Seorang fotografer asal Jerman menyabet penghargaan dalam kompetisi internasional dengan kategori hasil kecerdasan buatan (AI). Dia menolak raihan itu, sehingga memicu perdebatan seputar peran AI dalam pembuatan gambar.
Iklan
Fotografer asal Berlin, Boris Eldagsen, menolak penghargaan dari Sony World Photography Awards seraya menyebut bahwa gambar dan fotografi dengan kecerdasan buatan (AI) mestinya tidak boleh bersaing satu sama lain dalam kontes serupa.
Dalam sebuah pernyataan yang diunggah di laman pribadinya, Erdagsen mengaku ikut kompetisi itu "sebagai orang yang main-main atau tidak serius" supaya mengetahui persiapan acara itu dalam menangani konten yang dihasilkan oleh AI.
Dia juga mendesak untuk berdebat seputar peran AI dalam dunia fotografi.
"Kita, dunia foto, perlu debat terbuka. Sebuah diskusi yang mempertimbangkan hal yang masuk dalam fotografi dan yang tidak," tulis Eldagsen.
Apa yang ditampilkan dari foto AI?
Bulan lalu, pihak penyelenggara memilih karya Eldagsen yang berjudul "Pseudomnesia: The Electrician" jadi pemenang kategori kreatif
Gambar berwarna sepia memperlihatkan dua wanita beda generasi, yang satu berdiri di belakang yang lain.
"Berapa banyak dari kalian yang mengetahui atau mencurigai kalau ini dibuat menggunakan AI? Rasanya ada yang tidak beres kan?" kata Eldagsen.
Dia menggaris bawahi bahwa fotografi harusnya tidak disamakan dengan konten yang dihasilkan oleh AI. "Keduanya merupakan entitas yang berbeda. AI bukan fotografi."
Iklan
Respons Penyelenggara
Semula, pihak penyelenggara menuding Eldagsen melakukan "upaya sengaja untuk menyesatkan" mereka.
"Karena dia sudah memutuskan untuk menolak penghargaan, kami harus menangguhkan kegiatan kami dengannya dan sesuai dengan permintaannya, kami telah mengeluarkannya dari kompetisi," kata pihak penyelenggara kepada DW.
"Kendati elemen-elemen praktik AI relevan dalam kontes artistik, pembuatan gambar, penghargaan ini bakal selalu dan terus jadi sarana untuk memperjuangkan keunggulan dan keterampilan para fotografer dan seniman yang bekerja di dunia ini," tambah pernyataan itu.
Pemenang Regional World Press Photo 2023
Sejumlah foto yang masuk kategori regional dalam World Press Photo atau Penghargaan Foto Pers Dunia menceritakan sejumlah masalah paling mendesak di setiap benua.
Ajang World Press Photo 2023 menambahkan enam kategori regional baru. Pemenang global akan diumumkan pada 20 April mendatang. Setahun sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, banyak foto yang menggambarkan situasi di sana. Potret ini menunjukkan seorang perempuan yang menangisi jenazah ayahnya, yang tewas saat membeli roti, di Kharkiv.
Foto: Alkis Konstantinidis, Reuters
Serangan bom mengenai perempuan dan anak-anak
9 Maret 2022 di Mariupol: Iryna Kalinina terpaksa dievakuasi dari klinik bersalin. Bayinya lahir dalam kondisi meninggal. Iryna juga wafat setengah jam kemudian. Dia menamai bayinya Miron, yang berarti damai. Media Rusia mengklaim foto itu palsu. Tidak benar, kata Direktur World Press Photo Foundation. "Kami membutuhkan banyak waktu untuk memeriksanya. Ini semua adalah foto asli," tegasnya.
Foto: Evgeniy Maloletka, Associated Press
Menunggu dan berharap
Jurnalis foto Evgeniy Maloletka menunjukkan momen kematian dan kehilangan di samping kecemasan dan harapan. Zhanna Goma (kanan) dan tetangganya berjongkok di tempat penampungan di Mariupol.
Foto: Evgeniy Maloletka/Associated Press
Iran: 'Perempuan, Hidup, Kebebasan!'
Di sebagian besar dunia, foto ini tidak begitu spesial. Namun, jepretan Ahmad Halabisaz ini menunjukkan sikap pembangkangan di mana perempuan muda dengan sengaja menentang aturan wajib mengenakan jilbab di Iran. Juri menganugerahi gambar ini dengan honorable mention, mengakui kekuatan protes satu orang.
Foto: Ahmad Halabisaz
Afganistan: Keputusasaan
24 foto menunjukkan bagaimana krisis global memengaruhi takdir seseorang. Khalil Ahmad, 15, dari Afganistan menunjukkan bekas luka. Orang tuanya menjual ginjal Ahmad untuk memberi makan 10 anak mereka. Anak laki-laki itu tidak merasakan kegembiraan dalam hidup sejak saat itu. Sejak runtuhnya ekonomi di Afganistan, perdagangan organ tubuh telah meningkat secara drastis.
Foto: Mads Nissen/Politiken/Panos Pictures
Perubahan iklim di Asia Tengah
Empat negara Asia tanpa akses ke laut — Tajikistan, Kyrgyzstan, Uzbekistan, dan Kazakhstan — memperebutkan distribusi air di tengah krisis iklim. Fotografer Anush Babajanyan mendokumentasikan bagaimana rapuhnya keseimbangan dan ekuilibrium antar negara yang semakin meningkat.
Foto: Anush Babajanyan/VII /National Geographic Society
Perubahan iklim di Amerika Selatan: Pegunungan Andes
Karya fotografer Peru Alessandro Cinque menunjukkan dampak perubahan iklim pada hewan dan manusia — "alpaqueros" harus mendaki gunung dengan hewan mereka atau menemukan cara hidup lain, dan mengharap upaya para ilmuwan untuk membiakkan alpaka yang kurang sensitif terhadap udara panas.
Serial foto karya M'hammed Kilito berjudul "Sebelum Hilang" mendokumentasikan kehidupan di sebuah oasis di Maroko. Hanya tersisa sedikit air sebelum akhirnya mengering. Penduduk setempat menghadapi kemiskinan dan terpaksa menyelamatkan diri. Akibat kenaikan suhu, kebakaran, dan kekurangan air, sekitar dua pertiga oasis di negara itu telah musnah dalam beberapa dekade terakhir.
Foto: M'hammed Kilito
Perubahan iklim di Amerika Serikat
Orang-orang di foto ini membawa air ke koloni lebah karena permukaan Sungai Colorado telah surut secara drastis. Panas dan kekeringan berdampak pada lebah yang merupakan kunci penyerbukan bunga. Antara 2019 dan 2020, koloni lebah di Amerika Serikat mengalami penurunan dramatis sebesar 43,7%.
Foto: Jonas Kakó/Panos Pictures
Piala Dunia untuk Argentina: Perayaan di tengah krisis
Inilah kisah positif, kata Direktur World Press Photo Joumana El Zein Khoury, mengacu pada seri foto pemenang yang menggambarkan Piala Dunia untuk Argentina. Selain peristiwa bersejarah, penting bagi juri untuk meliput berbagai topik. Banyak proyek yang mendapat penghargaan bertujuan untuk menunjukkan solusi dan pendekatan konstruktif. (ha/as)
Foto: Tomás Francisco Cuesta/AFP
10 foto1 | 10
Mereka juga mengaku bahwa mereka "tidak sabar untuk terlibat dalam diskusi yang lebih mendalam" dengan para seniman.
Eldagsen menyebut "omong kosong" kalau pihak penyelenggara bersedia untuk memulai diskusi dengannya.
Menurutnya, badan penyelenggara menolak untuk menjawab pertanyaan darinya dan dari para wartawan.
"Mereka memiliki begitu banyak pilihan untuk menggunakan hal ini menjadi sisi baik. Namun, mereka tidak menggunakan pilihan itu," kata Eldagsen.
Kemudian, pada Selasa (18/03), pihak penyelenggara menghapus tudingan soal penyesatan yang telah disunting dan dikirim ke kantor berita AFP.
Perdebatan Gambar AI
Belakangan, AI jadi tajuk utama karena kemampuannya untuk menghasilkan sejumlah konten, dari rencana perjalanan yang rinci hingga esai akademis dan kode dalam berbagai bahasa pemrograman.
Gambar buatan AI juga memenuhi dunia maya, memunculkan sebuah obrolan mengenai AI dan disinformasi.
Bulan lalu, AI membuat foto yang menggambarkan penangkapan mantan Presiden AS Donald Trump, yang memicu kontroversi di jagat maya.
Dengan model bahasa baru seperti DALL-E 2, pengguna dapat membuat gambar yang rinci dan realistis menggunakan perintah teks dalam hitungan detik.