Jupiter, planet terbesar di tata surya masih menyimpan banyak misteri. Planet gas raksasa ini punya minimal 16 bulan yang mengorbitnya, beberapa diantaranya diduga mengandung air.
Iklan
Jupiter: Dewa Langit Berbalut Jutaan Badai
Selama lima tahun wahana nirawak Juno mengorbit planet Jupiter buat menjawab teka-teki seputar raksasa gas tersebut. Foto-foto yang dikirimkan ke Bumi menampilkan jutaan badai yang berpusar di jantung sang dewa langit
Foto: NASA
Berjuta Topan dan Badai
Jupiter adalah raksasa gas yang berulangkali menyelamatkan Bumi dari hujan meteor. Intinya diselimuti samudera Hidrogen cair dan atmosfirnya dipenuhi awan Hidrogen dan Helium. Tanpa permukaan berbatu yang menghadang angin, badai di Jupiter bisa berlangsung selama jutaan tahun. Mempelajari pergerakan gas di permukaan Jupiter bisa membantu manusia memahami sistem cuaca di Bumi.
Foto: NASA
Bintik Hitam Misterius
Citra teranyar yang dijepret oleh wahana nirawak NASA, Juno, menampilkan keunikan Jupiter yang belum pernah dilihat sebelumnya: Berjuta badai berpusar secara acak, seakan tanpa struktur yang baku. Terutama kemunculan mata badai berwarna hitam pekat menjadi teka teki yang hingga kini belum terpecahkan oleh ilmuwan.
Foto: NASA
Api dari Jantung Planet
Dengan rata-rata temperatur minus 145 derajat Celcius, cuaca terhangat di Jupiter bisa membuat Bumi membeku dalam sekejap. Tapi berbeda dengan Bumi, suhu di Jupiter berubah sesuai ketinggian, lantaran panas tidak datang dari Matahari, melainkan memancar dari bagian dalam planet. Sebab itu pula musim badai di Jupiter bisa berlangsung selama 70 tahun.
Foto: NASA
Keindahan Badai
Citra teranyar yang dijepret Juno diolah oleh ilmuwan amatir Jason Major dengan memanipulasi warna untuk memperjelas detail pada pusaran badai dan formasi awan Jupiter. Untuk membuat gambar menjadi lebih spektakuer, ia memusatkan fokus pada salah satu pusaran badai Jupiter sehingga terlihat seperti lukisan. NASA kemudian mempublikasikan hasil olahan Major.
Foto: NASA
Bintik Merah Raksasa
Gambar ini diambil Juno pada Desember 2016 dari jarak 459.000 kilometer. Bintik merah raksasa dan saudara kecilnya, Oval BA, terlihat jelas ketika sebagian planet bermandikan warna hijau dan biru. Pada gambar ini, formasi awan tebal di Kutub Selatan Jupiter menyembunyikan jutaan badai yang berpusar di bawahnya.
Foto: NASA
Pojok Penuh Gejolak
Kawasan di barat Bintik Merah Raksasa atau selatan sabuk Ekuator merupakan salah satu bagian langit Jupiter yang paling bergolak. NASA mengklaim gambar ini memiliki resolusi yang jauh lebih baik ketimbang foto serupa yang dibuat dari Bumi atau wahana lain sebelumnya. Tahun 2010 sabuk awan yang dulunya membagi kawasan ini tiba-tiba menghilang dan membuat takjub ilmuwan.
Foto: NASA
Mutiara Maut
The Pearl atau Mutiara Jupiter merupakan kumpulan pusaran badai raksasa yang terletak pada 40 derajat lintang selatan. Kawasan yang juga disebut "Rangkaian Mutiara" ini menyimpan delapan badai sekaligus yang berputar dengan kecepatan lebih dari 600 kilometer per jam. Sejak 1996, formasi badai berbentuk oval ini berfluktuiasi dari enam hingga sembilan pusaran.
Foto: NASA
7 foto1 | 7
Jupiter adalah planet terbesar dalam Tata Surya. Radius ekuatornya sekitar 12 kali lipat ekuator Bumi. Planet raksasa yang terdiri dari gas ini, juga memiliki sabuk yang berseling warna terang dan gelap di bagian ekuatornya. Sabuk berwarna terang adalah aliran gas yang naik dan sabuk gelap aliran gas yang turun. Suhu di permukaan awan gas Jupiter rata-rata 145 derajat Celsius.
Jupiter: Planet Gas Raksasa Berbalut Jutaan Badai
00:42
Yang paling terkenal dari planet ini adalah bintik merah yang bagaikan mata memandang dari belahan selatan Jupiter. Bintik merah ini sejatinya adalah badai raksasa yang terus melanda atmosfir Jupiter. Kecepatannya bisa mencapai 500 km per jam. Juga angin kencang dan badai dibarengi kilatan petir dahysat merupakan fenomena biasa di planet gas raksasa tersebut.
Atmosfir Jupiter terdiri dari 85 persen Hidrogen, 14 persen Helium dan sisanya campuran gas metana, amoniak serta elemen lain. Awan Yupiter yang berwarna kemerahan diperkirakan merupakan senyawa dari amoniak dan H2S.
Voyager 1 Berjejak di Ruang Antarbintang
1977 keduanya diluncurkan untuk menguak tabir sistem tata surya. Kini wahana nirawak NASA, Voyager 1 berjarak 18,6 milliar Kilometer dari Bumi dan memasuki ruang antarbintang
Foto: NASA/Hulton Archive/Getty Images
Keluar dari Sistem Tata Surya
Sejak akhir 2012, wahana nir-awak Voyager 1 sudah meninggalkan sistem tata surya dan terbang melalui ruang antarbintang. Voyager adalah obyek pertama buatan manusia yang melewati batas sistem tata surya. Selain itu ia juga obyek terjauh yang pernah dibuat oleh manusia.
Foto: picture-alliance/dpa
Dua Wahana Bersaudara
Memasuki musim gugur 1977, Badan Antariksa Amerika Serikat, NASA meluncurkan dua wahana kembar ke luar angkasa, Voyager 1 dan 2. Awalnya kedua wahana itu cuma ditugaskan mengorbit dan meneliti Jupiter dan Saturnus yang saat itu masih berada di luar jangkauan observasi manusia.
Foto: REUTERS/NASA/JPL-Caltech
Rute Penerbangan
Setelah 18 bulan, kedua wahana mencapai Jupiter. Usai meneliti gas raksasa itu, Voyager 2 mengambil rute menuju planet-planet lain, sementara Voyager 1 dikirim menuju batas terluar sistem tata surya. Perjalanan ini cuma bisa dilakukan lantaran kedua wahana memanfaatkan konstelasi planet yang cuma muncul setiap 146 tahun.
Planet kuning
Voyager 1 mengirimkan gambar Jupiter ini pada 1 Januari 1979. Keseluruhan, Voyager 1 mangirimkan sebanyak 17.477 foto Jupiter dan empat bulan yang mengorbit padanya. Keberadaan cincin yang mengelilingi Jupiter baru pertamakali dibuktikan melalui foto ini.
Foto: picture-alliance/dpa/NASA
Gambar detail
Selain itu Voyager 1 juga mendokumentasikan arus pergerakan atmosfer pada permukaan Jupiter, seperti yang terlihat pada gambar ini. Setelah mengorbit Jupiter, Voyager 1 melesat dengan kecepatan 16 kilometer per detik dengan memanfaatkan gaya gravitasi dari planet gas tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa/NASA
Api belum akan Padam
Wahana Voyager yang memiliki beratz 825 Kilogramm ini adalah salah satu pencapaian terbesar NASA sepanjang sejarah. Hingga hari ini kedua wahana masih mengirimkan informasi-informasi akurat dari luar angkasa. Kendati telah jauh melampaui perkiraan usia pakai, mesin Voyager 1 dan 2 diyakini baru akan padam pada 2025.
Foto: public domain
Ruang Kendali
Ruang kendali untuk misi Voyager berada di kampus California Institute of Technology di Pasadena. Gambar ini diambil pada tahun 1980. Dari sini para ilmuwan memantau pergerakan dan, sebisa mungkin, mengendalikan arah terbang kedua wahana tersebut.
Foto: NASA/Hulton Archive/Getty Images
Piringan Hitam untuk Allien
NASA memasang piringan emas ini pada badan wahana, untuk mengantisipasi jika kedua wahana bertemu dengan mahluk alien. Piringan digital ini merekam gambar manusia, binatang dan sejumlah lagu yang menjadi hit abad lalu. Jika mahluk luar angkasa itu tidak memiliki alat yang tepat, NASA juga menyediakan jarum dan buku panduan.
Foto: NASA/Hulton Archive/Getty Images
Mengungkap Tabir Saturnus
Gambar ini dikirimkan oleh Voyager 2: Saturnus dalam warna aslinya. Planet ke-enam di sistem tata surya ini disambangi oleh Voyager tahun 1981. Untuk sebuah foto luar angkasa, gambar ini layaknya fotografi makro di bumi, ia diambil dalam jarak 21 juta kilometer dari obyek - jarak yang sangat dekat di luar angkasa.
Foto: HO/AFP/Getty Images
Seni Luar Angkasa
Misi Voyager tidak cuma menjadi perhatian ilmuwan, tetapi juga seniman. Seorang perupa di Amerika Serikat melukis wahana Voyager 1 ketika mengorbit Saturnus. Lukisan itu dibuatnya tahun 1977, sesaat menjelang peluncuran.
Foto: NASA/Hulton Archive/Getty Images
10 foto1 | 10
Observasi planet Jupiter menggunakan wahana peneliti luar angkasa Pioneer 1 (1972) dan Pioneer 2 (1973) serta Voyage1 (1979 dan Voyager 2 serta Juno memasok data dan informasi menarik terkait planet terbesar di Tata Surya itu.
Berbagai penelitian menemukan sedikitnya 16 satelit atau bulan yang mengorbit Yupiter. Empat bulan terbesar Jupiter, yakni Io, Europa, Ganymed dan Kallisto yang diamati Galileo Galilei, diduga mengandung air dalam bentuk beku. Planet gas ini tidak memiliki permukaan padat untuk didarati wahana penelitian. Wahana riset Juno misalnya mengorbit sejarak 4.000 km di atas permukaan planet
Misteri Dua Kutub Jupiter
Wahana nirawak NASA, Juno, akhirnya memasuki orbit Jupiter dan membuat citra dua kutub yang mengejutkan ilmuwan. Misi tersebut adalah upaya teranyar manusia untuk mengungkap rahasia terakhir raksasa gas tersebut
Setelah hampir lima tahun bermanuver di tata surya, wahana nirawak teranyar NASA, Juno, akhirnya tiba di planet Jupiter. Dalam misi ini Juno diharapkan mampu mengungkap rahasia terbentuknya gas raksasa tersebut dan apakah Jupiter memiliki inti planet yang terbuat dari batu.
Foto: Getty Images/AFP/R. Beck
Antara Dua Kutub
Untuk menjawab misteri Jupiter, Juno akan melakukan hingga 37 kali terbang lintas di kutub utara dan selatan Jupiter. Gambar ini menampilkan ujung selatan raksasa gas tersebut. Ilmuwan NASA mengklaim citra teranyar Jupiter "terlihat tidak seperti yang kami bayangkan sebelumnya."
Juno juga dilengkapi dengan kamera infra merah yang didesain khusus untuk membuat foto aurora di kutub selatan Jupiter. Lantaran medan magnetiknya yang sangat luas, aurora di kutub Jupiter tergolong raksasa. Melalui penelitian tersebut ilmuwan ingin mengungkap korelasi antara aurora dengan matahari dan faktor lain.
Juno adalah wahana nirawak kedua yang mengorbit Jupiter setelah Galileo. Wahana berpenggerak tenaga nuklir buatan Eropa itu mengitari Jupiter antara 1995 hingga 2003. Tapi berbeda dengan wahana nirawak lain, Juno cuma digerakkan oleh panel surya seperti yang digunakan pada satelit Bumi. Tapi panel surya milik Juno adalah yang terbesar dibandingkan panel surya wahana yang biasa diluncurkan
Foto: picture-alliance/NASA/Aubrey Gemignani
Raksasa Penuh Misteri
Jupiter adalah planet terbesar di tata surya. Lantaran massa dan gaya gravitasinya yang sangat besar, Jupiter sejatinya tidak mengorbit matahari melainkan saling mengitari pusat gravitasi yang sama. Memahami raksasa gas tersebut bisa menjadi batu loncatan untuk mengungkap rahasia pembentukan sistem tata surya.
Foto: picture-alliance/dpa/UPI
Bintik Neraka
Salah satu keunikan Jupiter yang belum bisa sepenuhnya dijelaskan ilmuwan adalah bintik merah yang diyakini telah terbentuk sejak lebih dari 340 tahun silam. Bintik tersebut tidak lain adalah badai raksasa bertemperatur hingga 1500 derajat Celcius dan berukuran lebih besar ketimbang Bumi. Bersama Juno, ilmuwan berharap mendapat pengetahuan baru tentang fenomena unik tersebut.
Serupa dengan Galileo, Juno akan mengalami akhir brutal di penghujung misinya. Pada orbit ke37, yakni pada 18 Februari 2018, wahana tersebut dijadwalkan hancur ketika memasuki atmosfer Jupiter. Hal itu diperlukan agar puing-puing Juno tidak menkontaminasi bulan Jupiter yang dianggap paling mungkin menampung kehidupan, yakni Eropa.