Presiden Joko Widodo mengatakan akan menambah anggaran untuk program Dana Desa. Diperkirakan anggaran Dana Desa tahun 2019 akan mencapai angka Rp 73 triliun.
Iklan
Presiden Joko Widodo mengatakan akan menambah anggaran untuk program Dana Desa. Diperkirakan anggaran Dana Desa tahun 2019 akan mencapai angka Rp 73 triliun.
Jokowi mengatakan, dalam 4 tahun terakhir, anggaran untuk infrastruktur sangat besar. Untuk 2018 saja, infrastruktur sudah memakan anggaran sebesar Rp 400 triliun.
"Dalam 4 tahun ini anggaran infrastruktur sangat besar sekali. Tahun ini kurang-lebih Rp 400 triliun. Sebelumnya, 4 tahun lalu kira-kira Rp 150 triliun," kata Jokowi saat menghadiri Temu Karya Nasional Gelar Teknologi Tepat Guna (TTG) XX dan Pekan Inovasi Perkembangan Desa/Kelurahan (PINDesKel) di Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park, Kuta Selatan, Badung, Bali, Jumat (19/10/2018).
Jokowi mengatakan lompatan anggaran tersebut sangat besar. Untuk itu, anggaran besar tersebut harus tepat sasaran dan terkoneksi dengan Dana Desa.
Mencari Desa-desa yang Hilang
Bencana alam, pembangunan waduk...ada banyak faktor lenyapnya sebuah desa di banyak belahan dunia. Namun beberapa di antaranya muncul kembali. Yuk simak di antaranya.
Foto: picture-alliance/dpa/U. Zucchi
Jembatan Asel di Edersee, Hessen, Jerman
Ketika bendungan ini di Hessen Utara dibangun- dan relokasi tiga desa dilakukan- tidak ada yang menduga bahwa jembatan ini timbul lagi ke permukaan air. Dulu jembatan ini tenggelam akibat banjir tahun 1914. Namun kekeringan ekstrem menyebabkan jembatan ke bekas desa Asel ini, kemudian muncul kembali.
Foto: picture-alliance/dpa/U. Zucchi
Menara gereja di Reschensee, Italia
Birunya laut mengelilingi menara lonceng monumental dari gereja paroki St Catherine. Cukup menarik faktanya bahwa menara dari abad ke-14 adalah sisa-sisa terakhir yang terlihat dari bekas desa Graun. Banjir di Tirol selatan ini terjadi tahun 1950. Tiga tahun waktu yang dimiliki penduduk untuk pindah ke daratan lebih tinggi.
Bendungan Malpaso di wilayah tengah Meksiko, Chiapas merupakan penyedia air terbesar kedua di negara itu. Dari bendungan itu, tenaga listrik dihasilkan di sini sejak akhir 1960-an. Untuk itu ratusan warga harus mengalah dan dimukimkan kembali. Ketika terjadi kekeringan ekstrem - tahun 2002 dan 2015 - bangunan megah ini muncul di sini lagi: sebuah kuil berusia empat ratus tahun.
Foto: picture-alliance/AP Photo/D. von Blohn
Desa Geamana, Rumania
Di pegunungan Apuseni, lebih dari 1.000 penduduk desa tinggal di Geamana. Pada akhir 1970-an, lembah ini terpapar limbah beracun setelah tambang tembaga beroperasi di sekitarnya. Bekas desa itu kemudian ditutupi dengan lumpur. Di pertambangan itu terdapat cadangan tembaga terbesar di Rumania, seluas 130 hektar.
Foto: Imago/Zumapress
Pemukiman Rungholt, Laut Utara
Mitos yang tak terhitung jumlahnya menyelimuti "Atlantis di Laut Utara"ini. Pada abad ke-14bencana banjir menelan hingga 30 permukiman, termasuk kota makmur, Rungholt. Banyak temuan membuktikan keberadaan pemukiman ini, tapi lokasi persisnya masih belum jelas. Laut Wattenmeer dan pasang surutnya terus mengubah sisa-sisa lokasinya.
Foto: picture-alliance/dpa/H. Pfeiffer
Waduk di desa Fayón di Ebro, Spanyol
Menara gereja naik ke permukaan air. Di bawah danau ini terendam sebuah desa. Danau ini adalah salah satu dari tiga waduk yang diciptakan untuk menghasilkan listrik bagi Barcelona di tahun 1960-an. Kini, terutama nelayan sering berlayar ke menara gereja di danau itu, karena daerah ini sangat kaya akan ikan.
Foto: Imago/Chromorange
Nachterstedt di Danau Concordiasee, Sachsen-Anhalt
Pertambangan lignit di Sachsen-Anhalt. Tidak hanya satu desa yang memberi jalan bagi beroperasinya pertambangan itu. Sejak tahun 1928, warga Nachterstedt berpindah hingga1,5 kilometer. ketika tambang ditutup, muncul tempat rekreasi Concordia. Tapi konsekuensinya, tahun 2009 longsor, tiga orang tewas.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Wolf
Kalyazin di Waduk Uglitscher Stausee, Rusia
150 kilometer sebelah utara Moskow terdapat waduk sepanjang sekitar 140 kilometer dengan lebar 5 km di sungai Volga. Dengan ketinggian air sekitar 100 meter, wilayah Kalyazin tenggelam pada tahun 1940. Di antara bangunan yang hilang juga dua gereja - dari Gereja Nikolai dari 1801 menonjol tentang hanya menara lonceng.
Foto: Imago
8 foto1 | 8
"Lompatan ini sangat besar tapi harus tepat sasaran, bermanfaat. Ini harus terkoneksikan dengan Dana Desa supaya yang besar, sedang, dan kecil bisa sambung semuanya. Percuma jalan tol rampung tapi jalan desanya tidak bisa dilewati," katanya.
Dia juga mengatakan anggaran Dana Desa setiap tahun mengalami peningkatan. Untuk tahun depan, Jokowi menganggarkan Dana Desa sekitar 73 triliun.
"Dana Desa kalau kita lihat Rp 20 triliun di tahun pertama, tahun 2016 Rp 47 triliun. Di tahun 2017 Rp 60 triliun. Tahun ini Rp 60 triliun. Tahun depan kurang-lebih Rp 73 triliun. Semakin besar dananya tapi penggunaannya harus tepat sasaran. Ini bukan masalah menghabiskan uang. Tapi tepat sasaran dan tepat guna dan bermanfaat," jelasnya.
Kisah Warga Sulawesi Yang Harus Berenang Mencari Air Bersih
Para ibu berenang dengan membawa 200 jeriken untuk mencari air. Warga desa Tinambung terbiasa berpeluh menyebrang sungai lantaran minimnya fasilitas air bersih.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Wahil
Mencari Air Bersih di Sungai Mandar
Setiap hari Mama Hasria, warga Tinambung, Sulawesi Barat, berenang melawan arus dengan 200 jeriken kosong untuk mencari air bersih. Ia tidak sendirian. Perjalanan melelahkan sejauh empat kilometer itu juga dilakukan oleh warga desa lainnya.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Wahil
Kerusakan akibat Tambang
Ketersediaan air adalah masalah besar untuk penduduk setempat. Air sungai Mandar sejak lama diketahui tidak bisa diminum. Penyebabnya adalah penambangan tidak ramah lingkungan yang menyebabkan rusaknya tebing di bantaran dan penurunan dasar sungai. Akibatnya air menjadi keruh dan ikan endemik yang dulunya menjadi sumber kehidupan warga perlahan menghilang.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Wahil
Sumur di Bantaran Sungai
Maka warga Tinambung terpaksa mengarungi sungai untuk mengambil air di sumur buatan yang dibangun di bantaran sungai. Air sumur layak diminum lantaran lapisan tanah yang berfungsi sebagai filter alami. Untuk jerih payahnya itu Mama Hasria dan warga desa lain biasanya mendapat upah sekitar Rp. 100.000 dari hasil menjual air.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Wahil
Penyambung Hidup Warga
Pekerjaan yang dilalakukan perempuan-perempuan ini bernilai penting untuk kehidupan sekitar 5.800 keluarga di Tinambung. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan saat ini sekitar 72 juta penduduk Indonesia tidak atau belum memiliki akses air minum yang layak.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Wahil
Larut oleh Birokrasi
Warga Tinambung tidak membisu. Mereka berulangkali menyampaikan gugatan ke pemerintah setempat. Namun saat ini kewenangan pemberian zin tambang dan pengawasan sudah dialihkan ke pemerintahan provinsi Sulawesi Barat. Akibatnya masalah dibarkan larut selama bertahun-tahun. "Air di desa hanya bisa digunakan buat mandi dan mencuci pakaian," kata Hasria. "Buat masak dan minum harus diambil dari hulu."
Foto: Getty Images/AFP/Y. Wahil
Petaka Air Beracun
Ironisnya penduduk Tinambung tergolong beruntung. Di kawasan lain warga acap tidak punya pilihan selain mengkonsumsi air yang sudah tercemar, seperti misalnya penduduk di sekitar desa Citarum, Jawa Barat.
Foto: Getty Images/AFP/Y. Wahil
Bantuan dari Pemerintah Provinsi
Keluhan warga akhirnya terdengar. Kini pemerintah provinsi Sulawesi Barat berniat menjadikan Sungai Mandar sebagai salah satu sumber air minum. Di sana akan dibangun pusat pengolahan air dengan kapasitas 250 liter per menit. Saat ini baru sekitar 60% penduduk Sulbar yang mendapat akses air bersih. Hingga 2019 pemerintah provinsi berambisi memenuhi kebutuhan air semua warga. (rzn/hp: afp)
Foto: Getty Images/AFP/Y. Wahil
7 foto1 | 7
Untuk itu, Jokowi berpesan kepada para kepala daerah terus memantau penggunaan Dana Desa agar tepat guna. Tujuannya agar masyarakat bisa merasakan manfaat Dana Desa.
"Sehingga rakyat betul-betul dapat manfaatnya. Saya selalu titip. Misalnya buat irigasi desa, beli pasirnya, usahakan dari desa, beli batunya dari desa itu. Semennya juga sama. Jangan beli di kota, apalagi belinya harus ke Jakarta. Duitnya balik lagi. Usahakan uangnya berputar di desa, di kecamatan, atau maksimal di kabupaten. Jangan keluar dari situ," katanya.
Kampung Tunawisma di Skotlandia
Di Skotlandia ada proyek perumahan untuk warga tunawisma. Namanya Social Bite Village, sebuah desa kecil dengan rumah-rumah kayu, khusus untuk orang-orang yang tidak punya alamat tetap.
Foto: Getty Images/AFP/A. Buchanan
Hampir seperti tempat liburan
Inilah "Social Bite Village" di Skotlandia. Sebuah kampung khusus untuk warga tunawisma. Para tunawisma juga mendapat bantuan makan dan minum. Makanan dan minuman itu dibayar oleh para pendukung gerakan ini, dan tunawisma kemudian bisa makan dan minum gratis.
Foto: Getty Images/AFP/A. Buchanan
Kecil tapi manis
Para tunawisma mendapat rumah kayu yang kecil, tapi rapih dan cantik. Ada 20 rumah, yang bisa mereka tinggali secara cuma-cuma untuk jangka waktu 12 sampai 18 bulan. Selama masa itu, yayasan mencoba menemukan pekerjaan dan rumah sewa bagi para tunawisma. Kampung ini terletak di kota Edinburgh di kawasan Granton.
Foto: Getty Images/AFP/A. Buchanan
Perlengkapan sudah komplet
Setiap rumah sudah lengkap. Ada kamar tidur yang dikombinasikan dengan dapur terbuka dan kamar mandi. Dapur sudah dilengkapi dengan peralatan dan ada televisi. Bukan rumah berperlengkapan mewah, tapi semuanya sudah cukup dan memadai.
Foto: Getty Images/AFP/A. Buchanan
Terbuat dari kayu
Rumah-rumah di sini terbuat dari kayu yang berasal dari hutan yang dikelola secara "berkelanjutan". Dinding luarnya setebal 25 centimeter akan menjamin penghuni tidak kedinginan di musim dingin.
Foto: Getty Images/AFP/A. Buchanan
Nyaman dan hangat
Ruang untuk tidur memang tidak besar, tapi cukup nyaman. Ukurannya disesuaikan seefektif mungkin untuk rumah seluas ini. Semuanya diperhitungkan untuk menghemat tempat.
Foto: Getty Images/AFP/A. Buchanan
Bantuan untuk mandiri
Konsep "Social Bite" adalah untuk mebantu para tunawisma agar mampu hiduo mandiri lagu. Mereka juga membantu para tunawisma dalam mencari pekerjaan. Targetnya, para tunawisma dalam waktu 18 bulan sudah bisa punya tempat sendiri lagi. Pekerja yayasan Sonny Murray (kiri) dan Colin Childs (kanan) dulunya juga tunawisma.
Foto: Getty Images/AFP/A. Buchanan
Inisiator Social Bite Village
Josh Littlejohn adalah salah satu penggagas proyek "Social Bite Village". Dia ingin membantu warga tunawisma agar bisa mendapat pekerjaan lagi dan mampu menyewa rumah sendiri. Proyek ini bisa menjadi contoh untuk kota-kota lain, tidak hanya di Eropa. Penulis: Marco Müller (hp/vlz)