Presiden Indonesia Joko Widodo pada hari Kamis (28/11) meminta lembaga pemerintah untuk menghapus dua jajaran pegawai negeri pada tahun 2020 dan menggantikan peran mereka dengan kecerdasan buatan.
Iklan
Presiden Jokowi mengeluarkan pernyataan ini di hadapan para pemimpin perusahaan sewaktu menyusun agenda jangka kedua yang bertujuan mengubah struktur ekonomi Indonesia dan mengurangi ketergantungan terhadap sumber daya alam.
Selama ini ada empat eselon di tingkatan pemerintahan sipil, yaitu eselon I, II, III dan IV. Jokowi pun berencana untuk mengganti eselon III dan IV dengan kecerdasan buatan.
Sedangkan aparat yang bersangkutan nantinya akan diberikan jabatan yang bersifat fungsional.
Presiden Jokowi mengatakan bahwa Indonesia harus beralih ke manufaktur canggih, seperti kendaraan listrik dan menggunakan bahan baku seperti batu bara dan bauksit di industri itu dan bukannya hanya untuk diekspor.
Transformasi seperti itu dinilai akan membutuhkan investasi asing dan Jokowi mengatakan dia akan meningkatkan iklim bisnis dengan memperbaiki puluhan aturan yang tumpang tindih dan memotong birokrasi.
"Saya telah memerintahkan menteri (pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi) untuk menggantikan mereka dengan AI. Birokrasi kita akan lebih cepat dengan AI," katanya, merujuk pada kecerdasan buatan. Namun, dia menambahkan rencana ini akan membutuhkan persetujuan DPR.
Jokowi tidak merinci lebih lanjut terkait peran mana yang akan dihapus atau bagaimana teknologi ini akan digunakan. Ia juga mengatakan bahwa rencana ini masih harus dibicarakan dengan DPR.
Pemerintah menargetkan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini pada sekitar 5,04 hingga 5,05 persen, lebih rendah dari target 5,3 persen karena perlambatan ekonomi global.
ae/ts (Reuters, kompas.com)
Yang Menarik dari Dunia Ilmu Pengetahuan Alam di tahun 2019
Apa saja yang sudah Anda dengar dari dunia ilmu pengetahuan alam di tahun 2018? Sebagian dari itu masih akan jadi topik pembicaraan di tahun baru ini. Dan mungkin ada juga yang belum pernah Anda dengar sama sekali.
Foto: Imago/Panthermedia/O. Le-Moal
Kecil tapi meyakinkan: Organoid
Ini gambar sebuah organoid. Yaitu versi miniatur dan sederhana dari sebuah organ yang diproduksi "in vitro" (di dalam tabung reaksi). Organoid menunjukkan secara realistis anatomi mikro organ yang direpresentasikan. Oleh sebab itu organoid digunakan ilmuwan untuk mempelajari penyakit dan pengobatannya di laboratorium.
Foto: picture-alliance/dpa/Imba/Madeline A. Lancaster
Ekspedisi MOSAiC
Ekspedisi akan dimulai musim gugur 2019, dan jadi ekspedisi Arktika paling besar dalam sejarah. Selama setahun, para ilmuwan dari 17 negara akan menyelidiki Kutub Utara. Mereka menggunakan kapal spesial pemecah es bernama Polarstern. Setelah mencapai posisi yang dituju, Polarstern akan buang sauh di tengah es. Para ilmuwan kemudian akan mengumpulkan data bagi riset perubahan iklim dan ekosistem.
Foto: Alfred-Wegener-Institut/Stefanie Arndt
Mars, kami datang!
Sepertinya tahun 2019 pun manusia belum akan pindah ke Mars. Tapi 2018 pendarat robot InSight yang diluncurkan NASA mendarat dengan sukses di planet merah, setelah perjalanan selama tujuh bulan. InSight akan berada di Mars selama dua tahun dan mengumpulkan berbagai sampel dari bagian dalam planet itu. Mungkin di tahun 2019 sudah akan ada pengetahuan baru tentang Mars!
Foto: Getty Images/D. McNew
Kecerdasan buatan: teman atau penyulut kekhawatiran?
Kecerdasan buatan jadi topik utama Tahun Ilmu Pengetahuan 2019 di Jerman. Itu ditetapkan Departemen Penelitian dan Teknologi Jerman. Apakah kecerdasan buatan peluang baru untuk meringankan beban manusia? Atau itu nantinya akan menggantikan manusia? Yang jelas perkembangan ini tidak bisa dihentikan, hanya bisa dilihat di masa depan.
Foto: picture-alliance/K. Ohlenschläger
Kerasukan bulan?
Tahun 2019 diperingati ulang tahun ke-50 pendaratan Neil Armstrong di bulan. Dan langkah manusia di bulan tambah lama tambah banyak. Tahun 2019 direncanakan empat pendaratan di bulan, antara lain misi dari Cina. Pesawat Chang'e 4 milik Cina direncanakan jadi pesawat pertama yang mendarat di sisi belakang bulan yang gelap.
Foto: Reuters
Selamat tinggal plastik!
Mulai tahun 2021 produk plastik sekali pakai, seperti piring, gelas, sendok, garpu, atau sedotan dilarang digunakan di Uni Eropa. Tujuannya: mencegah lebih banyaknya sampah plastik di lautan. Ilmuwan kini masih mencari bahan tepat untuk membuat plastik yang "hijau", misalnya dari alga atau lemak bekas gorengan. Tapi Anda tentu sudah bisa mulai berhenti menggunakan plastik di tahun 2019.