Junta Myanmar Siap Akhiri Kekerasan Jika Situasi Stabil
28 April 2021
Junta Myanmar akan menuruti permintaan ASEAN untuk menghentikan kekerasan jika negara sudah "kembali ke stabilitas." Pernyataan tersebut dirilis ketika pertempuran baru meletus di sepanjang perbatasan timur Myanmar.
Iklan
Pada Selasa (27/04), Dewan Administrasi Negara Myanmar mengatakan akan mempertimbangkan saran konstruktif yang dibuat oleh para pemimpin ASEAN ketika situasi negara sudah kembali stabil.
Masukan dari para pemimpin regional akan dipertimbangkan secara seksama jika ASEAN dapat memfasilitasi implementasi peta jalan lima langkah junta.
Juru bicara Junta Zaw Min Tun mengatakan kepada AFP bahwa mereka puas dengan pembahasan KTT ASEAN karena dapat menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada para pemimpin ASEAN.
Di sisi lain, mantan duta besar AS untuk Myanmar, Scot Marciel, memperingatkan respons militer terhadap KTT di Jakarta sudah menunjukkan tanda-tanda kemunduran. "Harus ada tindak lanjut yang mendesak, dan junta harus dikenakan sanksi jika ada penundaan," bunyi cuitan Marciel di Twitter.
Potret Aksi Protes Nasional Menentang Kudeta Militer di Myanmar
Warga Myanmar melakukan protes nasional menentang kudeta militer. Berbagai kalangan mulai dari dokter, guru, dan buruh menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi dan pemulihan demokrasi Myanmar.
Foto: AFP/Getty Images
Dokter dan perawat di garda depan
Kurang dari 24 jam setelah kudeta militer, para dokter dan perawat dari berbagai rumah sakit mengumumkan bahwa mereka melakukan mogok kerja. Mereka juga mengajak warga lainnya untuk bergabung dalam kampanye pembangkangan sipil.
Foto: REUTERS
Koalisi protes dari berbagai kalangan
Sejak ajakan pembangkangan sipil tersebut, para pelajar, guru, buruh dan banyak kelompok sosial lainnya bergabung dalam gelombang protes. Para demonstran menyerukan dan meneriakkan slogan-slogan seperti "Berikan kekuatan kembali kepada rakyat!" atau "Tujuan kami adalah mendapatkan demokrasi!"
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
Para biksu mendukung gerakan protes
Para Biksu juga turut dalam barisan para demonstran. "Sangha", komunitas monastik di Myanmar selalu memainkan peran penting di negara yang mayoritas penduduknya beragama Buddha ini.
Foto: AP Photo/picture alliance
Protes nasional
Demonstrasi berlangsung tidak hanya di pusat kota besar, seperti Yangon dan Mandalay, tetapi orang-orang juga turun ke jalan di daerah etnis minoritas, seperti di Negara Bagian Shan (terlihat di foto).
Foto: AFP/Getty Images
Simbol tiga jari
Para demonstran melambangkan simbol tiga jari sebagai bentuk perlawanan terhadap kudeta militer. Simbol yang diadopsi dari film Hollywood "The Hunger Games" ini juga dilakukan oleh para demonstran di Thailand untuk melawan monarki.
Foto: REUTERS
Dukungan dari balkon
Bagi warga yang tidak turun ke jalan untuk berunjuk rasa, mereka turut menyuarakan dukungan dari balkon-balkon rumah mereka dan menyediakan makanan dan air.
Foto: REUTERS
Menuntut pembebasan Aung San Suu Kyi
Para demonstran menuntut dikembalikannya pemerintahan demokratis dan pembebasan Aung San Suu Kyi serta politisi tingkat tinggi lain dari partai yang memerintah Myanmar secara de facto, yakni Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD). Militer menangkap Aung San Suu Kyi dan anggota NLD lainnya pada hari Senin 1 Februari 2021.
Foto: Reuters
Dukungan untuk pemerintahan militer
Pendukung pemerintah militer dan partai para jenderal USDP (Partai Solidaritas dan Pembangunan Persatuan), juga mengadakan beberapa demonstrasi terisolasi di seluruh negeri.
Foto: Thet Aung/AFP/Getty Images
Memori Kudeta 1988
Kudeta tahun 1988 selalu teringat jelas di benak warga selama protes saat ini. Kala itu, suasana menjadi kacau dan tidak tertib saat militer diminta menangani kondisi di tengah protes anti-pemerintah. Ribuan orang tewas, puluhan ribu orang ditangkap, dan banyak mahasiswa dan aktivis mengungsi ke luar negeri.
Foto: ullstein bild-Heritage Images/Alain Evrard
Meriam air di Naypyitaw
Naypyitaw, ibu kota Myanmar di pusat terpencil negara itu, dibangun khusus oleh militer dan diresmikan pada tahun 2005. Pasukan keamanan di kota ini telah mengerahkan meriam air untuk melawan para demonstran.
Foto: Social Media via Reuters
Ketegangan semakin meningkat
Kekerasan meningkat di beberapa wilayah, salah satunya di Myawaddy, sebuah kota di Negara Bagian Kayin selatan. Polisi menembakkan gas air mata dan peluru karet.
Foto: Reuters TV
Bunga untuk pasukan keamanan
Militer mengumumkan bahwa penentangan terhadap junta militer adalah tindakan melanggar hukum dan ''pembuat onar harus disingkirkan''. Ancaman militer itu ditanggapi dengan bentuk perlawanan dari para demonstran, tetapi juga dengan cara yang lembut seperti memberi bunga kepada petugas polisi. Penulis: Rodion Ebbighausen (pkp/ gtp)
Foto: Ye Aung Thu/AFP/Getty Images
12 foto1 | 12
Kekerasan terus terjadi
Hampir di seluruh wilayah Myanmar terjadi pemberontakan, menentang agar militer segera mundur. Salah satu kelompok pemberontak yang paling menonjol, Persatuan Nasional Karen (KNU), mengaku telah melindungi setidaknya 2.000 pembangkang anti-kudeta yang melarikan diri dari pusat kerusuhan di perkotaan.
Pada Selasa (27/04) dini hari, tentara dari Brigade Kelima KNU menyerang dan menghancurkan pangkalan militer di negara bagian Karen timur dekat sungai Salween - yang membatasi sebagian perbatasan dengan Thailand.
Tak lama setelah terjadi serangan, junta Zaw Min Tun berjanji "mengambil tindakan." Militer membalas dengan melancarkan serangan udara ke utara pangkalan, menurut Sithichai Jindaluang, Gubernur Thailand yang berbatasan dengan provinsi Mae Hong Son. "Thailand tidak mendukung salah satu pihak tetapi fokus memastikan keamanan warga negara Thailand," katanya. Pihaknya juga telah menyusun "rencana penanganan pengungsi."
Selain itu, ketegangan juga terjadi di timur kota Loikaw, ketika pasukan keamanan mencoba menghapus barikade demonstran dan menembaki penduduk yang mencoba menghentikan mereka. Satu orang tewas dalam insiden tersebut.