Dua wartawan Ukraina, Mstyslav Chernov dan Evgeniy Maloletka, hari Senin malam (20/6) di Bonn menerima penghargaan DW Freedom of Speech Award 2002 untuk pekerjaan mereka mendokumentasikan pengepungan kota Mariupol.
Iklan
Seorang jurnalis Ukraina, Mstyslav Chernov, menceritakan pengalamannya meliput situasi perang di Ukraina akibat invasi Rusia.
"Dari semua yang saya lihat di Mariupol, ada satu gambaran yang melekat pada saya: Mayat seorang bayi tergeletak di lantai bawah sebuah rumah sakit," kata Mstyslav Chernov kepada DW. Dia membuat foto terakhirnya di Mariupol pada pertengahan Maret, sesaat sebelum meninggalkan kota yang terkepung itu.
"Kami sedang syuting di rumah sakit, seorang dokter datang dan meminta saya untuk mengikutinya ke halaman belakang," kata Chernov. "Di sana, saya tiba-tiba melihat lusinan mayat, tergeletak di tanah, dalam tas, atau terbungkus karpet."
Mayat-mayat itu, kata Chernov, adalah warga sipil yang tewas dalam penembakan. Dokter kemudian membawanya ke ruang bawah tanah, di mana lebih banyak mayat terbaring. "Di antaranya ada paket kecil ini. Dokter membungkukkan tubuh ke depan dan membuka bungkusnya, lalu saya melihat tubuh seorang bayi kecil. Di sebelahnya ada selembar kertas yang mengatakan bayi itu berumur 23 hari."
Foto-foto melawan propaganda Moskow
Mstyslav Chernov adalah staf jurnalis video untuk kantor berita The Associated Press. Dia dan rekannya, fotografer lepas Evgeniy Maloletka, melakukan liputan di Mariupol pada bulan Februari dan Maret. Foto dan video mereka dengan detail menceritakan bagaimana Mariupol jatuh ke dalam kehancuran dan kekacauan di bawah pemboman besar-besaran oleh pasukan Rusia. Kedua wartawan mendokumentasikan kondisi warga yang putus asa, terputus dari jaringan gas dan listrik, kekurangan makanan dan air minum selama berminggu-minggu. Mereka merekam gambar kuburan massal yang dipenuhi mayat warga sipil dan anak-anak.
Iklan
Pada 9 Maret, Maloletka mengambil foto petugas medis yang membawa seorang wanita hamil yang terluka keluar dari rumah sakit bersalin yang hancur akibat serangan udara Rusia. Chernov juga merekam adegan itu. Wanita hamil dan bayinya kemudian meninggal, sementara foto itu tersebar di internet. Gambar-gambar itu kemudian menjadi berita utama di berbagai media.
"Kami tidak punya kesempatan, atau tidak selalu punya akses ke internet untuk memantau media," kata Chernov. "Namun, ketika serangan udara di rumah sakit bersalin terjadi, saya menyadari bahwa ini akan menjadi salah satu momen dan gambaran paling penting dari perang ini."
Sementara media Rusia membombardir publik dengan klaim bahwa pasukan mereka tidak membahayakan warga sipil. Rusia mengatakan foto yang viral dari Mariupol itu adalah foto palsu.
Mariupol: Sebuah Kota yang Hancur, tapi Tetap Bertahan
Invasi Rusia ke Ukraina memasuki minggu keempat, dan serangan terus meningkat. Sementara warga berbondong-bondong melarikan diri dari Mariupol, Zelenskyy enggan menyatakan takluk di kota yang terkepung itu.
Foto: Str/AA/picture alliance
Eksodus dari Mariupol
Selama seminggu terakhir, puluhan ribu orang setiap harinya melarikan diri dari kota Mariupol yang hancur akibat serangan Rusia. Sejak awal perang, kota pelabuhan penting di selatan Ukraina itu telah menghadapi pemboman berat dan serangan rudal yang melukai warga sipil. Menurut data Rusia, 130.000 dari sekitar 440.000 penduduk masih bertahan di kota.
Foto: Str/AA/picture alliance
Sebuah kota yang hancur
Setelah hampir empat minggu diserang, kota Mariupol yang terkepung hancur dan nyaris tidak dapat dihuni. Menurut pemerintah setempat, 80% dari seluruh apartemen di kota telah hancur. Banyak foto yang menunjukkan bangunan tempat tinggal yang hancur atau terbakar, seperti foto dari kantor berita resmi Rusia, Tass ini.
Serangan Rusia terhadap warga sipil Ukraina telah mendorong beberapa politisi Barat, seperti Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock dan Komisaris Luar Negeri Uni Eropa Josep Borell, untuk berbicara tentang "kejahatan perang". Borell mengatakan Rusia menghancurkan Ukraina tanpa menghormati aturan perang.
Foto: REUTERS
Rusia: Hanya target strategis yang terdampak
Rusia mengklaim mereka hanya menyerang fasilitas strategis dan militer. Mereka menyalahkan unit milisi Ukraina, Batalion Azov, yang mencakup ekstremis nasionalis sayap kanan, atas pemboman teater Mariupol. Ratusan orang selamat dari serangan itu, berlindung di bunker serangan udara di bawah teater, yang terlihat seperti dalam foto reruntuhan ini.
Foto: Azov Battalion/AP/dpa/picture alliance
Separatis Rusia mengontrol rute pelarian
Separatis pro-Rusia, yang juga menguasai wilayah tetangga Donetsk di Ukraina timur, melakukan pemantauan jalur pelarian penduduk. Mereka hanya mengizinkan warga sipil tak bersenjata meninggalkan kota yang terkepung.
Foto: Str/AA/picture alliance
Tuding dievakuasi ke negara musuh
Foto yang dirilis oleh kantor berita Rusia, Tass, menunjukkan orang-orang yang dievakuasi dari Mariupol di sebuah kamp darurat di Donetsk. Rusia mengatakan ingin memberikan perlindungan bagi pengungsi Ukraina. Namun, Dewan Kota Mariupol menuduh Rusia mengizinkan separatis membawa paksa ribuan warga Ukraina ke Rusia.
Banyak penduduk telah melarikan diri ke kota Zaporizhzhia, di mana beberapa warga yang terluka mendapat perawatan. Pemboman rumah sakit di Mariupol telah menutup akses bantuan medis darurat. Beberapa pekan lalu, terjadi kebakaran singkat di PLTN terbesar di Eropa di Zaporizhzhia. Sebagian besar kawasan di kota dengan populasi 750.000 jiwa itu lolos dari pertempuran.
Foto: Stringer/AA/picture alliance
Berkumpul dengan keluarga
Remaja ini melarikan diri dari Mariupol ke Lviv di Ukraina barat. Sang ibu menunggunya di stasiun kereta. Namun, tentara Rusia juga telah menyerang Lviv. Bagi banyak pengungsi, Lviv menjadi persinggahan terakhir sebelum melanjutkan perjalanan untuk menyelamatkan diri ke negara-negara tetangga Eropa.
Foto: picture alliance / ASSOCIATED PRESS
Beberapa kota yang diserang tentara Rusia
Mariupol bukan satu-satunya kota di Ukraina yang dihantam serangan Rusia. Di utara dan timur Ukraina, roket dan peluru artileri terus menghantam kota-kota besar seperti Sumy, Kharkiv, dan Kyiv. Foto ini menunjukkan sisa-sisa pusat perbelanjaan di Kyiv setelah menjadi sasaran serangan Rusia. Empat orang tewas dalam serangan itu, menurut media setempat.
Foto: Daniel Ceng Shou-Yi/ZUMAPRESS/picture alliance
Ukraina tolak menyerahkan Mariupol
Pada hari Minggu (20/03), Rusia telah memberi Ukraina ultimatum untuk menyerahkan Mariupol pada Senin (21/03) sore. Namun, Ukraina menolak permintaan itu. Sebaliknya, ribuan warga sipil kembali berbondong meninggalkan kota tersebut. Menurut pemimpin separatis Rusia Denis Pushilin, pertempuran memperebutkan Mariupol bisa berlangsung berminggu-minggu lebih lama. (ha/as)
Foto: Evgeniy Maloletka/AP/dpa/picture alliance
10 foto1 | 10
Bertekad kembali ke Ukraina
Baik Chernov maupun Maloletka tidak asing dengan daerah krisis. Chernov telah melaporkan dari zona perang di Suriah, Irak dan Myanmar; sementara Maloletka telah menghabiskan bertahun-tahun meliput konflik di wilayah Donbas dan Krimea.
Tapi bagi mereka, Mariupol berbeda. "Itu mungkin salah satu tugas tersulit dan paling berbahaya yang pernah saya lakukan," kata Chernov.
"Perang ini sangat berbahaya dan tidak terduga, dengan senjata yang sangat canggih," jelasnya. "Jadi, saat Anda mengkhawatirkan nyawa Anda, Anda juga merasakan tekanan untuk menghasilkan materi dan mengirimkannya, karena itu penting."
Sejak awal perang, pasukan Rusia telah berulang kali menembaki wartawan. Pada 13 Juni 2022, setidaknya 12 jurnalis dipastikan tewas di zona pertempuran Ukraina, menurut Komite Perlindungan Jurnalis CPJ. Beberapa wartawan lain telah dilaporkan hilang, diculik atau dibunuh dalam keadaan yang tidak diketahui.
Pada 2 April, sekitar dua minggu setelah Chernov dan Maloletka meninggalkan Mariupol, tentara Rusia menembak mati pembuat film dokumenter Lituania, Mantas Kvedaravicius. Sekalipun banyak risiko, Chernov dan Maloletka berencana untuk kembali ke garis depan setelah kunjungan singkat di Jerman, untuk menerima penghargaan DW di Bonn.
Dengan penghargaan Fredom of Speech Award, DW menghormati individu atau inisiatif media yang mempromosikani kebebasan berekspresi dan kebebasan pers. Penghargaan itu diserahkan kepada kedua jurnalis tersebut pada Senin malam (20/6) di kota Bonn.