Jumlah Penderita Diabetes Global Naik Dobel dalam 30 Tahun
15 November 2024
Menurut studi terbaru, sekitar 800 juta orang dewasa di seluruh dunia menderita diabetes. Peningkatan terbesar terjadi di negara-negara berkembang karena sulitnya akses terhadap perawatan yang tepat.
Iklan
Persentase orang dewasa yang menderita diabetes di seluruh dunia meningkat dua kali lipat selama 30 tahun terakhir, menurut sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Jurnal Lancet pada hari Kamis (14/11).
Pada tahun 1990, sekitar 7% orang dewasa di seluruh dunia menderita penyakit endokrin yang menyebabkan tubuh tidak memproduksi cukup insulin untuk menyeimbangkan kadar gula darah. Studi tersebut menemukan bahwa jumlah tersebut telah melonjak menjadi 14% pada tahun 2022.
Ini berarti 200 juta orang menderita diabetes pada tahun 1990, sementara saat ini ada 800 juta penderita. Angka-angka ini mencakup diabetes Tipe 1, yang biasanya dimulai pada masa kanak-kanak, dan Tipe 2, yang terjadi pada masa dewasa dan didorong oleh obesitas dan pola makan yang buruk.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Kesenjangan pengobatan di negara maju dan berkembang kian lebar
Laporan tersebut menunjukkan bahwa kasus diabetes telah menurun di beberapa negara, seperti Jepang, Kanada, Prancis, dan Denmark. Namun diabetes terus meningkat di negara-negara berkembang.
"Beban diabetes dan diabetes yang tidak diobati semakin ditanggung oleh negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah," tulis para penulis.
Mengutip contoh spesifik Pakistan, penelitian tersebut menemukan bahwa pada tahun 1990, sekitar sepersepuluh perempuan di negara ini menderita diabetes. Saat ini, jumlahnya sekitar sepertiga.
Alternatif Pengganti Gula
Mengonsumsi terlalu banyak gula dapat menyebabkan kerusakan pada gigi, obesitas, hingga diabetes. Namun jangan khawatir, ada pemanis pengganti gula yang tidak berbahaya bagi kesehatan.
Foto: Colourbox
Pemanis selain gula
100 gram gula mengandung sekitar 400 kalori. Gula menawarkan sedikit nutrisi, justru dampaknya bisa menaikkan berat badan. Jika Anda menginginkan pemanis yang bebas kalori atau setidaknya rendah kalori, ada sejumlah alternatif berikut ini...
Foto: Colourbox
Xylitol
Xylitol mengandung 2,4 kalori setiap gramnya atau 40 persen kalori lebih sedikit dibandingkan gula biasa. Dikenal dengan sebutan gula birch, Xylitol adalah gula yang didapat dari ekstraksi jagung atau kayu birch. Pengganti gula ini diproduksi melalui proses industri murni. Tapi hati-hati jangan terlalu sering mengonsumsinya, karena xylitol bisa menyebabkan perut kembung.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
Erythritol
Erythritol merupakan gula yang sangat populer di kalangan penderita diabetes. Kehadirannya dalam bahan makanan dapat ditemukan di bawah simbol E968. Pemanis ini hampir tidak memiliki kalori dan karena tubuh tidak memiliki enzim untuk memecah Erythritol, maka sebagian besar akan langsung diserap aliran darah dan dibuang melalui urin sehingga tidak memiliki efek yang berbahaya bagi tubuh.
Foto: picture-alliance/dpa/blickwinkel/c-goemi
Gula Stevia
Dikenal dengan nama ilmiah Stevia Rebaudiana, gula nol kalori ini 300 kali lebih manis dibanding gula biasa sehingga Anda harus sangat memperhatikan takaran saat ingin mengonsumsinya. Gula stevia juga dapat menurunkan kadar gula darah.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Kalaene
Sakarin
Sakarin merupakan salah satu jenis pemanis buatan. Pengganti gula ini juga bebas kalori dan memiliki rasa manis 300 - 400 kali lebih kuat dibanding gula biasa.
Foto: Imago/teutopress
Pisang matang
Siapa pun yang menginginkan pemanis tanpa bahan kimia, dapat menggunakan pisang matang. Cari pisang yang memiliki warna kecoklatan pada kulitnya. Pisang dapat digunakan untuk mempermanis kue dan biskuit.
Foto: Saul Loeb/AFP/Getty Images
Kurma
Kurma adalah salah satu alternatif sehat pengganti gula, dapat digunakan untuk pemanis roti. Meski rendah kalori, kurma mengandung banyak vitamin B6, zat besi, dan magnesium.
Foto: Colourbox
Sirup bit
Pemanis alami lainnya adalah sirup bit, mengandung 300 kalori per 100 gram. Pengganti gula ini memiliki nilai gizi yang jauh lebih baik dan kaya akan asam folat, magnesium, zat besi, dan kalium.
Foto: picture-alliance/dpa/O. Berg
Sirup agave
Sirup agave atau 'American Aloe Vera' mengandung campuran barley (jali) dan karamel yang ringan dan kandungan fruktosa yang sangat tinggi, sehingga jika ingin mengonsumsinya harus penuh perhitungan dan jangan berlebihan. Berbeda dengan kandungan fruktosa alami dalam buah-buahan, sirup agave yang terkandung dalam produk olahan bisa menyebabkan risiko kenaikan berat badan.
Foto: Reuters/C. Jasso
Sirup maple
Meskipun sirup maple mengandung fruktosa dan sukrosa, ia tetap lebih sehat daripada gula atau sirup agave. Sebuah studi yang dilakukan tim peneliti dari McGill University di Quebec, Kanada, menunjukkan bahwa sirup maple dapat meningkatkan efektivitas antibiotik dan mengurangi efek sampingnya.
Foto: picture-alliance/Bildagentur-online/Yay
Gula Kelapa
Jika Anda ingin merasakan manis rasa karamel, gula kelapa adalah pilihannya. Alternatif pengganti gula ini memang terbuat dari sari kelapa, namun rasanya tidak seperti kelapa. Di samping memiliki jumlah kalori yang sama dengan gula biasa, gula kelapa juga mengandung nutrisi penting seperti zink (seng), zat besi, kalsium, dan potasium.
Foto: picture-alliance/dpa
Madu
Mengandung 40% fruktosa dan 30% glukosa, madu sering dijadikan pengganti gula. Nilai gizi madu lebih besar karena terdapat komponen mineral, protein, dan vitamin, serta memiliki efek anti-bakteri dan anti-inflamasi. Tetapi harus diingat bahwa suhu di atas 40 derajat Celcius dapat menghancurkan banyak nutrisi penting di dalamnya! (Ed.: ha/ts)
12 foto1 | 12
Kesenjangan pengobatan diabetes juga semakin melebar, kata laporan itu. Sekitar tiga dari lima orang dewasa penderita diabetes, sekitar 445 juta orang, tidak mendapatkan pengobatan untuk penyakit tersebut pada tahun 2022. Sekitar sepertiga dari kelompok ini berasal dari India. Di Afrika sub-Sahara, hanya sekitar 5 hingga 10% orang dewasa penderita diabetes yang mendapatkan pengobatan.
Komplikasi dari diabetes yang tidak diobati meliputi "amputasi, penyakit jantung, kerusakan ginjal, atau kehilangan penglihatan, atau dalam beberapa kasus, kematian dini," kata penulis studi senior Majid Ezzati dari Imperial College London.