Presiden Jokowi menargetkan vaksinasi selesai sebelum 2021 berakhir. Jokowi mengatakan Indonesia menyiapkan 30 ribu vaksinator, 10 ribu puskesmas, dan 3.000 rumah sakit yang mendukung vaksinasi kepada 181,5 juta warga.
Iklan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menargetkan vaksinasi COVID-19 rampung pada akhir 2021. Alasannya, kata Jokowi, Indonesia memiliki 30 ribu vaksinator dan sejumlah faktor penunjang lainnya.
"Program vaksinasi COVID-19 telah dimulai, dan saya perintahkan agar vaksinasi ini selesai sebelum 2021. Kita sudah memesan 426 juta dosis vaksin dari 4 perusahaan dan negara yang berbeda, kita telah menyiapkan 30 ribu vaksinator, 10 ribu puskesmas, dan 3.000 rumah sakit yang akan mendukung vaksinasi kepada kurang lebih 181,5 juta rakyat Indonesia," ujar Jokowi dalam sambutannya secara virtual di acara Sidang Majelis Pekerja Lengkap Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI), Senin (25/01).
Untuk vaksinasi COVID-19, Indonesia sudah memesan 426 juta dosis vaksin dari 4 perusahaan. Salah satu vaksin COVID-19 yang sudah tiba di Indonesia, yakni dari Sinovac asal Cina.
"Saya mengajak seluruh umat Kristiani dan jajaran PGI, di mana pun berada untuk bersama-sama membantu pemerintah menyukseskan program vaksinasi ini, ikut mengedukasi masyarakat, memberikan informasi yang benar bahwa vaksinasi akan menjadi salah satu jalan untuk bisa pulih dan bangkit dari pandemi, meskipun vaksinasi dilakukan, protokol kesehatan harus tetap diterapkan dengan disiplin," pesan Jokowi kepada jajaran PGI dan umat Kristiani.
Jokowi menerangkan, pemerintah juga paralel menangani isu kesehatan lainnya di luar pandemi COVID-19 atau pandemi virus Corona/SARS-CoV-2. Pemerintah tetap menangani masalah tuberkulosis (TBC) serta stunting.
"Di sisi lain, pemerintah juga berkomitmen menangani isu kesehatan yang lain seperti TBC dan stunting agar kesehatan masyarakat bisa pulih dan semakin baik lagi," ujar Jokowi.
Linimasa Perjalanan COVID-19 di Indonesia
Dua tahun sudah Indonesia berjibaku memerangi pandemi COVID-19. Indonesia pun jadi salah satu negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di Asia. DW merangkum fakta-fakta tentang penyebaran virus corona di Indonesia.
Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
Kasus pertama mucul pada 2 Maret 2020
Tanggal 2 Maret 2020, bertempat di Istana Merdeka, Presiden Joko Widodo didampingi Menkes kala itu Terawan Agus Putranto umumkan kasus pertama COVID-19 di Indonesia. Dua perempuan asal Depok yakni seorang ibu (64) dan putrinya (31) dilaporkan positif COVID-19 setelah diduga tertular WNA asal Jepang. Kala itu Menkes Terawan mengimbau masyarakat tak panik. "Enjoy saja, makan yang cukup," ujarnya.
Foto: DW/P. Kusuma
Menteri pertama positif COVID-19
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi jadi pejabat negara pertama yang terkonfirmasi positif COVID-19 pada pertengahan Maret 2020. Edhy Prabowo yang saat itu masih menjabat Menteri Kelautan dan Perikanan juga dikabarkan positif COVID-19, begitu juga dengan Fachrul Razi saat masih menjabat Menteri Agama. Terakhir, Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah juga positif COVID-19 pada awal Desember 2020.
Foto: picture alliance/AA/E. S. Toyudho
Bukan lockdown
Pada 31 Maret 2020, bertempat di Istana Bogor, Presiden Joko Widodo resmi mengumumkan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB yang diatur secara rinci dalam Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) RI Nomor 9 Tahun 2020. Setiap daerah dapat mengajukan penerapan PSBB yang nantinya disetujui oleh Menteri Kesehatan RI. Tampak pada gambar salah satu stasiun MRT di Jakarta ditutup selama PSBB.
Foto: DW/A. Muhammad
Langkah 'extraordinary'
Dalam rapat terbatas pada 18 Juni 2020 di Istana Merdeka, Jokowi menegaskan jajarannya untuk bekerja lebih dari "biasa-biasa saja" mengacu kepada situasi darurat pandemi COVID-19 saat ini. Ia mengatakan belanja kementerian, salah satunya Kementerian Kesehatan tergolong rendah padahal anggaran sebesar Rp 75 triliun sudah disediakan. Jokowi juga mengancam akan melakukan reshuffle kabinet.
Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden/Muchlis Jr
Vaksin Merah Putih
Indonesia sendiri tengah mengembangkan vaksin virus corona melalui tiga institusi yang dipunya salah satunya Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Dalam wawancara eksklusif dengan DW Indonesia, Kepala LBM Eijkman Prof. Amin Soebandrio mengatakan pihaknya tengah memetakan tipe virus corona yang ada di Indonesia. Ia optimis vaksin siap diproduksi massal pada tahun 2021 setelah lalui proses uji klinis.
Foto: Eijkman Institute
Kalung Antivirus Corona
Awal bulan Juli 2020, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) merilis produk kalung Eucalyptus yang diberi nama "Kalung Antivirus Corona''. Kalung berisi Eucalyptus (kayu putih) ini diklaim dapat berpotensi membunuh virus corona penyebab COVID-19. Kalung ini pun menuai tanggapan beragam dari berbagai pihak. Mentan Syahrul Yasin Limpo menyatakan siap memproduksi massal kalung tersebut.
Foto: DetikHealth/A. Reyhan
Kluster baru bermunculan
Kenaikan kasus COVID-19 pun dilaporkan di berbagai tempat. Pada 9 Juli 2020, Indonesia mencatat kasus harian 2.657 kasus positif. Dari angka tersebut diketahui sebanyak 1.262 kasus dari Secapa AD di Hegarmanah, Kota Bandung. Jubir Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito pada akhir Novermber 2020 mengatakan semakin marak timbul kluster baru COVID-19 di berbagai daerah di Indonesia.
Foto: Reuters/Beawiharta
Uji klinis di Bandung
Bekerja sama dengan perusahaan biofarmasi asal Cina, Sinovac, Indonesia melalui PT Bio Farma tengah melakukan uji klinis tahap tiga vaksin corona mulai awal Agustus tahun ini. Lokasi uji klinis di enam titik kota Bandung. Sebanyak 1.620 relawan dilibatkan dalam pengembangan vaksin, tak terkecuali Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Presiden Joko Widodo (kiri) saat mengunjungi PT Bio Farma (11/08).
Foto: Presidential Secretariat Press Bureau
Pilih vaksin Sinovac asal Cina
Pada 7 Desember 2020 Indonesia menerima 1,2 juta dosis vaksin Sinovac buatan Cina. Kemudian pada 31 Desember 2020 Indonesia kembali menerima 1,8 juta dosis vaksin Sinovac. Pada 11 januari 2021 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) akhirnya resmi memberikan izin darurat penggunaan vaksin tersebut. Berdasarkan evaluasi BPOM menunjukkan efikasi (kemanjuran) vaksin Sinovac mencapai 65,3 persen.
Foto: Presidential Palace/REUTERS
Vaksinasi perdana 13 Januari 2021
Presiden Joko Widodo jadi orang pertama di Indonesia yang disuntik vaksin corona. Bertempat di Istana Negara, Jokowi disuntik vaksin Sinovac pada Rabu (13/01), pukul 09.42 WIB oleh Wakil Ketua Tim Dokter Kepresidenan Prof. Abdul Muthalib. Selain Jokowi, Panglima TNI, Kapolri, Ketua IDI, tokoh agama, dan juga influencer turut mengikuti vaksinasi ini.
Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
Lebih dari 14 ribu kasus dalam satu hari
Kasus harian baru COVID-19 terus bertambah. Tercatat jumlah kasus terkonfirmasi virus corona bertambah 6.680 kasus pada 1 Maret 2021. Sebelumnya, Indonesia sempat memecahkan rekor dengan 14.518 kasus dalam satu hari pada 30 Januari 2021. Hingga kini, DKI Jakarta menjadi provinsi dengan kasus positif kumulatif COVID-19 terbanyak, sedikitnya 339.735 kasus. Disusul Jawa Barat dengan 211.212 kasus.
Foto: picture-alliance/NurPhoto/A. Raharjo
Vaksinasi tahap kedua
Setelah melakukan vasinasi tahap pertama kepada sedikitnya 1,46 juta tenaga kesehatan, Indonesia melakukan vaksinasi tahap kedua yang menyasar lansia dan pekerja publik. Dalam foto tampak Presiden Joko Widodo saat meninjau pelaksanaan vaksinasi terhadap sekitar 5.500 pekerja media di Hall A Basket Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta, 25 Februari 2021.
Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Tertinggi di Asia Tenggara
Hingga awal Maret 2021, Indonesia menjadi negara dengan kasus positif COVID-19 tertinggi di Asia Tenggara dan tertinggi ke-4 di Asia. Selain itu, kasus kematian di Tanah Air juga menjadi yang tertinggi ke-3 di Asia, di bawah India dan Iran. Sedikitnya tercatat 36 ribu kematian COVID-19 di negara berpenduduk 270 juta jiwa ini.
Foto: picture-alliance/Zumapress/Sijori Images
Varian Delta asal India sempat dominasi kasus aktif di Jakarta
Virus corona terus bermutasi dalam banyak varian. Varian B.1.617 atau Delta jadi varian yang sempat mendominasi 90% kasus aktif di Jakarta pada Juli 2021. Pertama kali teridentifikasi di India pada akhir 2020. Kementerian Kesehatan Indonesia mencatat kasus perdana varian Delta di Indonesia pada Mei 2021.
Foto: Jam Sta Rosa/AFP
Varian Omicron terdeteksi Desember 2021
Seorang petugas kebersihan di Wisma Atlet Jakarta terkonfirmasi sebagai pasien 0 dari transmisi lokal Omicron pada 16 Desember 2021. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin melaporkan lima kasus probable COVID-19 varian Omicron. Dua kasus tersebut di antaranya merupakan warga negara Indonesia (WNI), sedangkan tiga orang lainnya merupakan WN Cina.
Foto: DADO RUVIC/REUTERS
Vaksinasi booster COVID-19
Presiden Jokowi mengumumkan pemberian vaksinasi booster gratis mulai 12 Januari 2022 untuk seluruh masyarakat Indonesia. Prioritas diberikan pada usia lanjut dan kelompok rentan. Namun, vaksin booster juga bisa didapatkan semua warga berusia 18 tahun ke atas yang sudah mendapat vaksin dosis lengkap minimal 6 bulan. Vaksinasi dilaksanakan di fasilitas kesehatan milik pemerintah. (rap/vlz, mh/ha)
Foto: Chaider Mahhyuddin/AFP/Getty Images
16 foto1 | 16
Apa saja terobosan pemerintah terkait penanganan COVID-19?
Sehari setelah dilantik menjadi Menkes, Budi Gunadi Sadikin mendapat masukan dari beberapa aktivis kesehatan bahwa jumlah kasus COVID-19 akan melonjak sedikitnya 30 persen setelah liburan Natal dan tahun baru. Artinya, dalam waktu singkat kapasitas ruang perawatan di rumah sakit harus ditambah.
Iklan
"Mereka bilang saya pasti akan kalang-kabut bila tak segera mengantisipasi, karena minggu kedua dan ketiga Januari jumlah pasien COVID pasti akan melonjak sedikitnya 30 persen," kata Budi kepada tim Blak-blakan detikcom, Jumat (22/01).
Dia mengaku tak bisa tidur mendapat masukan dari mereka. Budi langsung meminta rumah sakit menambah kapasitas ruang rawat inap dan ICU. Khusus di Jakarta, misalnya, kapasitas RSCM ditambah 50-60 kamar dan RS Fatmawati (60-70 kamar).
Pada Januari, jumlahnya mencapai 140 ribu kasus aktif. Jadi jumlah ruangan atau tempat tidur yang harus disiapkan melonjak dari 15 ribu menjadi 41 ribu.
Selain itu, bersama Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, dia memberikan izin kilat untuk RS Ukrida berkapasitas 267 tempat tidur. Izin untuk rumah sakit itu sudah lama diajukan tapi tak kunjung keluar.
"Saya ngomong ke gubernur, dia paham akan terjadi lonjakan jadi butuh tambahan kapasitas, ya udah kita approve, jebret," katanya.
Terobosan ketiga, untuk menambal kekurangan dari sisi tenaga kesehatan (perawat), dia merekrut 10 ribu perawat yang baru lulus. Dia mengizinkan mereka untuk langsung bekerja meskipun lazimnya harus ada proses sertifikasi. "Selama masa pandemi mereka bisa langsung kerja, gak perlu nunggu sertifikasi dulu," ujarnya.
Secara hitungan kasar, kebutuhan tempat tidur di rumah sakit untuk rawat pasien adalah 30 persen dari kasus aktif dan 5 persen untuk ICU. Jika pada November jumlah kasus aktif mencapai 50 ribu, jadi butuh 15 ribu kamar (tempat tidur) dan 2.500 untuk di ICU.
Selain itu, dia juga membenahi dan mengintegrasikan sistem TI di lingkungan Kemenkes. Maklum, sarjana fisika nuklir itu pernah menjadi staf teknologi informasi (TI) di IBM Asia-Pasifik dan berkantor di Tokyo, Jepang. Pembenahan sistem TI ini terkait dengan data tenaga kesehatan yang akan menerima vaksinasi.
Terkait program vaksinasi, dia antara lain menghadapi kendala logistik berupa terbatasnya jumlah lemari pendingin untuk mendistribusikan dan menyimpan vaksin. Untuk menyiasatinya, selain meminta puskesmas untuk menambah lemari pendingin, dia juga bekerja sama dengan Unilever yang punya kapasitas untuk itu. (pkp/ha)