Presiden Joko Widodo ikut mengawal ekspansi Go-Jek ke Vietnam yang akan hadir dengan merek lokal, Go-Viet. Ia berjanji pemerintah akan mendukung alih teknologi dari Indonesia ke negara lain di Asia Tenggara.
Iklan
Di sela-sela kunjungan kenegaraan ke Vietnam dan penyelenggaraan World Economic Forum on ASEAN, Presiden Joko Widodo menyempatkan diri menghadiri peluncuran Go-Viet yang merupakan cabang Go-Jek di Vietnam.
"Go-Viet dikembangkan khusus untuk Vietnam. Go-Viet bertujuan bukan saja untuk memudahkan pengguna di Vietnam, tapi juga meningkatkan kesejahteraan para mitra," ujar Presiden Direktur Go-Jek, Nadiem Makarim dalam sambutannya.
Atas pencapaian tersebut, Presiden Jokowi menegaskan akan terus mendukung masuknya teknologi yang berasal dari Indonesia ke berbagai negara tetangga. "Sudah masuk ke sini artinya teknologi dari anak-anak bangsa diterima masuk untuk negara-negara lain,” ujar Presiden kepada Nadiem.
Untuk membiayai ekspansi ke pasar Vietnam, Go-Jek menggunakan dana investasi luar negeri senilai 500 juta Dolar AS. Hanya dalam enam pekan sejak pertamakali diluncurkan 1 Agustus silam, Go-Viet telah menguasai 35% pangsa pasar untuk layanan transportasi sepeda motor di kota Ho Chi Minh, klaim Nadiem.
Go-Jek, Ok atau Tidak?
Selama pemerintah belum menyediakan transportasi umum yang layak, kehadiran layanan transportasi alternatif seperti Go-Jek dll. mendapat dukungan dari kebanyakan masyarakat di kota-kota besar.
Foto: Getty Images/AFP/Bay Ismoyo
Macet dimana-mana
Kemacetan di ibukota dan kota-kota besar lainnya merupakan fenomena sosial yang membuat stres dan merugikan secara moril dan materil. Sementara sarana transportasi publik yang baik masih belum memadai.
Foto: DW/H. Pasuhuk
Muncul moda-moda alternatif
Tak tersedianya transportasi umum yang memadai mendorong masyarakat membuat berbagai alternatif menyiasati kemacetan gila-gilaan. Di antaranya dengan taksi, bajaj, ojek, sampai layanan ojek berbasis aplikasi internet seperti Go-Jek.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Irham
Bajaj
Dulu, bajaj jadi andalan buat kelas menengah ke bawah. Namunkendaraan roda tiga warna oranye yang berbahan bakar bensin/solar dirasa sudah tidak layak lagi dioperasikan di kota besar karena berpolusi.
Foto: R. Gacad/AFP/Getty Images
Taksi
Sementara ongkos taksi dirasa terlalu berat bagi masyarakat menengah ke bawah. Meski demikian berbagai perusahaan taksi tetap menjamur di kota-kota besar.
Foto: Getty Images/AFP/Bay Ismoyo
Kemunculan Go-Jek
Kemunculan Go-Jek cukup mendapat dukungan dari masyarakat. layanan ojek berbasis internet ini dianggap memuahkan mobilitas. Go-Jek bukan cuma mengantar penumpang, tapi juga diandalkan untuk pengiriman barang.
Foto: Getty Images/AFP/Bay Ismoyo
Dukungan terhadap Go-Jek
Tak ayal, ketika Gojek sempat dilarang sesaat, masyarakat serta merta protes. Selama pemerintah belum memfasilitasi sarana transportasi umum secara baik, mereka merasa kehadiran Go-Jek cukup membantu.
Foto: Getty Images/AFP/Bay Ismoyo
Bagaimana dengan Uber
Sementara itu, taksi Uber, ynag banyak beroperasi di kota-kota besar di dunia, juga masih jadi kontroversi. Dinas Perhubungan dan Transportasi (Dishubtrans) DKI Jakarta menampik telah memberikan izin kepada Uber untuk beroperasi di ibukota. Selama belum mengantongi izin, Dishubtrans DKI merazia Uber yang nekat beroperasi.
Foto: picture-alliance/dpa/Da Qing
7 foto1 | 7
"Kami sangat bangga mencatat perkembangan positif di pasar Ho Chi Minj City dan membuka jalan bagi kami untuk memperluas layanan ke kota Hanoi," kata salah seorang pendiri Go-Viet, Nguyen Vu Duc.
Go-Viet diluncurkan setelah Go-Jek mengumumkan pembentukan dana ekspansi senilai 500 juta Dolar AS untuk memasuki pasar di Filipina, Singapura, Thailand dan Vietnam. Langkah tersebut diambil setelah Uber menjual aset dan operasinya di Asia Tenggara ke perusahaan Grab asal Malaysia.
Saat yang bersamaan dengan masuknya Go-Jek di Vietnam, Grab juga mengumumkan kerjasama dengan perusahaan teknologi Vietnam, MOCA, yang akan mengelola layanan pembayaran lewat telepon seluler.
Peluncuran Go-Viet merupakan bagian dari rencana pemerintah Indonesia untuk mempererat kerjasama dagang dengan Vietnam. Dalam pertemuan dengan Presiden Tran Dai Quang, Jokowi menegaskan ingin mempercepat proses tersebut.
"Ekspektasi kami perdagangan bilateral antara kedua negara akan mencapai nilai 10 milyar Dollar AS per tahun pada 2020. Saya harap Presiden Tran Dai Quang akan membantu mencabut hambatan perdagangan untuk produk Indonesia," katanya.
Saat ini nilai perdagangan antara Indonesia dan Vietnam baru mencapai 6,5 milyar Dollar AS pada tahun 2017, meningkat dari 5,6 milyar Dolar AS pada 2016. Vietnam kebanyakan mengekspor beras, minyak mentah, semen dan produk pertanian ke Indonesia dan mengimpor pupuk pertanian, produk perminyakan, mesin dan tekstil.
rzn/ap (rtr, ap)
Setengah Abad Serangan Agen Oranye
Dalam Perang Vietnam, militer Amerika Serikat melancarkan serangan herbisida beracun yang disebut: Agen Oranye. Setengah abad setelah perang usai, dampaknya masih terlihat hingga kini.
Foto: DW/V. Ach
Perang proksi
Setelah Vietnam terbagi dua tahun 1954, Amerika Serikat memutuskan mendukung Vietnam Selatan yang Kapitalis memerangi gerilyawan komunis "Vietkong" di utara.
Foto: Getty Images/P. Christain
Perang gerilya
Front pembebasan Vietnam Selatan "Vietkong" dari hutan tropis yang lebat, melancarkan perang gerilya melawan Amerika Serikat. Untuk dapat memonitor lawan secara lebih baik dari udara dan lakukan serangan akurat, Angkatan Udara menggunakan defoliant sangat beracun "Agen Oranye".
Foto: Getty Images
Serangan di seluruh wilayah
Agen Oranye yang mengandung Dioksin yang sangat beracun dan digunakan secara meluas. Targetnya, membersihkan hutan agar gerilyawan Vietkong tidak lagi mampu menyamarkan diri di tengah lebatnya hutan dan memotong jalan mundur mereka. Selama perang Vietnam, disemprotkan sekitar 80 juta liter Agen Oranye .
Foto: picture-alliance/akg-images
Tiga juta korban
AS dituduh lancarkian perang kimia. Menurut statistik dari organisasi “The Vietnam Association for Victims of Agent Orange/Dioxin ", jumlah korban yang terkena dampak herbisida beracun ini hingga tiga juta warga Vietnam. Sekitar 150.000 anak-anak lahir cacat. Gejala khas lainnya: melemahnya kekebalan tubuh dan kanker.
Foto: DW/V. Ach
Kalah class action
Tahun 2009, keluarga korban mengalami kekalahan saat melakukan class action di Mahkamah Agung Amerika Serikat. Argumennya: penggunaan Agen Oranye dianggap tidak melanggar hukum internasional karena digunakan untuk melindungi pasukan AS dari penyergapan dan bukan sebagai senjata perang terhadap rakyat.
Foto: Getty Images/P. Bronstein
Warisan masa lalu
Pada tahun 2012, untuk pertama kalinya AS berpartisipasi dalam pembersihan cemaran lingkungan di bekas pangkalan angkatan udara AS di Danang. Akibat cemaran bahan berbahaya,kawasan itu ditutup tembok tinggi selama puluhan tahun. Ed: Hao Gui (ap/yf)