Jokowi bertekad mencegah pertumbuhan radikalisme di tanah air, yang dikhawatirkan berpotensi memecah-belah kesatuan bangsa. Konsolidasi dengan elit politik, ulama dan militer terus digalangkan.
Iklan
Menanggapi rencana unjuk rasa kelompok radikal yang dicemaskan berujung mengguncang pemerintahannya, Presiden Indonesia Joko Widodo menyatakan tekadnya untuk "mencegah pertumbuhan radikalisme" di tanah air.
Para pejabat mengatakan, pemerintah telah meningkatkan kewaspadaan, setelah puluhan ribu orang, yang dipimpin oleh kelompok garis keras, turun ke jalan di Jakarta 4 November lalu. Mereka menuntut penggulingan gubernur ibukota, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok atas dugaan penistaan agama.
Kepala kepolisian Indonesia, Tito Karnavian memperingatkan bahwa kelompok-kelompok tertentu mungkin mencoba untuk menyambangi parlemen selama aksi unjuk rasa yang akan berlangsung Jumat (25/11) dan pada tanggal 2 Desember mendatang.
Kapoliri: Menggulingkan pemerintahan adalah pelanggaran hukum
"Ada metode yang disembunyikan oleh kelompok tertentu untuk masuk dan menduduki parlemen ... Jika (tindakan ini) dimaksudkan untuk menggulingkan pemerintah, itu adalah pelanggaran hukum," ujar Tito Karnavian kepada media.
Joko Widodo (Jokowi) menuding adanya "para aktor politik" untuk mengipasi aksi kekerasan yang meletus dalam unjuk rasa 4 November silam. Meskipun sejauh ini ia belum menyebutkan nama siapa pun.
Dikutip dari Reuters, para analis mengatakan, penentang Jokowi -- presiden pertama Indonesia muncul dari kalangan luar elit politik atau militer-- menggunakan isu agama dalam mengguncang kedudukan gubernur Jakarta, dengan tujuan akhir menggerogoti pemerintahan Jokowi.
Wara Wiri Gubernur Petahana
Meski segudang prestasi, gaya kepemimpinan Basuki Tjahaja Purnama di Jakarta banyak mendulang kontroversi. Ini sejumlah skandal yang digunakan musuh politiknya untuk menohok bekas Bupati Belitung Timur tersebut
Foto: picture-alliance/AP Photo/D. Alangkara
Pro dan Kontra
Gayanya yang blak-blakan dan terbuka kerap memicu perang mulut dengan sejumlah politisi atau pejabat di Jakarta. Ahok yang mengincar kursi DKI 1 pada Pilkada 2017 harus menghadapi sejumlah skandal untuk bisa melanjutkan masa jabatannya. Mampukah musuh-musuh politiknya menjungkalkan Ahok?
Foto: picture-alliance/epa/B. Indahono
Singkat Kata Penistaan Agama
Berawal dari pidatonya di Pulau Seribu ihwal politisasi surat Al-Maidah 51, Ahok kini berseteru dengan kelompok Islam konservatif yang digalang FPI buat mencari keadilan di depan meja hijau. Polemik penistaan agama menjadi bola liar pada pilkada, lantaran dampaknya pada elektabilitas yang dinamis dan sulit diukur. Sidang kasus penodaan agama menjadi batu sandungan terbesar ahok menuju kursi DKI 1
Foto: Reuters/B. Indahono/Pool
Reklamasi Sarat Kontroversi
Simpang siur soal kewenangan pemberian izin reklamasi pantai utara Jakarta adalah batu sandungan terbesar buat Ahok jelang Pilkada 2017. Sang gubernur diyakini menyalahi aturan soal pemberian izin. Proyek raksasa tersebut akhirnya ditunda setelah pemerintah turun tangan. KPK menangkap anggota DPRD DKI Sanusi dan Direktur Agung Podomoro Land, Ariesman Widjaja, atas dugaan kasus suap reklamasi.
Foto: Fotolia/aseph
Sumber Waras Tanah Bertulah
Berawal dari audit Badan Pemeriksa Keuangan, pembelian lahan di rumah sakit Sumber Waras memicu kontroversi karena diindikasikan sarat korupsi. Kasusnya hingga ditangani KPK. Negara ditengarai merugi sekitar 191 miliar Rupiah lantaran pembengkakan harga tanah. Tapi pemerintah daerah DKI meragukan keabsahan audit BPK karena dinilai menghitung harga tanah di jalan yang salah.
Foto: Gacad/AFP/Getty Images
Tumbang Luar Batang
Dengan rencana menata kampung Luar Batang dan Pasar Ikan di Jakarta Utara untuk dijadikan Kawasan Wisata Bahari Sunda Kelapa, Ahok menggusur rumah penduduk yang berdiri di atas tanah ilegal. Penggusuran itu mendulang kritik karena dinilai merugikan kaum miskin. Pemda DKI berkilah telah menyediakan rumah susun yang lebih layak untuk penduduk Luar Batang.
Foto: Reuters/Beawiharta
Darah Kurban di Jalur Hijau
Menjelang hari raya Idul Adha ratusan massa Front Pembela Islam menyantroni Gedung DPRD DKI Jakarta. Mereka mengecam Ahok karena telah melarang penyembelihan dan penjualan hewan kurban. Pemda DKI sebaliknya mengatakan cuma menjalankan peraturan daerah yang melarang penjualan hewan kurban di jalur hijau.
Foto: Reuters/Darren Whiteside
Geger Kalijodo
Selama berpuluh tahun Kalijodo dibiarkan menjadi sarang prostitusi gelap. Ahok nekad menggusur kawasan tersebut untuk dijadikan jalur hijau. Langkah pemda DKI disambut gugatan di PTUN oleh sejumlah tokoh masyarakat Kalijodo. Ahok juga dikritik lantaran menyertakan 1000 tentara dan polisi untuk mengawal penggusuran. Kisruh langsung mereda setelah penggusuran berakhir.
Foto: Imago/Xinhua
Kisruh Bantar Gebang
Berawal dari keluhan DPRD Bekasi soal sampah Jakarta, kisruh seputar TPS Bantar Gebang kembali bergulir. Ahok sebaliknya menuding pengelola TPS, PT. Godang Tua wanprestasi. Hasilnya truk-truk sampah DKI dihadang massa tak dikenal. Ahok pun bentrok dengan DPRD. Kisruh berakhir setelah Presiden Joko Widodo turun tangan.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Anggaran Siluman
Akhir 2014 Ahok murka lantaran menemukan dana siluman sebesar 8,8 trilyun dalam rancangan APBD 2015 yang telah digodok DPRD DKI. Setelah coret sana-sini, APBD kembali diserahkan kepada parlemen untuk dibahas. Namun DPRD memilih berpolemik karena merasa tudingan Ahok soal adanya indikasi mafia anggaran tidak berdasar. APBD DKI akhirnya baru disahkan bulan Februari dengan menggunakan pagu ABPD 2014.
Foto: Imago
9 foto1 | 9
Hari Selasa (22/11), Joko Widodo mengadakan pembicaraan dengan mitra koalisi senior, dalam serangkaian pertemuan dengan pejabat politik, agama dan militer, guna mengajak mereka menjaga kesatuan pemerintahan.
"Saya ingin menekankan semangat ke-bhinekaan ... dan pemerintah bertekad untuk mencegah pertumbuhan radikalisme di negeri ini," katanya kepada wartawan di istana kepresidenan.
Joko Widodo telah bertemu berulang kali mengadakan pertemuan dengan militer dan menyerukan pasukan keamanan untuk selalu waspada terhadap kemungkinan kerusuhan lebih lanjut.
Jokowi juga telah bertemu dengan para politisi atas, termasuk para pemimpin partai mendukung, Megawati Soekarnoputri, dan pemimpin oposisi Prabowo Subianto. Ketiga telah bersama-sama menyerukan ketentraman.
Pertemuan dengan Surya Paloh
Setelah bertemu Prabowo dan megawati, pada hari Selasa (22/11) ini, Jokowi juga bertemu dengan pemimpin Partai Nasdem, Surya Paloh. Itikad Jokowi untuk menjaga gara bangsa Indonesia tidak terpecah belah, diamini oleh Surya Paloh. Dikutip dari liputan6, Surya Paloh menegaskan, dalam situasi sekarang ini Indonesia membutuhkan ketenangan. Stabilitas ini sangat diperlukan untuk bisa terus membangun negara di tengah kondisi ekonomi yang tengah sulit.
"Presiden menekankan betapa pentingnya stabilitas dan itu tidak bisa ditawar tawar. Bagaimana harmoni dari seluruh komponen bangsa itu mutlak harus hadir dalam kehidupan kita keseharian yang terakhir, kita yang punya paham nasionalisme ideologi kebangsaan yang luar biasa mahakarya putra Indonesia," tandas Surya Paloh.
ap/rzn (rtr/liputan6)
Jokowi Dikejar Dosa HAM Hingga ke Eropa
Presiden Joko Widodo membidik kerjasama bisnis untuk mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia. Tapi betapapun sang presiden berusaha menghindar, ia tetap dikejar dosa HAM masa lalu
Foto: Reuters/H. Hanschke
Sambutan Kenegaraan
Jerman mempersiapkan upacara kenegaraan buat menyambut Presiden Indonesia Joko Widodo. Di jantung Eropa dia menyisakan waktu tidak barang sehari. Jokowi terutama membidik kerjasama pendidikan kejuruan buat calon tenaga kerja muda. Dengan cara itu sang presiden ingin menempatkan kualitas sumber daya manusia sebagai pondasi pertumbuhan ekonomi di masa depan.
Foto: DW/R.Nugraha
Dikejar Dosa
Namun Jokowi tidak sepenuhnya bisa melepaskan diri dari isu Lingkungan dan Hak Azasi Manusia. Selama kunjungannya di Berlin sang presiden diiringi aksi demonstrasi berbagai kelompok, antara lain organisasi lingkungan Rettet den Regenwald. Sementara International People Tribunal 65 menyerahkan petisi yang berisikan tuntutan kepada pemerintah untuk menyelesaikan isu HAM masa lalu.
Foto: DW/R.Nugraha
Sentilan Sang Pendeta
Agenda serupa juga menantinya di Istana Bellevue, saat bertemu dengan Presiden Jerman, Joachim Gauck. Gauck yang bekas pendeta itu membahas hak minoritas dan hubungan antar agama di Indonesia. Ia juga menyentil sang presiden ihwal hukuman mati. Jokowi berkilah Indonesia sedang dalam darurat narkoba
Foto: picture-alliance/AP Photo/M. Sohn
Berguru ke Jerman
Setelah bertemu Gauck, Jokowi bergegas menemui Kanselir Angela Merkel yang terpaksa menunggu selama tiga menit di kantor kekanseliran di Berlin. Bersama perempuan paling berkuasa di Bumi itu Jokowi membahas berbagai kerjasama ekonomi, terutama pendidikan vokasi dan juga isu terorisme.
Foto: DW/R.Nugraha
Terjebak Isu HAM
Namun serupa dengan Gauck, Merkel turut membahas "kasus HAM di Indonesia, terutama di Aceh dan Papua." Soal isu pembantaian 1965, Jokowi akhirnya angkat bicara ketika sudah tiba di London. "Saya belum memutuskan apa-apa," ucapnya membantah klaim Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan, Luhut Panjaitan.
Foto: Reuters/H. Hanschke
Bergegas Mengejar Pertumbuhan
Tanpa membuang banyak waktu presiden beserta rombongan langsung terbang ke London, lalu Belgia dan Belanda dengan selang waktu satu hari. Di Eropa Jokowi membidik perjanjian perdagangan bebas yang ia canangkan akan selesai dalam dua tahun. Selain kerjasama pendidikan vokasi dengan Jerman, Jokowi juga menggandeng Inggris untuk membenahi industri kelautan.