia (MUFFEST) ini. Tema MUFFEST 2016 adalah #ScreenshotTheLooks.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Partisipasi dari manca negara
Bukan hanya perancang busana Muslim dari tanah air yang tampil dalam MUFFEST 2016, melainkan juga para desainer dari negara-negara lain seperti Turki, Italia, Rusia, Malaysia dan Bangladesh.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Cintai produk lokal
Panita ajang fashion show busana Muslim mengatakan, MUFFEST 2016 menitikberatkan pada kecintaan akan produk lokal, kepedulian sosial dan lingkungan hidup. Para desainer Indonesia yang tampil di antaranya Norma Hauri, Monika Jufry, Najua Yanti dan Itang Yunasz.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Lirik pangsa pasar internasional
Pemerintah berharap, ajang MUFFEST 2016 diharapkan bisa menjadi batu loncatan bagi dunia fashion Indonesia untuk meluaskan pasar ke tatanan internasional dan dalam jangka panjang sebagai pusat mode busana Muslim dunia. Pemerintah mencanangkan Indonesia sebagai pusat mode Muslim di tingkat Asia pada 2018 dan tingkat dunia pada 2020.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Ekspor meningkat
Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan Tjahya Widayanti menyatakan, kinerja ekspor busana Muslim pada 2014 nilainya mencapai US$ 4,63 miliar, naik 2,3 % dibandingkan tahun sebelumnya. Sempat turun tipis tahun lalu menjadi US$ 4,57 miliar. Namun pada Januari kemarin kembali naik 2,13% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
Negara tujuan ekspor
Negara-negara yang menjadi tujuan ekspor produk busana Muslim Indonesia adalah Amerika Serikat, Kanada,, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Inggris, Australia,Uni Emirat Arab, Belgia, dan Cina.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Hackenberg
10 foto1 | 10
Tradisi penggunaan kerudung pun sudah dikenal dalam hukum kekeluargaan Asyiria. Hukum ini mengatur bahwa isteri, anak perempuan dan janda bila bepergian ke tempat umum harus menggunakan kerudung. Dan kalau merunut lebih jauh mengenai konsep ini, ketika Adam dan Hawa diturunkan ke bumi, maka persoalan pertama yang mereka alami adalah bagaimana menutup kemaluan mereka (aurat) (QS. Thaha/20: 121).
Karena itu tak heran, dalam literatur Yahudi ditemukan bahwa penggunaan hijâb berawal dari dosa asal. Yaitu dosa Hawa yang menggoda suaminya, Adam. Dosa itu adalah membujuk Adam untuk memakan buah terlarang. Akibatnya, Hawa beserta kaumnya mendapat kutukan. Tidak hanya kutukan untuk memakai hijab tetapi juga mendapat siklus menstruasi dengan segala macam aturannya.
Jilbab dalam Tradisi Islam
Nah, berbeda dengan konsep hijâb dalam tradisi Yahudi dan Nasrani, dalam Islam, hijâb tidak ada keterkaitan sama sekali dengan kutukan atau menstruasi. Dalam konsep Islam, hijâb dan menstruasi pada perempuan mempunyai konteksnya sendiri-sendiri. Aksentuasi hijâb lebih dekat pada etika dan estetika dari pada ke persoalan substansi ajaran. Pelembagaan hijâb dalam Islam di-dasarkan pada dua ayat dalam Alqur'an yaitu QS. Al-Ahzab/ 33: 59 dan QS. An-Nur/24: 31.
Kedua ayat ini saling menegaskan tentang aturan berpakaian untuk perempuan Islam. Pada surat An-Nur, kata khumur merupakan bentuk plural dari khimar yang artinya kerudung. Sedangkan kata juyub merupakan bentuk plural dari dari kata jaib yang artinya adalah ash-shadru (dada). Jadi kalimat hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dada-nya ini merupakan reaksi dari tradisi pakaian perempuan Arab Jahiliyah.
Foto Terlarang Seronoknya Perempuan Iran
Mengoperasi hidung, mewarnai rambut, banyak perempuan Iran meniru gaya barat. Namun mereka menutupi kecantikannya di bawah chador. Dalam seri fotonya "Among Women" Samaneh Khosravi menunjukkan rahasia perempuan Iran.
Foto: Samaneh Khosravi
Meniru artis barat
Kerudung dikenakan menutupi rambutnya yang dipirang, sementara chador dikenakan menyelimuti pakain gaya barat. Perempuan Iran ini bersiap keluar rumah. Kecantikan di Iran menyelaraskan tradisi dan modernitas. Ini terpapar dalam jepretan fotografer Samaneh Khosravi. Banyak perempuan Iran meniru tampilan aktris Hollywood yang mereka amati via internet atau televisi satelit.
Foto: Samaneh Khosravi
Melonggarkan aturan
Sejak Revolusi Islam pada tahun 1979, perempuan di Iran harus menutupi rambut dan tubuhnya di muka publik. Perempuan muda melonggarkan aturan itu, misalnya memakai jilbab, namun sebagian rambut dapat terlihat. Tampak dalam foto, kelompok perempuan muda yang sedang berjalan bersama di Tochal, sebuah gunung di utara Teheran.
Foto: Samaneh Khosravi
Wajah boleh terlihat
Kaum agamis di Iran menafsirkan aturan ketat tata cara berpakaian, dimana perempuan harus berhijab. Menutup wajah tak diwajibkan. Dahulu, dari tahun 1936 sampai 1941, raja Reza Shah Pahlevi melarang perempuan mengenakan jilbab di depan umum.
Foto: Samaneh Khosravi
Jaket Marilyn Monroe
Banyak orang Iran berbelanja lewat internet - ketika mencari model-model unik seperti jaket Marilyn Monroe ini. Khosravi mengatakan: "Desainer muda mempublikasikan pakaian mereka dengan mudah di Facebook atau Instagram dan menjualnya dari rumah."
Foto: Samaneh Khosravi
Operasi hidung laku di Iran
Perempuan Iran banyak mengeluarkan uang untuk penampilan mereka. Operasi plastik booming. Setiap tahun, dilakukan 60.000-70.000 operasi hidung di Iran - lebih tinggi jumlahnya dibanding negara-negara lain di dunia. Fotografer Samaneh Khosravi menemani pemudi Iran yang hidungnya dioperasi, katanya: "Dia sangat senang dengan hasilnya."
Foto: Samaneh Khosravi
Tiap tahun angkanya naik
Dari statistik ditemukan, angka operasi hidung di Iran setiap tahun meningkat. Tampak seorang gadis muda masih dengan perban di hidung berjalan-jalan di Taman Kota Mashhad, melihat-lihat kerajinan tangan,
Foto: Samaneh Khosravi
Menggabungkan tradisi dengan modernitas
"Kecantikan model Barat memainkan peran yang sama pentingnya dengan tradisi," ujar Khosravi. Fashion di Iran dipengaruhi oleh gabungan tradisi dan modernitas ini.
Foto: Samaneh Khosravi
Perawatan kecantikan di rumah
Bahkan layanan kecantikan bisa dilakukan di rumah. Dalam foto tampak seorang penata rambut mencabuti rambut-rambut halus pelanggannya dan mewarnai rambut mereka. "Semakin banyak perempuan yang ingin mengecat rambut menjadi pirang," kata fotografer Khosravi.
Foto: Samaneh Khosravi
Hobi menikur-pedikur
Samaneh Khosravi juga mengunjungi salon kecantikan besar di Iran. Di sana, perempuan bisa lebih bebas, karena laki-laki tidak diperbolehkan masuk ke salon ini. Banyak perempuan Iran menganggap perawatan kecantikan kuku sebagai hal penting, kata fotografer itu.
Foto: Samaneh Khosravi
Tak selalu hitam
Khosravi menampilkan gambar yang menepis anggapan klise tentang busana perempuan Iran. "Banyak perempuan dengan taat menutup diri, tapi tetap mengenakan warna-warna cerah. Beberapa kalangan berpikir bahwa mereka selalu berjalan dengan hijab hitam.
Foto: Samaneh Khosravi
Jaga kesehatan lewat olahraga
Gadis-gadis muda Iran tampak berolahraga di sebuah lapangan olahraga di Teheran. Kecantikan juga diselaraskan dengan kebugaran.
Foto: Samaneh Khosravi
Merayakan kultus kecantikan
Terutama di kota-kota besar, kultus kecantikan dirayakan. "Generasi muda telah berhasil menemukan keselasaran ideal antara modernitas dan tradisi," kata Khosravi. Meskipun demikian, mereka tetap menghormati batasan-batasan sosial.
Foto: Samaneh Khosravi
12 foto1 | 12
Seperti yang digambarkan oleh Al-Allamah Ibnu Katsir di dalam tafsirnya: “Perempuan pada zaman jahiliyah biasa melewati laki-laki dengan keadaan telanjang dada tanpa ada selimut sedikitpun. Bahkan kadang-kadang mereka memperlihatkan lehernya untuk memperlihatkan semua perhiasannya”.
Sementara itu Imam Zarkasyi memberikan komentarnya mengenai keberadaan perempuan pada masa jahiliyah: “Mereka mengenakan pakaian yang membuka leher bagian dadanya, sehingga tampak jelas seluruh leher dan urat-uratnya serta anggota sekitarnya. Mereka juga menjulurkan kerudung mereka ke arah belakang, sehingga bagian muka tetap terbuka. Oleh karena itu, maka segera diperintahkan untuk mengulurkan kerudung di bagian depan agar bisa menutup dada mereka”.
Pakaian yang memperlihatkan dadanya ini pernah dilakukan Hindun binti Uthbah ketika memberikan semangat perang kaum kafir Mekah melawan kaum muslim pada perang Uhud. Dan ini biasa dilakukan perempuan jahiliyah dalam keterlibatannya berperang untuk memberikan semangat juang.
Selain karena faktor kondisional seperti yang digambarkan di atas, kedua ayat ini juga turunnya lebih bersifat politis, diskriminatif dan elitis.
Pria-pria Berhijab
Pria-pria di Iran tunjukkan rasa solidaritasnya kepada kaum perempuan, dengan cara mengenakan hijab. Sejak Revolusi Islam tahun 1979, perempuan di Iran wajib berhijab.
Foto: facebook/my stealthy freedom
#MenInHijab
Tagar #Mrdan_Bahjab" dan #MenInHijab di jejaring sosial telah menjadi salah satu tagar atau hashtag paling populer di pertengahan tahun 2016.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Laki-laki Iran mengenakan hijab
Kini foto-foto pria berjilbab membanjiri media sosial, sebagai wujud solidaritas terhadap ibu, istri maupun saudara perempuan mereka yang diharuskan mengenakan hijab di Iran.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Mendadak heboh
Kampanye protes pemaksaan jilbab ini menjadi heboh, tatkala mulai dipampang di laman medsos Facebook : #MyStealthyFreedom, yang diinisiasi mereka yang memang berada di garda depan dalam pembelaan hak-hak perempuan. Follower akun : My Stealthy Freedom kini sudah melebihi satu juta orang.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Aturan masa lalu
Seorang pemuda yang mengirimkan foto tantangan pria berhijab ini prihatin ketika ibu, saudara perempuan dan kawan-kawan perempuannya dipaksa mengenakan sesuatu,.Menurut dia pemaksaan berbusana adalah bentuk hukum dari abad lalu.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Sudah dua tahun berkampanye
Inisiator gerakan ini adalah Masih Alinejad. Ia sejak dua tahun lalu meluncurkan kampanye memprotes pemaksaan berjilbab terhadap perempuan. Kampanyenya kini makin menarik perhatian internasional soal isu jilbab. Masih Alinejad yang berlatarbelakang aktivis dan jurnalis sendiri terkejut ketika kampanyenya menjadi arus besar yang ramai diperbincangkan.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Bukan cuma masalah perempuan
Menurut Masih Alinejad, jilbab bukan hanya masalah yang dihadapi kaum perempuan. Ini masalah seluruh masyarakat. Gambar-gambar dan pesan-pesan yang disampaikan dalam kampanye menegaskan hal tersebut. Kini kaum laki-laki Iran mengemukakan protes mereka secara terang-terangan.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Isu sensitif
Setiap kali persoalan hijab disentil di Iran, berbagai kalangan segera bereaksi berang. Mereka beralasan, amat penting bagi kaum hawa menjaga martabat dengan cara menutupi tubuhnya dengan hijab.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Awalnya menertawakan
Seorang anak muda berkontribusi dalam kampanye yang sedang ‘ngetren’ ini, dengan melampirkan foto bersama ayah dan saudara lelakinya: “Kami menerima tantangan in. Waktu melihat berita ini di TV dimana pria-pria memutuskan memakai hijab, awalnya kami tertawa-tawa, lalu semenit kemudian kami menyadari, bahwa pemaksaan bukan hal yang baik, jadi kami ikut berkampanye.”
Foto: facebook/my stealthy freedom
Melawan pemaksaan terhadap perempuan
Berusaha melawan paksaaan, dengan tidak bercadar. Berdasar laporan Amnesty International tahun 2015, 2,9 juta perempuan Iran mendapat peringatan polisi karena dianggap tak mematuhi aturan berbusana. Lebih dari 200 ribu orang di antaranya menandatangani perjanjian bahwa tak akan melakukannya lagi.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Tak mau menindas perempuan
Foto-foto dan pesan-pesan yang dikirimkan orang-orang ke media-media lokal di Iran banyak yang menyertakan pesan, bahwa kami tidak mau menindas perempuan dengan pemaksaan.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Mengharap dukungan masyarakat
Seorang prai mengemukakan harapannya agar media setempat pun mendukung gerakan anti pemaksaan ini. Menurut dia harapan itu wajar karena media luar Iran, seperti London Times atau the Independent menulis rinci persoalan ini.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Sepupu pria mereka bersemangat
Sepupu pria kami gegap gempita menyambut seruan bergabung dengan kami dalam foto. Dengan harapan bahwa semua orang di Iran lebih menghormati kaum perempuan dan hak –hak mereka atas diri mereka sendiri, ujar kedua perempuan dalam foto.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Bergaung ke seluruh dunia
Gaung kampanye ini mengglobal. Selain media Inggris juga media Perancis, media Jerman, televisi Belgia dan Belanda serta media di Italia memberitakan fenomena pria berjilbab ini.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Mencerahkan pandangan orang
Pria ini bersama putranya berpose dengan mengenakan syal sebagai hijab dalam sebuah foto keluarga. Dengan turut serta mendukung kampanye ini, ia ingin agar pemikiran orang-orang tercerahkan, bahwa perempuan punya hak atas tubuhnya sendiri.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Mengalami yang dirasakan saudara perempuan
Setiap hari, saudari saya harus mengenakan chador atau syal penutup kepala. Saya ingin ikut merasakan apa yang ia alami dengan pemaksaan busana itu. Kesedihannya, perasaannya... uajr seorang pria yang juga ambil bagian dalam kampanye ini.
Foto: facebook/my stealthy freedom
Istri, ibu, dan adik saya menderita jika dipaksa
Ayah dan putra perempuan ini juga menjawab tantangan berhijab dengan untaian kata: "Beberapa orang berkomentar di Facebook bahwa tidak sepantasnya memperlihatkan istri saya tanpa chador. Saya harus mengatakan itu adalah suatu kefasikan, yang disebut cemburu. Ini berarti bahwa Anda dengki terhadap mereka yang menghormati hak-hak perempuan. Sementara istri, ibu, dan adik saya menderita. "
Foto: facebook/my stealthy freedom
16 foto1 | 16
Surat Al-Ahzab yang didalamnya terdapat ayat hijab turun setelah perang Khandaq (5 Hijriyah). Sedangkan surat An-Nur turun setelah al-Ahzab dan kondisinya saat itu sedang rawan. Bersifat politis sebab ayat-ayat di atas turun untuk menjawab serangan yang dilancarkan kaum munafik, dalam hal ini Abdullah bin Ubay dan konco-konconya, terhadap umat Islam.
Memakai perempuan untuk memfitnah?
Serangan kaum munafik ini “memakai” perempuan Islam dengan cara memfitnah istri-istri Nabi, khususnya Siti Aisyah. Peristiwa terhadap Siti Aisyah ini disebut peristiwa al-ifk. Pada saat itu, peristiwa ini sangat menghebohkan sehingga untuk mengakhiri-nya harus ditegaskan dengan diturunkannya lima ayat yaitu QS. An-Nur/23: 11-16.
Ayat-ayat ini juga turun di saat kondisi sosial pada saat itu tidak aman seperti yang diceritakan di atas. Gangguan terhadap perempuan-perempuan Islam sangat gencar. Semua ini dalam rangka menghancurkan agama Islam. Maka ayat itu ingin melindungi perempuan Islam dari pelecehan itu.
Menurut Abu Syuqqah, perintah untuk mengulurkan jilbab pada ayat di atas, mengandung kesempurnaan pembedaan dan kesempurnaan keadaan ketika keluar.
Dan Allah SWT telah menyebutkan alasan perintah berjilbab dan pengulurannya. Firman-Nya, Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dalam hal ini, untuk membedakan perempuan merdeka dan
perempuan budak.
Baceprot! Hijaber Garut Ini Menggebrak Dunia Dengan Band Metal
Suara berisik atau bawel, demikian band 'metal funky' asal Garut ini menamai dirinya dalam campuran bahasa Inggris-Sunda: Voice of Baceprot. Bersama, mereka berkarya sekaligus menentang tabu.
Foto: Reuters/Str
Ramai-ramai “headbanging..!”
Mengenakan busana Muslimah, tidak menjadi penghalang bagi kelompok band muda ini untuk mengejar impiannya menjadi musisi heavy metal. Sejumlah festival mereka jajaki. Ketiganya dengan cepat memesona para penggemarnya untuk bergoyang dan ‘headbanging’ di depan panggung.
Foto: Reuters/Str
Memecah hening….’Baceprot’!
Mereka menamakan diri sebagai band "Voice of Baceprot" VoB atau jika diartikan dalam bahasa Sunda: suara bawel atau berisik. Dibentuk tahun 2014 di Garut, anggota band remaja ini dulunya dipertemukan di sekolah. Anggota band ini: Firda Kurnia (gitaris dan vokalis), Widi Rahmawati (bassist) dan Euis Siti Aisyah (drummer).
Foto: Reuters/Str
Bermula dari hobi
Band ini terbentuk dari sebuah kegiatan ekstrakurikuler di Madrasah Tsanawiyah Al-Baqiyatussholihat Banjarwangi. Band yang beranggotakan hijaber berusia belasan tahun ini beberapa kali menjuarai beberapa kompetisi musik lokal. Mereka mendefinisikan band mereka sebagai band pelajar perempuan yang mencoba menyuarakan kegelisahan hati akan dunia remaja yang kian hari kian kehilangan warnanya.
Foto: Reuters/Str
Mendobrak tabu, mengusung kesetaraan
Mereka menggunakan musik untuk memerangi stereotipe perempuan sebagai orang yang patuh atau tidak bersuara. Salah satu anggota band, gitaris dan penyanyi, Firdda Kurnia menyebutkan: "Saya pikir kesetaraan gender harus didukung, karena saya merasa harus mengeksplorasi kreativitas saya, sementara pada saat bersamaan tidak mengurangi kewajiban saya sebagai seorang perempuan Muslim.”
Foto: Reuters/Str
Jatuh cinta pada metal
Euis Siti Aisyah beraksi menggebuk drum. Menurut para hijaber ini, genre musik heavy metal bisa mewakili mereka bertiga dalam berekspresi. Awalnya mereka sempat memainkan lagu-lagu tren. Namun, setelah mengenal genre musik hip metal funky seperti yang dimainkan Rage Against The Machine, Linkin Park, System of a Down, mereka jatuh cinta pada genre musik metal.
Foto: Reuters/Str
Kritik sosial
Inilah penampilan para musisi metal hijaber ini di atas panggung. Selain memainkan musik band-band nge-top seperti Metallica dan Slipknot, band ini membawakan lagu mereka sendiri mengenai berbagai isu, seperti soal pendidikan di Indonesia. Lagu ‘The Enemy of Earth is You’ bercerita tentang orang-orang yang mencitrakan diri baik tapi sebenarnya adalah musuh dan penghancur bumi atau lingkungan.
Foto: Reuters/Str
6 foto1 | 6
Ambiguitas Islam
Inilah yang dipahami bersifat elitis dan diskriminatif. Karena dengan ayat ini, ingin membedakan status perempuan Islam yang merdeka dan kaum budak. Di sini dapat dilihat ambiguitas Islam dalam melihat posisi budak. Satu sisi ingin menghancurkan perbudakan, di sisi lain, masih mempertahankannya dalam strata masyarakat Islam misalnya dalam perbedaan berpakaian.
Namun menurut saya, untuk menghindari penafsiran ambigu tersebut, maka titik tekan penafsiran itu adalah etika moral ayat itu. Yaitu tidak hanya sebagai aturan dalam berpakaian saja. Sehingga tidak ada perbedaan antara perempuan merdeka dengan budak, tetapi lebih pada suruhan untuk sopan dan bersahaja (modesty) yang bisa dilakukan siapa saja.
Lihat Koleksi Rancangan Bos First Travel
Inilah koleksi rancangan bos First Travel,.Anniesa Hasibuan di dunia fesyen internasional, lewat koleksi busana hijabnya.
Foto: Imago/Pacific Press Agency
Pertamakali
Tahun 2016, ketika para model ini melenggak-lenggok di New York Fashion Week (Spring/Summer 2017) - ajang pagelaran busana internasional - seorang perempuan Indonesia ukir sejarah baru di bidang fesyen dunia. Semua peraga busana mengenakan hijab.
Foto: picture-alliance/abaca/S. Acar
Serba hijab
Untuk pertamakalinya keseluruhan koleksi New York Fashion Week terdiri dari berbagai macam busana khas Muslim dengan nuansa Indonesia
Foto: Imago/Pacific Press Agency
Undang decak kagum
Terbuat dari bahan sutera, chiffon dan brokat, dengan warna-warni pastel, desain busana-busana ini mengundang pujian.
Foto: Imago/Pacific Press Agency
Mulai dari siap pakai hingga gaun mewah
Rangkaian koleksi busana di atas runway ini terdiri dari 38 koleksi siap pakai dan 10 gaun malam nan mewah, yang bersematkan payet, mutiara, serta ragam rumit bordir.
Foto: Imago/Pacific Press Agency
Sang perancang
Perancangnya, perempuan Indonesia bernama Anniesa Hasibuan, yang kini terjerat kasus hukum dugaan penipuan.
Foto: Imago/Pacific Press Agency
Terinspirasi Jakarta
48 set busana dalam festival fesyen 2016 di New York ini bertajuk D'Jakarta. Inspirasinya adalah keberagaman budaya yang berbaur di ibukota Indonesia.
Foto: Imago/Pacific Press Agency
Model Indonesia
Laura Muljadi ikut tampil dalam koleksi karya desainer Anniesa Hasibuan dalam New York Fashion Week Laura menjadi satu-satunya model dari Indonesia yang membawakan busana rancangan Anniesa Hasibuan di ajang ini. Laura juga mendapat kehormatan membawakan karya terbaik Anniesa.
Foto: Imago/Pacific Press Agency
Kerja keras
Di akun instagram Anniesa menulis: ”Semua hal butuh proses, tiada pencapaian tanpa proses.”
Foto: picture-alliance/abaca/S. Acar
Go international
Anniesa memulai debutnya tahun 2015 saat memamerkan koleksinya di London, Inggris, kemudian desainnya mencuri perhatian di Jakarta Fashion Week dan Istanbul Modest Fashion Week. Akhirnya ia tampil di New York Fashion Week.
Foto: picture-alliance/abaca/S. Acar
Misinya saat itu...
“Saya ingin mengharumkan nama Indonesia di panggung fesyen dunia, dan memperkenalkan pada dunia, keberagaman negara kita,” ujar Anniesa saat itu.
Foto: picture-alliance/abaca/S. Acar
10 foto1 | 10
Dalam dunia Islam, banyak ditulis buku tentang tentang hijâb, yang dalam pengertian luasnya menyebutkan pakaian perempuan Islam yang baik, pemisahan perempuan dan pembatasan kontak perempuan dengan laki-laki yang bukan keluarganya. Ayat-ayat di atas yang berkenaan dengan isu ini tidak memberikan perintah yang tersurat bagi perempuan Islam. Ini hanya membicarakan kesopanan perempuan pada umumnya dan menetapkan peraturan bagi isteri-isteri Nabi.
Seperti pernah dikemukakan Fatima Mernissi dalam buku Wanita dalam Islam, dalam masa-masa awal kehidupan Islam, ruang yang diciptakan Nabi sepertinya tidak ada dikotomi antara ruang privat Nabi dan isteri-isterinya dengan kaum muslimin lainnya. QS. Al-Ahzab/33:53 menegaskan akan ruang privat Nabi dan isteri-isterinya yang berarti diduga sebelumnya tidak ada dikotomi publik dan privat.
Menyelubungi Rambut dengan Alasan Religius
Agama Kristen, Yahudi dan Islam. Dalam semua agama ini, ada perempuan yang menyelubungi rambut mereka. Apa persamaan selubung rambut ini? Bagaimana perempuan memandang kebiasaan religius ini?
Foto: picture-alliance/dpa
Di balik Selubung
Perempuan Muslim yang menyelubungi rambut mereka bukan boneka kepercayaan mereka, demikian seniman video Nilbar Güres. Empat foto ini diambil dari pertunjukannya "Soyunma/Undressing," (2006). Dalam show ini ia menyingkap selubung satu demi satu sambil menyebut nama perempuan di keluarganya.
Foto: Nilbar Güres
Rambut Palsu
Dalam foto yang berjudul "Covered" (2009) Anna Shteynshleyger kenakan dua wig berbeda. Wig adalah penutup rambut yang biasa dikenakan perempuan Yahudi religius. Hingga akhir abad 17 perempuan Yahudi kenakan "tichel," yaitu semacam kerudung, untuk selubungi rambut. Ketika wig mulai tersebar luas, ini jadi alternatif sangat bagus bagi "scheitel," yaitu penutup kepala tradisional perempuan Ortodoks.
Foto: Anna Shteynshleyger
Satu Kepercayaan, Beberapa Agama
Kerudung pendek, panjang, dikenakan erat pada tubuh atau disemat di leher. Berbagai macam cara perempuan Muslim mengenakan penutup kepada. Tapi apa artinya? Pameran ini menunjukkan perbedaaannya, juga menunjukkan penutup kepala mana berasal dari kebudayaan mana, dan kepercayaan mana. Termasuk juga makna lebih luasnya.
Foto: Jüdisches Museum Berlin/Yves Sucksdorff
Menutup Kepala Saat Ibadah
Fotografer Marija Mihailova mendokumentasikan ritual di gereja Ortodoks Rusia di Berlin. Saat ibadah, kaum perempuan menutup kepala mereka. Ini kebiasaan yang sudah jarang terlihat di gereja Protestan dan Katolik.
Foto: Marija Mihailova
Terselubung Rambut
Rambut panjang dan hitam adalah kecantikan yang ideal di banyak negara Arab. Itu disimbolkan patung ini, "Chelgis I" (2002), karya seniman Iran Mandana Moghaddam. Walaupun rambutnya cantik, ini jadi penutup yang sepenuhnya menyembunyikan identitas sang gadis. Karya ini diilhami dongeng Persia tentang gadis yang dipenjara, yang mengenakan rambut kepang 40.
Foto: Mandana Moghaddam
Rambut Eksklusif Hanya bagi Suami
Kata "tichel" dalam bahasa Yiddi berarti penutup kepala yang khas bagi perempuan Yahudi Ortodoks. Foto dari tahun 2001 oleh Leora Laor ini mendokumentasikannya, saat berkunjung ke distrik ultra ortodoks Mea Schearim di Yerusalem. Menurut kepercayaan mereka, setelah menikah hanya suami yang boleh melihat rambut mereka. Oleh sebab itu harus ditutupi dengan kerudung atau wig.
Foto: Leora Laor
Di Tempat Terbuka
Federica Valabrega membuat foto Perempuan Yahudi di Coney Island, New York tahun 2011. Walaupun mengenakan penutup rambut, rambut mereka tetap bisa terlihat sedikit. Ritual keagamaan ada banyak di dunia, dan bagaimana perempuan menginterpretasikannya secara kreatif juga berbeda-beda.
Foto: Federica Valabrega
Tertutup Walau di Pantai
Bermain air di pantai walaupun tetap setia kepada kepercayaan? Bagi banyak perempuan Muslim, burkini sudah memungkinkannya, karena hanya menunjukkan sedikit kepada serta tubuh. Tapi di Barat, busana ini dinilai provokasi oleh sebagian orang. Penulis: Nadine Wojcik (ml/ap)
Foto: Jüdisches Museum Berlin/Yves Sucksdorff
8 foto1 | 8
Menurut Ruth Rodded dalam bukunya Kembang Peradaban, sampai sekarang masih terjadi perbedaan pendapat mengenai makna dan penerapan praktis ayat-ayat hijâb. Perbedaan pendapat ini juga berkisar pada definisi-definisi yang tepat mengenai kata-kata tertentu (termasuk istilah hijâb), konteksnya dan apakah peraturan yang ditetapkan untuk isteri-isteri Nabi harus menjadi norma bagi semua perempuan Islam.
Namun seperti yang dikatakan Harun Nasution, “Pendapat yang mengatakan hijâb itu wajib, bisa dikatakan ya. Dan yang mengatakan tidak wajib pun bisa dijawab ya. Tapi batasan-batasan aturan yang jelas mengenai hijâb ini tidak ada dalam Alqur'an dan hadits-hadits mutawatir.” (Islam Rasional, h.332)
Jilbab adalah Budaya
Nah, pandangan yang mengatakan bahwa jibab itu tak wajib salah satunya bisa kita temukan dalam pada karya Muhammad Sa'id Al-Asymawi yang berjudul Haqiqatul Hijab wa Hujjiyyatul Hadits. Dalam buku tersebut, Al-Asymawi berkata bahwa hadis-hadis yang menjadi rujukan tentang pewajiban jilbab atau hijâb itu adalah Hadis Ahad yang tak bisa dijadikan landasan hukum tetap.
Bila jilbab itu wajib dipakai perempuan, dampaknya akan besar. Seperti kutipannya: “Ungkapan bahwa rambut perempuan adalah aurat karena merupakan mahkota mereka. Setelah itu, nantinya akan diikuti dengan pernyataan bahwa mukanya, yang merupakan singgasana, juga aurat.
Inilah Masjid Liberal Pertama di Jerman
Imamnya seorang perempuan dan tak berjilbab. Di masjid ini, laki laki dan perempuan salat di saf yang sama. Sunni, Syiah, anggota komunitas LGTBQ - kesemuanya diterima di masjid ini tanpa prasangka.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Sohn
Dibidani pengacara kelahiran Turki
Seorang pengacara kelahiran Turki. Seyran Ates meresmikan "Masjid Liberal" ini di Berlin, Jerman. Dia mendeklarasikan diri sebagai imam perempuan di masjid ini. Berlatar belakang profesi pengacara, dia bertahun-tahun berjuang melawan kekerasan dalam rumah tangga, pembunuhan demi kehormatan dan pernikahan paksa.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Sohn
Membantu kaum perempuan tertindas
Keluarga Seyran Ates pindah dari Turki ke Jerman saat ia berusia 6 tahun. Dia kuliah jurusan hukum dan bekerja sebagai pengacara di Berlin. Dengan dana sendiri, dia berhasil membuka kantor konsultasi untuk perempuan Turki. Seyran Ates yang kini berusia 54 tahun menjalani pendidikan sebagai imam. Tahun 2017, Seyran mewujudkan impiannya, membuka sebuah masjid di Berlin.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Stache
Potret keberagaman
Nama masjid itu: "Masjid Ibn-Ruschd-Goethe". Nama tersebut diambil dari nama pemikir Arab Ibnu Rusyd, yang juga dikenal sebagai Averroes (1126 - 1198) dan nama pemikir dan penyair Jerman Johann Wolfgang von Goethe. Lokasi masjid berada di lantai tiga gedung Gereja Protestan Sankt-Johannes-Kirche di kawasan Moabit, di ibukota Jerman. Di dekatnya ada rumah makan India dan Vietnam.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Stache
Tak ada yang bernikab ataupun burka
Meski terbuka untuk umum, Islam yang dipraktikkan di Masjid Ibn-Ruschd-Goethe menurut pendirinya adalah Islam dengan pendekatan "historis-kritis". Tidak nampak, perempuan yang datang dengan nikab atau burka ke masjid ini. Menurut imam di masjid ini, nikab atau burka tidak banyak hubungannya dengan agama, melainkan lebih pada suatu pernyataan politis.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Gambarini
Dialog antar agama
Menurut Seyran, Islam harus mampu memperbarui dirinya. Karena makin banyak umat muslim yang kini merindukan Islam yang damai, yang memelihara dialog dengan agama-agama lain. Namun masjid dengan pemahaman semacam itu masih terlalu sedikit di Eropa.
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Sohn
Beribadah berdampingan
Tak seperti masjid pada umumnya, di sini laki-laki dan perempuan beribadah berdampingan. Imam perempuannya pun tidak mengenakan jilbab. Sunni, Syiah, anggota komunitas LGTBQ - semuanya diterima bersholat Jum'at di Masjid Ibn Rusyd-Goethe di Berlin.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Gambarini
Dihujani kecaman
Begitu dibuka Juni 2017, keberadaan masjid ini langsung mendapat gempuran kritik. Surat kabar pro-pemerintah Turki, Sabah menyebutnya "tidak masuk akal" bahwa peribadatan berlangsung di sebuah gereja. Harian Pakistan mengkritik fakta bahwa perempuan berdampingan dalam satu saf dengan pria saat menjalankan sholat.
Foto: DW/S.Kinkartz
Siapa yang menjamin keamanan?
Pada hari pembukaan masjid, beberapa orang khawatir bahwa masjid tersebut dapat menarik para ekstrimis. Untuk menjaga keamanan, pengurus masjid menjalin kontak erat dengan polisi dan kantor jawatan kriminal negara bagian.
Foto: DW/S.Kinkartz
‘Salam, Ibu Imam‘
Imam Seyran Ates merupakan penulis buku "Selam, Frau Imamin" (Salam, Ibu Imam). Buku itu berisi kritik terhadap gejala radikalisme Islam di Jerman. Di buku itu, Seyran juga mengingatkan makna kebebasan beragama, kesetaraan hak antara lelaki dan perempuan dan hak atas orientasi seksual. Ironisnya, radikalisme berkembang, tapi umat Muslim berhaluan liberal tidak memiliki tempat di Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Gambarini
9 foto1 | 9
Suara yang merupakan kekuasaannya, juga aurat; tubuh yang merupakan kerajaannya, juga aurat. Akhirnya, perempuan serba-aurat.” Implikasinya, perempuan tak bisa melakukan aktivitas apa-apa sebagai manusia yang diciptakan Allah karena serba aurat.
Selama ini, kita terbiasa membaca buku atau pernyataan tentang kewajiban jilbab disertai ayat Alqur'an dan Hadis serta ancaman bila perempuan Islam tak memakainya. Buku ini, secara blak-blakan, mengurai bahwa jilbab itu bukan kewajiban. Bahkan tradisi berjilbab di kalangan sahabat dan tabi'in, menurut Al-Asymawi, lebih merupakan keharusan budaya daripada keharusan agama.
Saya menulis artikel ini bukan berarti saya fobia atau over estimate terhadap jilbab. Sepanjang pemakaian jilbab itu dikarenakan atas kesadaran sebagai sebuah pilihan dan sebagai ekspresi pencarian jati diri seorang perempuan muslimah, tidak ada unsur paksaan dan tekanan, saya sangat menghormati dan menghargainya.
Penulis:
Nong Darol Mahmada adalah aktivis perempuan yang tulisan-tulisannya sering dimuat di media nasional, editor beberapa buku dan pembicara di berbagai konferensi internasional. Ia juga merupakan Direktur Eksekutif Omah Munir, Museum HAM di Indonesia.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.
Tempat Dimana Niqab atau Burqa Dilarang
Sementara beberapa kawasan atau negara memberlakukan kewajiban memakai busana Islami yang tertutup, di negara atau wilayah ini, pemakaian niqab dan burqa dilarang.
Foto: picture-alliance/dpa/B. Roessler
Belanda
Menyusul Perancis dan Belgia, di penghujung November 2016, parlemen Belanda menyetujui larangan pemakaian burqa dan niqab di beberapa tempat umum, termasuk di transportasi publik. Alasannya untuk jaminan keamanan publik. Aturan itu masih membutuhkan persetujuan dari senat.
Foto: picture-alliance/E. Daniels
Perancis
Perancis adalah negara Eropa pertama yang melarang pemakaian burqa di tempat umum. Aturan ini perlahan dimulai tahun 2004, dengan pengawasan ketat atas simbol keagamaan di sekolah yang dikelola negara. Tapi April 2011, pemerintah melarang sepenuhnya pemakaian cadar di wilayah publik. Denda bagi pemakainya 150 €, sementara siapa pun yang memaksa perempuan menutupi wajah bisa didenda € 30.000.
Foto: Getty Images
Belgia
Belgia mengikuti jejak Perancis dengan memperkenalkan larangan pemakaian cadar pada tahun 2011. Aturannya melarang seseorang mengenakan pakaian yang mengaburkan wajah mereka di tempat umum. Perempuan yang tertangkap mengenakannya dapat dipenjara hingga tujuh hari atau dipaksa untuk membayar denda sekitar € 1.300.
Foto: AP
Italia
Italia tidak memiliki larangan nasional atas pemakaian niqab atau burqa. Tetapi pada tahun 2010, kota Novara memberlakukan pembatasan itu- meskipun saat ini belum ada ketetapan sistem denda mengenainya. Di beberapa bagian Italia, pemerintah setempat telah melarang 'burqini'.
Foto: picture alliance/dpa/Rolf Haid
Spanyol
Beberapa distrik di Katalonia, Spanyol memiliki hukum terhadap burqa dan niqab. Pada tahun 2013, Mahkamah Agung membatalkan larangan di beberapa negara bagian, dengan alasan bahwa hal itu "membatasi kebebasan beragama". Tapi beberapa wilayah lain tetap memberlakukannya, berdasar ketetapan Mahkamah Eropa untuk Hak Asasi Manusia ECHR yang menyatakan pelarangan jilbab tidak melanggar HAM.
Foto: Reuters/A. Gea
Bulgaria
Menyusul negara-negara lainnya di Eropa kini di Bulgaria, burka pun tak diperkenankan dikenakan di tempat umum- seperti gedung pemerintah dan lokasi wisata- dengan alasan keamanan. Tapi warga boleh memakainya untuk alasan pekerjaan maupun kesehatan.
Foto: DW/T. Vaksberg
Chad
Sejak dua serangan bom bunuh diri pada bulan Juni 2015, pemerintah melarang pemakaian niqab dan burqa di Chad. Perdana menteri Chad, Kalzeube Pahimi Deubet menyebutnya 'kamuflase' dan mengatakan semua burqa yang terlihat dijual akan dibakar. Sedangkan mereka yang kedapatan mengenakannya bisa ditangkap dan dihukum penjara..
Foto: Reuters/M. Ngarmbassa
Kamerun
Sebulan setelah Chad, Kameren mengikuti jejaknya dengan melarang pemakaian burqa, menyusul aksi bom bunuh diri yang oleh orang-orang yang mengenakannya. Larangan itu ditetapkan di lima provinsi di negara itu
Foto: Getty Images/AFP/P. Desmazes
Niger
Jilbab dilarang di Diffa, kawasan yang terteror oleh aksi kelompok Boko Haram. Presiden Niger juga tengah menyarankan agar jilbab pun dilarang.
Foto: Getty Images/AFP/I. Sanogo
Kongo-Brazzaville
Jilbab dengan penutup wajah penuh telah dilarang di tempat umum sejak tahun 2015 untuk mencegah serangan terorisme.
Foto: Getty Images/AFP/G.-G. Kitina
Swiss
Meskipun aturannya baru berlaku di wilayah Tessin, undang-undang ini mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 2016. Siapapun yang tertangkap mengenakan cadar dapat didenda sampai 9200 €.
Foto: imago/Geisser
Mesir
Parlemen Mesir menggodok undang-undang larangan pemakaian cadar di tempat umum dan lembaga pemerintah. Aturan ini dibahas setelah Universitas Kairo melarang staf akademik mengenakan niqab di kelas suapaya lebih mudah berkomunikasi dengan para mahasiswanya.
Foto: picture alliance/Bibliographisches Institut/Prof. Dr. H. Wilhelmy