Jokowi Ibaratkan Perang Dagang Seperti Film Avengers
12 September 2018
"Tenanglah," kata Jokowi setengah berkelakar, "saya dan rekan Avengers lainnya akan bangkit mencegah Thanos melumat separuh populasi Bumi," Ucapannya itu sontak mengundang gelak tawa di Forum Ekonomi Dunia dan ASEAN.
Iklan
Presiden Joko Widodo mengundang tawa saat mengandaikan perang dagang global ibarat film atau komik the Avengers berjudul "Infinity War." Hal tersebut disampaikannya dalam Forum Ekonomi Dunia tentang ASEAN di Hanoi, Vietnam, Rabu (12/9)
"Apa yang terjadi dengan perekonomian dunia saat ini adalah bahwa kita sedang mengarah ke 'infinity war'," ujarnya. Saat ini Amerika Serikat sedang melancarkan perang tarif dengan Cina. Presiden Donald Trump belum lama ini mengancam akan menggandakan pajak bea cukai terhadap produk buatan Cina, di luar pajak cukai senilai 50 milyar Dolar AS yang telah dijatuhkan terhadap Cina tahun ini.
Presiden Jokowi mengatakan perang dagang hanya akan menghambat pertumbuhan ekonomi global dan berpotensi mengancam standar kemakmuran milik milyaran penduduk di seluruh dunia. "Tapi yakinlah, saya dan rekan Avengers yang lain akan bangkit mencegah Thanos melumat separuh populasi dunia," imbuhnya merujuk pada tokoh jahat di film 'Infinity War'
Namun ia buru-buru menambahkan tidak bermaksud menyinggung seseorang ketika menganalogikan perang dagang dengan film tersebut. "Thanos berkeyakinan bahwa untuk sukses, yang lain harus kalah. Dia mewakili persepsi keliru bahwa kebangkitan suatu kaum berarti kehancuran kaum lainnya," imbuhnya di hadapan Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong, dan pemimpin de facto Myanmar, Aung San Suu Kyi, Jokowi
Lima Alasan Sri Mulyani Jadi Menteri Terbaik di Dunia
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indarwati mendapat penghargaan Menteri Terbaik di Dunia berkat kinerjanya. Prestasi apa saja yang lantas melambungkan nama bekas direktur Bank Dunia itu? Simak daftarnya.
Foto: DW
Piagam dari Syeikh
Tidak tanggung-tanggung, penghargaan tersebut diberikan langsung oleh Perdana Menteri Uni Emirat Arab, Syeikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum. Ini adalah kali pertama seorang menteri dari Asia mendapat penghargaan Menteri Terbaik di Dunia. Tidak heran jika nama Sri Mulyani kembali melambung sebagai seorang teknokrat ulung. Inilah lima prestasi Sri yang patut diapresiasi.
Foto: Reuters/C. Pike
1. Menuntaskan Kemiskinan
Sejak menjabat menteri keuangan di era Presiden Joko Widodo, Sri Mulyani dianggap ikut membantu mengurangi angka kemiskinan sebanyak 40%. Saat ini Badan Pusat Statistik mencatat jumlah penduduk miskin sebesar 26,5 juta orang, alias turun 1,7 juta sejak Maret 2017. Kepiawaian Sri menekan angka inflasi sebesar 1,45% pada periode tersebut dinilai turut menyumbang penurunan angka kemiskinan.
Foto: DW/R. Nugraha
2. Kesenjangan Pendapatan
Indonesia tergolong negara di urutan teratas dalam hal <a target="_blank" href="http://p.dw.com/p/2Y8Iu">kesenjangan</a> pendapatan. Laporan terakhir menyebut empat orang terkaya Indonesia memiliki harta sebanyak 100 juta rakyat miskin. Melalui kebijakan pajak yang ketat dan efektif, pemerintah sedikit demi sedikit berhasil mengurangi kesenjangan pendapatan dan membagikan kemakmuran lebih merata.
Foto: AFP/Getty Images/Bay Ismoyo
3. Pertumbuhan Lapangan Kerja
Presiden Joko Widodo menargetkan pertumbuhan 10 juta lapangan kerja hingga 2019. Sejauh ini tim ekonomi di Kabinet Kerja telah berbuat banyak untuk mencapai sasaran tersebut. Tahun lalu sebanyak 2.61 juta kesempatan kerja tercipta di Indonesia. Rezim keuangan yang ketat, belanja infrastruktur dan kemudahan berbisnis menjadi jurus andalan buat merapal pertumbuhan ekonomi.
Foto: Bay Ismoyo/AFP/Getty Images
4. Transparansi dan Korupsi
"Tata kelola keuangan yang baik adalah transparansi dan akuntabilitas," kata Sri Mulyani. Kredo yang sama membayangi masa kerjanya. Ia banyak menuntut transparansi anggaran dan membatasi ruang korupsi di Kementerian Keuangan. Ia juga ikut memantau penggunaan APBD di daerah-daerah, termasuk DKI Jakarta. Tidak heran jika pada masa jabatannya indeks transparansi Indonesia membaik sebanyak 3%.
Foto: Getty Images/AFP/A. Berry
5. Cadangan Devisa
Akhir Desember silam Bank Indonesia mengumumkan cadangan devisa sebesar US$130 miliar atau meningkat sekitar 4,03 miliar Dolar AS. Angka tersebut adalah yang tertinggi dalam sejarah. Sebagai perbandingan, cadangan devisa Indonesi pada 2014 adalah sebesar 111 miliar Dollar AS. Kelihaian Sri Mulyani mengelola utang negara dianggap salah satu alasan membaiknya postur cadangan devisa Indonesia.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Banjir Pujian Buat Sri
Di tengah prestasi yang menggunung, Sri Mulyani mendedikasikan kemenangannya untuk pemerintahan Presiden Jokowi dan rakyat Indonesia. Sang Presiden pun tak hemat pujian, "ini pengakuan dunia dan hanya satu orang menteri. Saya kira, kita semua bangga," ujarnya.
Foto: DW
7 foto1 | 7
"Anda mungkin bertanya-tanya siapa Thanos?" tanya Jokowi. "Thanos bukan satu orang, tapi di dalam diri kita semua," katanya.
Forum Ekonomi Dunia tentang ASEAN di Hanoi fokus membahas bagaimana negara-negara Asia Tenggara menghadapi "revolusi industri keempat" yang membidik digitalisasi dan otomasi produksi. Fenomena ini dikhawatirkan bisa mengancam model manufaktur yang berbasis pertumbuhan dan biaya murah.
Indonesia dan Vietnam yang menikmati pertumbuhan pesat saat ini sudah mengalami digitalisasi industri yang membantu menciptakan lapangan kerja baru, tapi juga melumat pekerjaan berkualifikasi rendah. Terlebih teknolgi cetak tiga dimensi saat ini sudah mulai menggeser buruh di sentra-sentra produksi.
Sebaliknya di negara-negara ekonomi bawah seperti Kamboja, Laos dan Myanmar masih kesulitan mengejar ketertinggalan dari jiran di ASEAN. Ketiga negara saat ini masih mengupayakan pemerataan akses komunikasi seluler agar bisa mendorong perubahan.
rzn/ap (dpa, ap)
Dipotong Lima Nol, Seberapa Terpuruk Mata Uang Venezuela?
Hiperinflasi terhadap Bolivar memaksa Venezuela memberlakukan redenominasi buat memindahkan lima angka nol dari setiap satuan mata uang. Namun seberapa rendah nilai mata uang Bolivar? Simak perbandingannya berikut.
Foto: Reuters/C. G. Rawlins
Jutaan untuk Seekor Ayam
Venezuela mencatat inflasi sebesar 82,700% pada Juli silam. Akibatnya nilai mata uang Bolivar terjun bebas dan penduduk kesulitan memenuhi kebutuhan pokok tanpa mata uang asing. Untuk seekor ayam potong berbobot 2,4 kilogram saja penduduk harus merogoh 14,6 juta Bolivar atau setara US$ 2,2.
Foto: Reuters/C. G. Rawlins
Sekantung Uang untuk Sekantung Tomat
Adapun satu kilogram tomat di Venezela dibanderol 5 juta Bolivar atau sekitar US$ 0,76. Saat ini nilai tukar Bolivar terhadap Dollar AS berada di kisaran 6.900.000 Bolivar untuk setiap Dollar. Padahal lima tahun silam nilainya hanya 6.000 Bolivar per satu Dollar AS.
Foto: Reuters/C. G. Rawlins
Biaya Hidup Melangit
Akibat hiperinflasi dan kelangkaan bahan pokok, biaya hidup di Venezuela melangit. Untuk satu roll tisu toilet saja penduduk harus membayar 2,6 juta Bolivar di ibukota Caracas.
Foto: Reuters/C. G. Rawlins
Mata Uang Tanpa Nilai
Tiga setengah juta Bolivar adalah harga eceran untuk sebungkus pembalut wanita di Venezuela. Padahal jika dikonversi ke mata uang Dollar AS, harganya tak lebih dari US$ 0,53.
Foto: Reuters/C. G. Rawlins
Beras Lebih Berharga
Terutama buat penduduk yang gemar mengkonsumsi beras, hiperinflasi menjadikan biaya hidup meningkat tinggi. Satu kilogram beras dibandrol seharga 2,5 juta Bolivar atau sekitar 0.38 Dollar AS.
Foto: Reuters/C. G. Rawlins
Petaka buat Orangtua
Adapun satu kantung popok bayi yang kebanyakan masih diimpor dihargai 8 juta Bolivar atau sekitar 1,22 USD. Kondisi ini diperparah dengan langkah pemerintah memperketat regulasi perdagangan. Akibatnya distributor enggan mengimpor dalam jumlah besar.
Foto: Reuters/C. G. Rawlins
Keju Tak Terjangkau
Meski diproduksi dengan biaya murah dan dibanderol 1,14 USD per kilogram, keju dijual seharga 7,5 juta Bolivar di Venezuela. Pada Senin (27/8) pemerintah di Caracas akan memberlakukan redenominasi yang memangkas lima angka nol. Jadi mulai pekan depan harga sebongkah keju akan berkisar 75 Bolivar. (rzn/ap: Reuters)