Setelah Basuki "Ahok" Tjahaja Purnama, kali ini kasus dugaan penistaan agama akan menyeret nama penyanyi cilik tahun 90-an, Josua Suherman. Di atas panggung, Joshua melontarkan materi lelucon terkait diskriminasi agama.
Foto: Colourbox
Iklan
Komedi satir yang disampaikan Joshua Suherman saat beraksi menjadi komika di atas panggung, kini menyeretnya ke ranah hukum. Forum Umat Islam Bersatu (FUIB) melaporkan mantan penyanyi cilik tersebut ke Badan Reserse Kriminal Polri, Selasa (09/01/18) karena dinilai menista agama Islam.
"Kami akan melaporkan nama Joshua Suherman karena beberapa minggu lalu menyinggung soal agama," ujar Ketua FUIB Rahmat Himran seperti dikutip dari Antara News.
Semua bermula ketika Joshua melontarkan materi lawakan yang menyinggung diskriminasi agama yang terjadi di Indonesia. Ia membandingkan popularitas dua penyanyi band Cherrybelle.
"Semuanya Anisa. Padahal skill nyanyi tipis-tipis, skill nge-dance tipis, cantik relatif, ya kan? Gue mikir kenapa Anisa selalu unggul dari pada Cherly, ah sekarang gue ketemu jawabannya. Makanya Che (Cherly), Islam," ujar Joshua dalam rekaman video yang diunggah ke YouTube tersebut.
Politisi Korban Satir
Ada yang marah besar, ada yang memberi pernyataan pribadi. Tiap politisi punya gaya kerja berbeda, dan bereaksi berbeda juga terhadap olokan atau kritik.
Foto: ZDF Neo Magazin Royale
Angela Merkel
Di puncak krisis utang Yunani, foto Merkel banyak dipermainkan di berbagai koran dan majalah Yunani. Biasanya ia dilengkapi dengan simbol-simbol NAZI. Pada sampul majalah satir Mystiki Ellada dari tahun 2012 ini ejekan terhadap Merkel bisa disebut ringan, dengan seragam angkatan bersenjata. Pemerintah Jerman tidak pernah mengambil tindakan terhadap satir seperti ini.
Foto: picture-alliance/Rolf Haid
Vladimir Putin
Foto-foto dari liburan Putin yang kerap menampakkan dirinya dengan dada terbuka dan memamerkan kekuatan bisa dibilang jadi makanan empuk satiris berbagai media. Pada foto ini, tampak Putin sebagai figur dalam parade karnaval di Düsseldorf tahun 2015.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Weihrauch
Donald Trump
Donald Trump yang mencalonkan diri jadi presiden AS dari Partai Republik adalah sasaran yang paling disukai para karikaturis dan satiris. Kadang ia bereaksi sensitif terhadap kritik. Pekan lalu, koran Boston Globe mempublikasikan judul fiktif, yang memparodikan politik imigrasi Trump. Milyarder itu menyebut koran tersebut "bodoh" dan "tak bermutu".
Foto: picture-alliance/AP Photo/The Boston Globe
Kim Jong Un
Penguasa Korea Utara itu tidak mengerti lelucon. Ketika film satir tentang Korea Utara "The Interview" diputar di bioskop AS 2014, terjadi serangan hacker terhadap studio film Sony dan ancaman serangan terhadap bioskop-bioskop AS. Menurut informasi dinas rahasia, pemerintah Korea Utara jadi dalang serangan siber tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa/Columbia Pictures/Sony
George W. Bush
Presiden ke-43 AS tersebut selalu jadi sasaran lelucan pelawak dalam siaran Late-Night-Talker di AS. Motiv yang paling disukai: kemampuan berpikir intelektual Presiden Bush yang katanya sangat rendah. Terakhir, Bush menyediakan sendiri kesempatan bagi satiris untuk menyerangnya, dengan mengatakan bahwa ia jadi pelukis.
Foto: Getty Images/M. Tama
Benjamin Netanjahu
Perdana Menteri Israel ini sering diolok dan ditertawakan di acara TV "Eretz Nehederet" (negara yang hebat). Dalam acara ini, para pelawak membuat parodi perundingan antara Netanjahu dan Hamas. Netanjahu tidak pernah mengambil tindakan. Tahun 2013 ia bahkan tampil sebagai bintang tamu.
Foto: Getty Images/AFP/J. Guez
Khomeini di TV Jerman
Tahun 1987 terjadi hiruk-pikuk di televisi Jerman, berkaitan dengan pemimpin revolusi Iran, Ajatollah Khomeini. Entertainer Jerman Rudi Carrell menampilkan montage foto, di mana Khomeini tampak dilempari baju dalam perempuan ketika mengadakan kunjungan kenegaraan. Lelucon ini menyulut krisis politik, yang menyebabkan dua politisi Jerman diusir dari Teheran dan Carrel diancam akan dibunuh.
Foto: picture-alliance/dpa/I. Wagner
Erdogan dan Böhmermann
Apakah puisi Jan Böhmermann yang dituding berisi penghinaan terhadap Presiden Turki Erdogan akan meluas jadi krisis seperti tahun 1987 tidak bisa diperkirakan sekarang. Yang jelas, satir politik bukan pertama kalinya memicu kisruh di panggung politik dunia. Seperti bisa dilihat di masa lalu, tanggapan politisi terhadap olokan dan kritik bisa berbeda-beda.
Komentar warganet yang terangkum dalam tagar #BoikotJosua maupun #TangkapGeDANJoshua turut merujuk kepada komika Ge Pamungkas yang juga mengkritik kecenderungan warga Indonesia yang menerapkan standar ganda dengan melihat agama atau ras seseorang. Namun FUIB tidak berencana melaporkan Ge Pamungkas ke pihak kepolisian.
Joshua Suherman dan Ge Pamungkas juga tidak tinggal diam, bersama dengan komika lain dari Majelis Lucu Indonesia mendatangi LBH GP Ansor hari Senin (08!01/18) untuk meminta pandangan Ansor terkait materi lawakan mereka serta ancaman persekusi yang mereka terima.
"Yang kami sayangkan, kenapa beberapa orang atau kelompok di media sosial itu sedang mengancam mereka (Joshua dan Ge). Mereka merasa dapat ancaman, makian, tuduhan-tuduhan, terutama Joshua yang beragama Kristen. Bahkan ada SMS yang mengancam," ungkap Achmad Budi Prayoga selaku Direktur Advokasi dan Litigasi LBH GP Ansor seperti dikutip dari kumparan.
Mencemooh PM Najib Razak Lewat Karikatur
Kartunis Malaysia, Zunar, diancam 43 tahun penjara lantaran menggugat budaya korupsi di negerinya. Ironisnya ia dikenakan UU Penghasutan 1948 yang ditetapkan pemerintahan kolonial Inggris
Foto: Getty Images/AFP/M. Rasfan
Bahasa Kebebasan
Tidak jarang Zunar berurusan dengan pemerintah Malaysia. Berulangkali ia dibui lantaran karikaturnya dinilai terlalu kritis terhadap negara. Namun ia bersikukuh. "Mereka bisa merantai tangan saya, kaki saya, leher atau seluruh tubuh saya," ujarnya, "tapi saya tidak akan berhenti menggambar."
Foto: Zunar
Perdana Menteri Perampok
Adalah Perdana Menteri Najib Razak yang paling sering muncul dalam karya Zunar. Ia belum lama ini diduga terlibat dalam skandal korupsi sebesar 2,6 miliar Dollar AS dari dana investasi Malaysia 1MDB. Sekitar 700 juta Dollar AS diantaranya mendarat di rekening pribadi Razak. Sang perdana menteri berdalih uang itu merupakan "dana sumbangan kampanye" dari Arab Saudi.
Foto: Zunar
Hartawan Berdosa
Zunar menilai Razak adalah kelptokrat paling tamak sedunia. Ia bahkan menggeser Presiden Zimbabwe, Robert Mugabe, di tempat kedua. Resminya harta Mugabe diklaim sebesar 10 juta Dollar AS. Tapi sang diktatur punya seribu cara menilap uang negara tanpa menyisakan bukti hukum.
Foto: Zunar
Keadilan Terarah
Perdana Menteri Razak tidak perlu mengkhawatirkan langkah hukum terkait dugaan keterlibatannya dalam kasus korupsi 1MDB, keluh Zunar. "Kami punya seorang menteri kehakiman, mahkamah agung dan gedung pengadilan, tapi kami tidak punya keadilan," ujarnya.
Foto: Zunar
Kebebasan di Balik Jeruji
Buat menghadapi suara-suara kritis pemerintah Malaysia menggunakan Undang-undang dari era penjajahan Inggris. "Sedition Act" alias UU anti Penghasutan melarang perdebatan umum yang memiliki tendensi "subversif." Aturan tersebut kini sering digunakan buat membungkam wartawan, seniman dan penulis seperti Zunar.
Foto: Zunar
Demi Kepentingan Bisnis
Zunar juga mengritik Presiden Amerika Serikat Barack Obama. Buatnya perjanjian perdagangan bebas dan kemitraan yang baik dengan Malaysia lebih penting ketimbang perlindungan HAM dan situasi mengenaskan tahanan politik di negeri tersebut.
Foto: Zunar
Kritik Bergambar
Karya karikatur Zunar saat ini sudah berjumlah ribuan. Sejak dua dekade ia berjuang melawan korupsi dengan pensil dan kertas. Kendati terancam hukuman ia tetap bersikukuh menggambar karikatur yang bersifat kritis. Zunar bahkan menyediakan gambar karikaturnya secara gratis di situs pribadinya, www.zunar.my
Foto: Getty Images/AFP/M. Rasfan
7 foto1 | 7
Lelucon Alternatif Kritik Sosial
Kritik sosial dalam balutan lelucon sebenarnya hal yang lumrah dan sangat populer di Amerika Serikat, maupun negara-negara di Eropa seperti Inggris dan Jerman. Tak tanggung-tanggung kritik pedas yang dilontarkan para komika di Amerika Serikat lewat program populer late-night comedy kepada Presiden Donald Trump sejak ia berkuasa. Di Jerman, pemerintah di bawah pimpinan Angela Markel bahkan sempat bersitegang dengan Turki, karena komika
Anthony Thai dalam The Harvard Crimson menuliskan bahwa peran lelucon satire dalam bentuk stand-up comedy penting dan menguntungkan publik karena menyediakan alternatif informasi yang menantang pandangan publik terkait isu di sekitarnya.