Isu Pencopotan Kabareskrim Budi Waseso, yang sering disebut Buwas, makin santer. Sang Jendral dinilai gagal melakukan penegakan hukum dan malah membuat kegaduhan yang bisa menghambat perekonomian nasional.
Iklan
Kepala Badan Reserse Kriminal Polri (Kabareskrim) Komisaris Jenderal Budi Waseso, sering disebut dengan kependekan namanya Buwas, menanggapi isu pencopotann dirinya dengan santai. Kepada detikcom ia mengatakan: "Yang penting adalah sesuai ada fakta-fakta yang ada yang kita sampaikan. Itu saja," kata dia di Kantor Bareskrim, Jakarta, Kamis (03/09/15).
Buwas menegaskan, dia tetap akan bersikap seperti biasa. "Saya biasa saja sesuai dengan protap. Penanganan penyidikan seperti apa, kita kalau melanggar protap malah salah," jelas dia.
Komisioner Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Hamidah Abdurrahman menilai Budi Waseso tidak melakukan hal-hal yang melanggar undang-undang atau peraturan internal Polri.
Budi Waseso kali ini menjadi sorotan setelah aparatnya melakukan penggeledahan Kantor Pelindo II pekan lalu. Dia bersikeras, upaya kepolisian melakukan penggeladahan sudah berjalan sesuai aturan hukum untuk mencari alat bukti. "Bukan saya tidak berhitung soal itu, saya juga berhitung. Dan saya juga terlatih untuk itu. Artinya, kalau ada yang mau coba saya, boleh juga," kata Budi Waseso, seperti dikutip oleh Tribunnews. Dia tidak setuju, kalau upaya pengungkapan kasus yang dilakukan aparatnya dinilai membuat gaduh dan menghambat perkenomian nasional.
Banyak kalangan menilai, Presiden Joko Widodo terpaksa mengganti Budi Waseso setelah berbagai kritik muncul terhadap sosok yang pernah dikaitkan dengan berbagai kasus, antara lain kasus "rekening gendut" beberapa perwira tinggi Polri.
Kedatangan Presiden dan Harapan Baru
Didampingi Jusuf Kalla, 20 Oktober 2014, Joko Widodo dilantik untuk memimpin pemerintahan Indonesia. Harapan besar bangsa harus ditunaikan oleh Jokowi.
Foto: picture-alliance/AP/Achmad Ibraham
Jokowi dan Salam Tiga Jari buat Indonesia
Kepadanyalah Indonesia berharap. "New Hope," tulis majalah Time di sampul terbitan terbarunya yang dilatari wajah Joko Widodo, Presiden RI ke-7. Kehadirannya di kancah politik nasional dinilai membawa angin segar. Setidaknya ia bukan bagian dari elit politik lama yang tidak pernah benar-benar terbebaskan dari masa lalu di jaman Soeharto.
Foto: picture-alliance/AP/Achmad Ibraham
Yang Lama dan Baru
Presiden RI ke 6, Soesilo Bambang Yudhoyono, sempat berpesan kepada semua jajaran pemerintah agar mendukung presiden yang baru, sebelum meninggalkan Istana Negara. Keduanya terlihat akrab, kendati upaya terakhir Jokowi mendesak pemerintahan SBY agar menaikkan harga BBM kandas beberapa bulan silam.
Foto: Bay Ismoyo/AFP/Getty Images
Sang Presiden dan Ibu Negara
Bersama isterinya, Iriana Widodo, Jokowi tampil untuk pertama kali sebagai pasangan kepala dan ibu negara. Upacara pelantikan di Senayan sendiri dihadiri oleh sejumlah perwakilan negara-negara sahabat, antara lain Malaysia, Australia, Brunei, Amerika Serikat dan Jepang.
Foto: Oscar Siagian/Getty Images
Menyemut di Bunderan HI
Kerumunan massa memadati jalan Sudirman dan Thamrin buat menyambut presiden baru Indonesia. Perjalanan Jokowi dan JK berlangsung lambat lantaran iring-iringan kendaraan kepresidenan mengikuti arus massa.
Foto: picture-alliance/dpa/Adi Weda
Berkuda Menemui Rakyat
Pasangan terpilih Jokowi dan Jusuf Kalla diarak dengan menggunakan delman ke Monumen Nasional seusai acara pelantikan di gedung MPR/DPR. Meriahnya pesta rakyat di jantung ibukota itu memicu kekaguman mantan Wakil Presiden Boediono. "Antusiasme-nya sangat tinggi. Lain dari 2009," kala ia dilantik. ujarnya.
Foto: picture-alliance/dpa/Adi Weda
Harapan baru
Sebelumnya, majalah Time tak mau ketinggalan. Majalah internasional itu menampilkan Jokowi dalam sampul depan dan mengangkat kisah presiden pertama Indonesia yang bukan dari kalangan militer dan oligarki sejak rezim Orba runtuh itu.
Foto: time.com/Photograph by Adam Ferguson for TIME
Akhir pertempuran?
Untuk pertama kalinya sejak pemilu presiden yang berlangsung sengit, Prabowo Subianto mengucapkan selamat atas kemenangan Joko Widodo dan berjanji untuk mendukung pemerintahannya selama kebijakannya sejalan dengan "kepentingan bangsa dan rakyat."
Foto: Reuters/Beawiharta
Dari Tukang Mebel menuju Istana Negara
Joko Widodo, alias Jokowi, menempuh perjalanan panjang sejak menekuni profesinya sebagai pengusaha mebel. Berawal dari kota Solo, dimana ia terpilih untuk dua periode jabatan, Jokowi kemudian merambah Jakarta berbekal dukungan Partai PDIP, Gerindra dan tingkat elektabilitas yang tinggi. Kemenangannya di Jakarta membuahkan popularitas yang meroket di tingkat nasional.
Foto: Reuters
Suara Kecil Antarkan Jokowi ke Istana
"Jokowi adalah Kita," bunyi kampanye yang ramai di Media Sosial. Ucapan tersebut tidak sepenuhnya salah. Jokowi, yang sering tampil sederhana dan tak jengah berbaur dengan penduduk biasa, banyak mendapat dukungan dari kelompok masyarakat menengah bawah. Program asuransi kesehatan dan pendidikan yang diusungnya menemukan gaung di kelompok ini.