Junta Myanmar Umumkan Pemotongan Hukuman Penjara Suu Kyi
1 Agustus 2023
Rezim militer Myanmar hari Selasa (1/8) mengumumkan pemotongan enam tahun dari hukuman 33 tahun penjara Aung San Suu Kyi. Pengurangan hukuman itu bagian dari grasi massal menyambut hari raya umat Buddha.
Iklan
"Enam tahun penjara akan dikurangi," kata juru bicara junta Zaw Min Tun kepada wartawan setelah mengumumkan bahwa Aung San Suu Kyi, 78 tahun, telah diampuni dalam lima kasus. Pemimpin sipil Myanmar itu masih harus menjalani hukuman atas 14 kasus. Namun pada saat yanfg sama, junta militer memperpanjang darurat militer dan membatalkan pemilihan umum yang awalnya direncanakan akan digelar bulan Agustus.
Kelompok-kelompok hak asasi menyatakan pengadilan terhadap Aung San Suu Kyi hanyalah tipuan yang dirancang untuk menyingkirkannya dari politik dan mencegahnya tampil dalam pemilihan umum. Aung San Suu Kyi tetap merupakan pemimpin sipil yang populer di Myanmar.
Mantan presiden Myanmar Win Myint, yang juga dicopot dalam kudeta militer 2021, diberikan pengurangan empat tahun sehubungan dengan dua kasus, kata juru bicara junta.
Myanmar secara teratur memberikan amnesti kepada ribuan tahanan untuk memperingati hari raya atau tanggal khusus umat Buddha. Pengumuman hari Selasa (1/8) adalah bagian dari amnesti bagi lebih dari 7.000 tahanan untuk memperingati hari raya Buddha, termasuk 125 warga asing asing yang akan dibebaskan dan diampuni.
Hanya "taktik sinis"
"Dia tidak bisa dibebaskan sepenuhnya, meskipun beberapa hukuman terhadapnya diampuni. Dia masih harus menghadapi 14 kasus. Hanya lima dari 19 kasus yang diampuni," kata sumber hukum, yang berbicara tanpa menyebut nama. Sejumlah tahanan yang menghadapi hukuman mati juga dikurangi hukumannya menjadi penjara seumur hidup, kata pengumuman itu.
Iklan
David Mathieson, seorang analis independen di Myanmar, mengatakan pengampunan sebagian itu adalah "taktik sinis untuk memberi tahu dunia bahwa mungkin ada semacam resolusi politik yang akan datang. Padahal kita tahu itu tidak ada".
"Saya pikir mereka hanya memainkan permainan kejam dengan seorang tahanan politik," kata Mathieson kepada kantor berita AFP. "Semua tuduhan terhadapnya tidak masuk akal, dan memotong enam dari 33 tahun bukanlah belas kasihan."
Aung San Suu Kyi ditahan pada malam kudeta bulan Februari 2021, dan hanya terlihat satu kali sejak itu -- dalam foto buram media pemerintah dari ruang sidang kosong di ibu kota Naypyidaw. Dia diminta untuk menghadiri sidang hampir setiap hari di pengadilan junta untuk mendengarkan kasus-kasus terhadapnya, mulai dari tuduhan korupsi hingga kepemilikan walkie-talkie ilegal dan pelanggaran pembatasan virus corona.
Aung San Suu Kyi: Ironi Pejuang Kemerdekaan
Aung San Suu Kyi dari Myanmar memiliki komunitas global yang mendukungnya ketika dia menjadi tahanan politik belasan tahun. Namun, dalam beberapa tahun terakhir dia dihujani protes soal militer membantai Muslim Rohingya.
Foto: picture-alliance/dpa
Lahir untuk demokrasi
Aung San Suu Kyi lahir tanggal 19 Juni 1945 di Yangon, yang dulu merupakan ibu kota Myanmar di yaman koloni Inggris. Ia anak perempuan pahlawan nasional Jenderal Aung San yang menjadi korban serangan tahun 1947. Suu Kyi mengenyam pendidikan di Inggris dan pulang ke Myanmar pada akhir 1980an. Dia menjadi tokoh kunci dalam pemberontakan 1988 melawan kediktatoran militer di negara tersebut.
Foto: dapd
Tahanan Rumah
Tahun 1989, sesaat sebelum pemilu, Aung San Suu Kyi untuk pertama kalinya menjadi tahanan rumah. Hampir selama 15 tahun ini hanya mendekam di rumahnya. Setelah tahun 1995, Suu Kyi dilarang bertemu kedua putra dan suaminya, Michael Aris, bahkan setelah suaminya didiagnosis menderita kanker. Aris, terlihat di foto menampilkan gelar doktor kehormatan yang diberikan kepada istrinya.
Foto: TORSTEN BLACKWOOD/AFP
Nobel Perdamaian
Tahun 1991 Aung San Suu Kyi diberi penghargaan Nobel Perdamaian bagi "usahanya memperjuangkan demokrasi dan hak asasi manusia." Karena ia khawatir, junta militer tidak akan mengizinkannya kembali ke Myanmar, putranya Kim yang menerima penghargaannya di Oslo. Setelah 20 tahun berselang, Aung San Suu Kyi baru bisa menyampaikan pidato penerimaannya.
Foto: AP
Bebas dari tahanan rumah
Masa tahanan rumahnya benar-benar berakhir tanggal 13 November 2010. Ini momen yang menandakan proses pendekatan antara Aung San Suu Kyi dan junta militer. Militer tidak ingin terus diisolasi oleh dunia internasional dan Aung San Suu Kyi sadar, bahwa ia hanya akan sukses juga melakukan dialog dengan pihak militer.
Foto: picture alliance/epa/N. C. Naing
Kunjungan Pertama Seorang Presiden AS
Akhir 2012, Presiden AS Barack Obama berkunjung ke Myanmar. Ia bertemu dengan Aung San Suu Kyi di rumah tempat ia menjadi tahanan selama bertahun-tahun. Lewat kunjungannya, Obama seakan menghormati perjuangan sang tuan rumah dan membantu Myanmar keluar dari isolasi.
Foto: Reuters/K. Lamarque
Penghargaan dari Berlin
Tahun 2014 Aung San Suu Kyi berkunjung selama dua hari ke Berlin. Ia bertemu dengan Presiden Jerman Gauck dan meraih penghargaan Willy-Brandt atau upayanya memperjuangkan HAM dan demokrasi. Saat itu ia menegaskan, masa depan demokrasi negaranya masih belum jelas.
Foto: picture-alliance/dpa
Disumpah sebagai anggota parlemen
Usahanya selama puluhan tahun akhirnya membuahkan hasil, dan pada tahun 2012 Suu Kyi diizinkan mencalonkan diri dalam pemilu. Dia memenangkan kursi di parlemen saat Myanmar memulai peralihannya dari pemerintahan militer. Ia menjadi pemenang dalam pemilu tahun 2015, tapi pada akhirnya ia menjabat sebagai menteri luar negeri dan penasihat negara - peran yang mirip perdana menteri.
Foto: AP
Dikritik soal Rohingya
Krisis pengungsi Rohingya sedikti mencoreng namanya. Lembaga pembela hak asasi manusia melontarkan kritik terhadap pemenang hadiah Nobel perdamaian itu. Ia dtuding tidak berupaya untuk mengatasi krisis ini. Suu Kyi dianggap takut ditinggalkan pendukungnya yang mayoritas Buddha dalam Pemilu Parlemen.
Foto: Reuters/D. Whiteside
Tidak lagi disukai
Ketika menjadi penasihat negara di tahun 2016, Suu Kyi membentuk komisi untuk menyelidiki klaim tindak kekejaman negara terhadap kaum Rohingya di negara bagian Rakhine. Suu Kyi menuding Rohingya menyebarkan "segunung informasi yang salah", dan prihatin dengan "ancaman teroris" yang ditimbulkan oleh para ekstremis. Sikapnya memicu protes di negara-negara mayoritas Muslim di seluruh dunia.
Foto: picture-alliance/Zumapress/J. Laghari
Pemilu kontroversial
Pada tahun 2020, Partai Liga Nasional untuk Demokrasi(NLD) yang berkuasa di Myanmar memenangkan pemilu 8 November, dengan kursi yang cukup untuk membentuk pemerintahan berikutnya. Namun, pihak militer, Partai Persatuan Solidaritas dan Pembangunan, mengklaim penipuan dan menuntut pemilihan baru yang diawasi oleh militer. Dengan itu muncul komentar-komentar yang menyinggung kemungkinan kudeta.
Foto: Shwe Paw Mya Tin/REUTERS
Militer menahan Aung San Suu Kyi
Aung San Suu Kyi bersama dengan beberapa sekutu politiknya, ditahan dalam penggerebekakan dini hari pada 1 Februari 2021 yang dipimpin oleh militer. Langkah itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan antara pemerintah sipil dan militer. Junta militer mengklaim kecurangan pemilu dan mengumumkan keadaan darurat selama setahun dan menunjuk seorang mantan jenderal sebagai penjabat presiden.
Foto: Franck Robichon/REUTERS
11 foto1 | 11
Masih 24 ribu orang dipenjara sejak kudeta militer
Pada bulan Juli, menteri luar negeri Thailand mengatakan dia berhasil bertemu dengan Aung San Suu Kyi, pertemuan pertama yang diketahui dengan utusan asing sejak dia ditahan. Namun rincian apa yang mereka diskusikan tidak diketahui. Aung San Suu Kyi tetap populer di Myanmar, bahkan setelah citra internasionalnya dinodai oleh kesepakatan pembagian kekuasaan dengan para jenderal militer dan kegagalannya membela minoritas Rohingya yang teraniaya.
Banyak dari gerakan pro-demokrasi sejak kudeta telah meninggalkan prinsip non-kekerasan mereka dan mengangkat senjata untuk melawan dominasi militer di politik dan ekonomi Myanmar.
Akibatnya, sebagian besar Myanmar berada dalam konflik bersenjata, dengan ribuan orang terbunuh sejak kudeta, dan lebih dari satu juta orang terlantar, demikian menurut PBB. Menurut kelompok pemantau lokal, lebih dari 3.800 orang telah tewas sejak kudeta, sedang kan junta militer menyebut ada 5.000 korban tewas.
Lebih dari 24.000 orang telah ditangkap sejak militer menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi, menurut kelompok pemantau lokal. Hampir 20.000 orang masih berada di balik jeruji besi.