Jokowi: Papua, Surga Kecil yang Diturunkan ke Bumi
ap/rzn (dari berbagai sumber)1 Januari 2016
Dari sebuah dermaga tepi pantai Raja Ampat nan elok, Presiden Joko Widodo menyaksikan sinar matahari pertama di tahun 2016 dengan harapan dan optimisme.
Iklan
Mengenakan blus putih engan sarung tanpa alas kaki, Jokowi menikmati keindahan alam Raja Ampat sambil bersila. Ikan-ikan berwarna –warni hilir mudik di bawah dermaga menambah pesona provinsi yang disebutnya sebagai ‘surga kecil yang jatuh ke bumi‘ itu. Ia menyayangkan jika promosi wisata di kawasan ini tidak dipromosikan dengan baik.
Antara mimpi dan kerja
Dalam rangkaian kunjungannya ke pulau cendrawasih ini, Jokowi juga meresmikan sejumlah proyek, termasuk monumen kapsul mimpi di Merauke yang bertujuan untuk memicu semangat bekerja keras. Seperti dikatakannya,“ "Menjadi tugas kita untuk memastikan impian-impian itu terwujud. Apa yang kita lakukan hari ini adalah warisan untuk generasi di depan kita." Selain Merauke, Presiden dan rombongan juga menyambangi Wamena dan meresmikan Terminal bandar udara Wamena dan Bandar udara Kaimana.
Lanjut ke Sorong
Setelah menikmati pergantian tahun di Raja Ampat, Presiden Joko Widodo meninjau pabrik sagu di Kabupaten Sorong Selatan. Dalam lawatannya itu, Jokowi ditemani oleh Gubernur Papua Barat Oktavianus Atururi.
Kunjungan ke Papua tersebut dilakukan Jokowi setelah maraknya kasus pencatutan namanya dalam proyek Freeport, yang diduga melibatkan ketua DPR yang mengundurkan diri, Setya Novanto.
Ini merupakan kali ketiga Jokowi melawat ke Papua. Mengakhiri kunjungan kerjanya ke Papua, Joko Widodo tak lupa mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Papua yang telah menyambut kedatangannya dengan penuh kehangatan. Dikatakannya, "Semakin sering saya ke tanah Papua, semakin saya tahu bahwa Papua adalah surga kecil yang diturunkan ke bumi," ujar Jokowi.
Perburuan Hiu di Raja Ampat
Perburuan yang marak, membuat hiu di kawasan Raja Ampat, Papua Barat semakin berkurang. Kresna Astraatmadja, seorang penyelam membagi pengalamannya lewat foto, saat bertemu kelompok nelayan pemburu hiu di kawasan itu.
Foto: DW/K. Atmadja
Raja Ampat surga hiu
Raja Ampat di Papua Barat adalah surga bagi para penyelam yang ingin menikmati kekayaan alam bawah laut. Kawasan ini juga terkenal memiliki populasi hiu yang sayangnya belakangan semakin menurun.
Foto: ROMEO GACAD/AFP/Getty Images
Hiu martil tanpa sirip
Hiu martil adalah jenis hiu langka yang ingin dilihat oleh banyak penyelam. Ironis, spesies langka ini ditemukan telah mati dengan kondisi menyedihkan: tanpa sirip, di sebuah pantai di Raja Ampat yang belum lama ini menyatakan diri sebagai kawasan perlindungan hiu dan pari manta.
Foto: DW/K. Atmadja
Bangkai hiu bergelimpangan
Pemandangan menyedihkan: bangkai-bangkai hiu bergelimpangan di pantai salah satu pulau di Raja Ampat. Setelah mengambil sirip, para pemburu sengaja merendam hiu yang telah mati di pinggir pantai dan setelah itu akan mengambil dagingnya untuk dijual.
Foto: DW/K. Atmadja
Sirip-sirip hiu ini dikeringkan dan siap dijual.
Lebih dari sepuluh juta hiu dibunuh di perairan nusantara setiap tahun. Itu membuat Indonesia menjadi pemasok utama dalam rantai bisnis yang bertanggung jawab atas kematian 73 juta hiu setiap tahun.
Foto: Kresna Astraatmadja
Ketidaktahuan menyebabkan kepunahan
Kemiskinan dan ketidakfahaman tentang perlunya melindungi hiu mendorong para nelayan memburu spesies yang terancam punah itu. Bisnis pariwisata Raja Ampat tidak menyentuh para nelayan, sehingga mereka terus memburu hiu yang sebetulnya menjadi daya tarik utama Raja Ampat.
Foto: Kresna Atmadja
Sirip hiu siap dijual ke Sorong
Sirip-sirip hiu dari perairan Raja Ampat yang telah kering siap dijual kepada penadah di Sorong, Papua. Sirip hitam laku Rp 1 juta per kilogram, sementara sirip hiu yang berwarna putih di ujung dijual dengan harga Rp 1,5 juta per kilogram. Permintaan yang tinggi membuat bisnis pembantaian hiu terus hidup.
Foto: Kresna Astraatmadja
Perahu tradisional pemburu hiu
Inilah perahu tradisional yang dipakai para nelayan memburu hiu di perairan Raja Ampat. Perahu ini dilengkapi tali sepanjang hingga seribu meter yang dipenuhi kail. Para pemburu biasanya terdiri dari kelompok nelayan yang ada di sekitar Raja Ampat.