Jumlah Migran Melonjak, PM Italia Usulkan Blokade Laut
18 September 2023
Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen dan PM Italia Giorgia Meloni mengunjungi pusat migran di pulau paling selatan Italia setelah terjadi lonjakan jumlah migran yang tiba di sana.
Iklan
Presiden Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen dan Perdana Menteri (PM) Italia Giorgia Meloni tiba di pulau kecil Lampedusa di Mediterania pada hari Minggu (17/09).
Meloni menyerukan tindakan di tingkat Uni Eropa (UE) untuk mencegah keberangkatan migran dari Afrika Utara ke benua Eropa, termasuk kemungkinan blokade laut di Afrika Utara untuk mencegah perahu penyelundup mencapai Eropa.
"Satu-satunya cara untuk mengatasi masalah ini secara serius adalah dengan menghentikan keberangkatan ilegal," ujar Meloni bersama dengan von der Leyen.
Meloni menambahkan bahwa semua pihak memiliki tujuan yang sama dan saling bekerja sama untuk "solusi yang lebih serius, kompleks, dan berkelanjutan."
Von der Leyen meminta tanggapan dari seluruh Eropa
Von der Leyen bertekad untuk menindak "bisnis brutal" penyelundupan manusia tersebut dan mengatakan bahwa para migran "tidak resmi" dapat dideportasi ke negara asal mereka jika mereka tidak memenuhi syarat untuk tinggal di Uni Eropa.
"Kami akan memutuskan siapa yang datang ke Uni Eropa dan dalam keadaan apa," kata von der Leyen. "Bukan para penyelundup."
Beberapa layanan di Lampedusa telah kewalahan menghadapi lonjakan jumlah pendatang baru yang masuk. Bahkan, jumlah migran yang tiba pekan lalu melebihi jumlah penduduk di pulau itu.
Palang Merah Italia mengatakan pada hari Minggu (17/09) bahwa sekitar 1.500 migran masih berada di pusat migrasi Lampedusa, meskipun kapasitasnya hanya untuk 400 orang.
"Imigrasi tidak teratur adalah tantangan Eropa yang membutuhkan respons Eropa," kata von der Leyen.
Kami Berasal dari Sini: Kehidupan Keturunan Turki-Jerman dalam Gambar
Untuk merayakan ulang tahun ke-60 kesepakatan penerimaan pekerja migran asal Turki di Jerman, museum Ruhr memamerkan foto-foto karya fotografer asal Istanbul, Ergun Cagatay.
Fotografer Ergun Cagatay dari Istanbul, pada 1990 mengambil ribuan foto warga keturunan Turki yang berdomisili di Hamburg, Köln, Werl, Berlin dan Duisburg. Ini akan dipajang dalam pameran khusus “Kami berasal dari sini: Kehidupan keturunan Turki-Jerman tahun 1990” di museum Ruhr. Pada potret dirinya dia memakai pakaian pekerja tambang di Tambang Walsum, Duisburg.
Dua pekerja tambang bepose usai bertugas di tambang Walsum, Duisburg. Dipicu kemajuan ekonomi di tahun 50-an, Jerman menghadapi kekurangan pekerja terlatih, terutama di bidang pertanian dan pertambangan. Menindak lanjuti kesepakatan penerimaan pekerja migran antara Bonn dan Ankara pada 1961, lebih dari 1 juta “pekerja tamu” dari Turki datang ke Jerman hingga penerimaan dihentikan pada 1973.
Ini foto pekerja perempuan di bagian produksi pelapis interior di pabrik mobil Ford di Köln-Niehl. “Pekerja telah dipanggil, dan mereka berdatangan,” komentar penulis Swiss, Max Frisch, kala itu. Sekarang, komunitas Turki, dimana kini sejumlah keluarga imigran memasuki generasi ke-4, membentuk etnis minoritas terbesar di Jerman dengan total populasi sekitar 2.5 juta orang.
Foto menunjukan keragaman dalam keseharian orang Turki-Jerman. Terlihat di sini adalah kedelapan anggota keluarga Hasan Hüseyin Gül di Hamburg. Pameran foto di museum Ruhr ini merupakan liputan paling komprehensif mengenai imigran Turki dari generasi pertama dan kedua “pekerja tamu.”
Saat ini, bahan makanan seperti zaitun dan keju domba dapat ditemukan dengan mudah di Jerman. Sebelumnya, “pekerja tamu” memenuhi mobil mereka dengan bahan pangan itu saat mereka balik mudik. Perlahan-lahan, mereka membangun pondasi kuliner Turki di Jerman, untuk kenikmatan pecinta kuliner. Di sini berpose Mevsim, pemilik toko buah dan sayur di Weidengasse, Köln-Eigelstein.
Anak-anak bermain balon di Sudermanplatz, kawasan Agnes, Köln. Di tembok yang menjadi latar belakang terlihat gambar pohon yang disandingkan dengan puisi dari Nazim Hikmet, penyair Turki: “Hidup! Seperti pohon yang sendiri dan bebas. Seperti hutan persaudaraan. Kerinduan ini adalah milik kita.” Hikmet sendiri hidup dalam pengasingan di Rusia, hingga dia meninggal pada 1963.
Di sekolah baca Al-Quran masjid Fath di Werl, anak-anak belajar huruf-huruf Arab agar dapat membaca Al-Quran. Itu adalah masjid dengan menara pertama yang dibuka di Jerman pada tahun 90-an. Sejak itu warga Turki di Jerman tidak perlu lagi pergi ke halaman belakang untuk shalat atau beribadah.
Cagatay, sang fotografer berbaur dengan para tamu di sebuah pesta pernikahan di Oranienplatz, Berlin-Kreuzberg. Di gedung perhelatan Burcu, para tamu menyematkan uang kepada pengantin baru, biasanya disertai dengan harapan “semoga menua dengan satu bantal.” Pengantin baru menurut tradisi Turki akan berbagi satu bantal panjang di atas ranjang pengantin.
Tradisi juga tetap dijaga di tanah air baru ini. Di pesta khitanan di Berlin Kreuzberg ini, “Masyaallah” tertulis di selempang anak sunat. Itu artinya “terpujilah” atau “yang dikehendaki tuhan.” Pameran antara lain disponsori Kementerian Luar Negeri Jerman. Selain di Essen, Hamburg dan Berlin, pameran juga akan digelar di Izmir, Istanbul, dan Ankara bekerjasama dengan Goethe Institute. (mn/as)
Dia menyerukan peningkatan pengawasan udara dan laut Mediterania, yang dapat diatur melalui badan perbatasan Uni Eropa, Frontex.
Presiden Komisi Uni Eropa itu juga meminta anggota UE lainnya untuk menampung beberapa migran tersebut.
Jumlah migran yang melakukan perjalanan berbahaya menuju ke Italia itu jumlahnya meningkat dua kali lipat dibanding tahun lalu dan diperkirakan akan mencapai rekor tertinggi dari tahun 2016 lalu.