1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Ekonomi

Jokowi Ingin Duta Besar RI Berperan sebagai Duta Ekspor

9 Januari 2020

Presiden Jokowi ingin para duta besar RI turut berperan sebagai duta investasi dan ekspor negara. Presiden berharap duta besar lebih jeli meliihat potensi pasar non tradisional di negara-negara berkembang.

Indonesien l Treffen des Ministerrats in Jakarta
Foto: Biro pers Sekretariat President/Muchlis Jr

Kamis (09/01), bertempat di Istana Negara, Jakarta, Presiden Joko Widodo membuka Rapat Kerja (Raker) Kepala Perwakilan Republik Indonesia dengan Kementerian Luar Negeri. Rapat kerja tersebut dihadiri oleh 131 Kepala Perwakilan dan Eselon I Kementerian Luar Negeri.

Dalam sambutannya, presiden Jokowi menekankan kepada duta besar RI yang hadir untuk terus optimis di tengah situasi ekonomi dan politik dunia yang penuh dengan ketidakpastian. Terlebih lagi dengan meningkatnya kondisi konflik yang terjadi di beberapa negara akhir-akhir ini.

"Tetapi kita harus yakin bahwa di tengah situasi yang penuh tantangan tersebut, negara kita Indonesia mampu berlayar tetap berdiri tegak dalam rangka terus memperjuangkan kepentingan nasional kita," ujar Jokowi.

Selain itu Jokowi juga meminta seluruh duta besar RI untuk fokus mengupayakan diplomasi ekonomi. Karena menurut Jokowi, diplomasi ekonomi merupakan hal yang dibutuhkan Indonesia saat ini. 

"Saya ingin 70-80 persen apa yang kita miliki itu fokusnya di situ, di diplomasi ekonomi karena itulah yang sekarang ini sedang diperlukan oleh negara kita. Oleh sebab itu, penting sekali para duta besar ini sebagai duta investasi," jelasnya.

Duta besar harus mampu untuk mengidentifikasi jenis investasi di sektor-sektor yang diperlukan dan diprioritaskan oleh Indonesia antara lain produk substitusi impor  dan energi. Hal ini ditekankan, mengingat Indonesia masih mengimpor energi, baik minyak maupun gas, dalam jumlah yang cukup besar.

"Jangan senang kita impor gas atau minyak terus. Investornya siapa? Ya investornya bisa saja misalnya yang berkaitan dengan batu bara, datangkan investor yang memiliki teknologi yang berkaitan dengan batu bara. Karena batu bara itu bisa diubah menjadi DME, LPG. Kita ini LPG kita ini impor semuanya. Sehingga investasi yang berkaitan dengan DME, LPG, ini penting sekali supaya kita tidak impor gas LPG lagi. Material kita ini batu bara banyak sekali. Negara-negara yang jago yang berkaitan dengan ini siapa? Ini yang kita cari," paparnya.

Baca juga: Kenapa Indonesia Hentikan Ekspor Nikel di Tengah Demam Global?

Genjot investasi, tingkatkan ekspor

Jokowi lebih lanjut menyampaikan, dengan meningkatnya investasi di bidang-bidang tersebut, neraca transaksi berjalan dan neraca perdagangan Indonesia akan semakin baik. Salah satu penyebab defisit neraca perdagangan yang tidak kunjung selesai adalah karena selama bertahun-tahun Indonesia selalu fokus pada pasar-pasar tradisional dan negara-negara besar saja seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, atau Tiongkok.

Padahal potensi pasar-pasar lain di dunia masih sangat besar untuk digarap, seperti di Afrika, negara-negara di Asia Tengah, Asia Selatan, dan Eropa Timur.

"Ini tolong betul-betul dilihat dan diinformasikan ada peluang apa di situ? Sehingga di sini mengerti dan bisa mengolah. Kementerian Luar Negeri mendapatkan informasi, diolah dalam rapat terbatas, kemudian kita putuskan siapa yang harus menyelesaikan itu, barangnya yang dibutuhkan apa. Intelligent marketing seperti ini yang diperlukan sekarang ini. Sehingga kita bisa masuk ke pasar-pasar Afrika, produk-produk apa yang diperlukan di sana, bisa masuk," jelasnya.

Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mampu stabil berada di atas lima persen dalam lima tahun terakhir diyakini bisa menjadi modal bagi para duta besar untuk mempromosikan Indonesia. Para duta besar RI juga diminta aktif untuk selalu menginformasikan inovasi yang ada di negara tempat mereka bertugas. Dengan demikian, Indonesia bisa mempelajari inovasi tersebut untuk kemudian dikembangkan dan diterapkan.

"Kalau kita memulai dari basic-nya ya enggak akan ketemu sampai kapan pun. Karena kita ingin amati, pelajari, kembangkan, dan langsung terapkan. Inilah yang kita perlukan. Jadi kalau ada inovasi di sebuah negara, misalnya di Amerika ada sesuatu yang baru mengenai Artificial Intelligence (AI). AI kita belajar belum rampung sudah keluar yang baru lagi. Barang baru ini apa? Informasikan," jelas Jokowi.

Baca juga: Pasar Ekspor Minyak Sawit Terbesar Indonesia di India Direbut Malaysia

Ekspor Indonesia ke Jerman meningkat

Kepada DW Indonesia, Duta Besar RI untuk Jerman, Havas Oegroseno mengatakan pihaknya telah merumuskan strategi diplomasi ekonomi sesuai yang telah diamanatkan Presiden Jokowi.

“KBRI Berlin telah merumuskan strategi diplomasi ekonomi di Jerman, dan salah satu yang penting adalah menjadi official partner of Hannover Messe 2020,“ terang Havas.

Ia juga menyampaikan bahwa nilai ekspor Indonesia ke Jerman meningkat dari 2.6 miliar euro menjadi 2.8 miliar euro atau setara dengan 40,3 triliun rupiah menjadi 43,4 triliun rupiah.

Tingginya tarif antar sesama negara G-20 menurutnya menjadi hambatan bagi Indonesia untuk meningkatkan nilai ekspor.

“Hambatan utama adalah tarif yang tinggi karena sesama negara G20. Satu-satunya jalan menghilangkan atau mengurangi tarif adalah penyelesaian perundingan Indonesia-EU CEPA,“ pungkas Havas.

rap/vlz (dari berbagai sumber)