KBRI Jerman dan Swiss Kerjasama Promosi Wisata Indonesia
25 November 2018
Pagelaran budaya biasanya hanya berupa persembahan musik dan tari khas Indonesia. Upaya yang bagus tetapi tidak selalu menjamin adanya kunjungan ke Indonesia oleh para penonton. Jadi langkah apa yang lebih jitu?
Iklan
KBRI Berlin (Jerman) dan Bern (Swiss) bekerjasama menyusun strategi promosi budaya dan wisata kawasan perbatasan secara lengkap di kota perbatasan Konstanz di Danau Constance, Sabtu (24/11). Konstanz dipilih sebegai representasi kawasan multinasional berbahasa Jerman. Kota ini berbatasan langsung dengan Austria (pendapatan per kapita 52,000 USD), Swiss (pendapatan per kapita 85,000 USD) dan Lichtenstein (pendapatan per kapita 141,000 USD).
Paket komplet ini memadukan sekaligus tiga elemen penting dalam menggaet wisatawan asing ke Indonesia, advertising, branding and selling . Indonesia telah memasang iklan di media Konstanz dan malam budaya Indonesia merupakan kegiatan branding. Sementara itu, kegiatan selling dilakukan dengan menghadirkan 11 tur operator yang juga memberikan paparan tentang wisata Indonesia serta pemberian 4 tiket pesawat gratis dari Jerman atau Swiss ke Indonesia.
"Kita tidak ingin pengunjung yang datang pada pertunjukan budaya Indonesia hanya menonton acara, pulang, dan sudah, berhenti di sana. Untuk itu, tidak hanya atraksi seni dan budaya yang kita siapkan. Kita juga perlu sediakan informasi tentang wisata ke Indonesia serta bagaimana para pengunjung dapat langsung membeli tiket saat itu juga. Sudah saatnya kita pakai Paket Komplet ", jelas Dubes RI untuk Jerman, Arif Havas Oegroseno saat mengawali acara ini.
Semaraknya Malam Indonesia di Konstanz
KBRI Berlin dan KBRI Bern bekerja sama susun strategi promosi budaya dan wisata di kawasan perbatasan. Untuk itu Malam Indonesia diselenggarakan di kota Konstanz (24/11). Konstanz dipilih karena lokasinya yang strategis.
Foto: DW/M. Hirschmann
Konstanz: Berbatasan dengan Swiss, tak jauh dari Austria dan Liechtenstein
Kawasan multinasional ini juga berbahasa Jerman. Malam Indonesia ini didahului dengan sebuah acara workshop bagi 11 tour operator dan agen perjalanan dari Jerman dan Swiss. Tujuannya tak lain untuk mempromosikan Indonesia sebagai destinasi wisata bagi negara negara yang berbahasa Jerman.
Foto: DW/M. Hirschmann
Diramaikan tarian dan musik
Pertunjukan Malam Indonesia sendiri diisi oleh berbagai tarian dan musik Nusantara yang dibawakan oleh WNI dan mahasiswa Indonesia yang tergabung dalam beberapa grup budaya. Rampak Kendang yang dinamis membuka acara ini. Grup Angklung Orchestra Berlin khusus didatangkan ke Konstanz untuk pertunjukan ini. Sementara tari Saman Ratoeh Jaroe dibawakan oleh kelompok Swadaya Indonesia Muenchen e.V..
Foto: DW/M. Hirschmann
Makanan tradisional
Jeda acara ini diisi dengan menyajikan makan malam kuliner Indonesia. Sate dan Soto Ayam dengan nasi hangat membuat para penonton mengantri dengan tidak sabar.
Foto: DW/M. Hirschmann
Pemenang dapat hadiah tiket
Empat tiket Jerman Indonesia pulang pergi dari Singapore Airlines diberikan bagi dua pemenang undian. Ini merupakan juga strategi dalam mempromosikan pariwisata Indonesia dalam paket kompak yang memadukan elemen advertising, branding dan selling.
Foto: DW/M. Hirschmann
Gabungan modern dan tradisional
Kelompok Balawan Batuan Ethnic Fusion hadir sebagai penutup. Dengan permainan gitar double necknya yang khas, Balawan membuat penonton tidak beranjak dari kursinya hingga acara berakhir.
Foto: DW/M. Hirschmann
Lagu Indonesia dan Internasional
Lagu lagu seperti Cinta Indonesia Kota Baru dan Quando Quando Quando hadir dalam besutan fusion Jazz. Balawan pun berhasil mengajak penonton ikut menari kecak dan poco poco. Penulis: Miranti Hirschmann (Ed.: ml)
Foto: DW/M. Hirschmann
6 foto1 | 6
Sebelum malam pertunjukan seni dan budaya, diselenggarakan workshop tentang Teknik menjual wisata Indonesia. Workshop ini diikuti oleh tur operator dan perjalanan dari Jerman dan swiss.
"Tour operator dan agen perjalanan merupakan mitra kita untuk menarik wisatawan ke Indonesia. Mereka tidak mungkin bisa meyakinkan para wisawatan potensial, kalau mereka sendiri belum teryakinkan. Inilah salah satu pendekatan aspek branding and selling yang kita lakukan pada acara di Konstanz kali ini ", tambah Dubes Havas.
Riuh tepuk tangan sekitar 500 pengunjung yang berasal dari Jerman, Swiss, Lichtenstein dan Austria, spontan mengiringi setiap pertunjukan. Sesi pertama diisi oleh Rampak Kendang dari group Angklung Orchestra Berlin, Tari Saman (Ratoeh Jaroe) dari Swadaya Indonesia Munchen eV, dan pertunjukan angklung oleh Angklung Orchestra Berlin. Para penonton terlihat enggan beranjak dari tempat duduk mereka. Apalagi saat angklung interaktif. Antusias seluruh hadirin sangat terasa saat bersama-sama memainkan lagu "Can't not Help Falling in Love".
Pertunjukan Balawan Batu Ethnic Fusion pada sesi kedua menjadi "gong" kegiatan malam budaya Indonesia. Terkenal dengan kemahirannya memainkan gitar berleher ganda, sang magic finger, I Wayan Balawan bersama groupnya tampil memukau. Ada lagu/music tradisional dan modern dari Indonesia, dan ada pula barat. Semuanya dibalut dengan aransemen yang tetap memadukan khas tradisional Indonesia dan modern. Balawan juga mengajak para penonton untuk "berkecak" dan menari Poco-poco bersama.
Pameran Kisah-Kisah Panji di Berlin
Masyarakat Berlin berkenalan dengan Kisah-Kisah Panji melalui pameran, workshop dan diskusi bersama peneliti asal Eropa.
Foto: DW/A. Gollmer
Rumah Budaya Indonesia di Berlin
Rumah Budaya Indonesia Berlin yang kembali aktif sejak bulan Oktober 2017 didirikan sebagai wahana diplomasi budaya Indonesia. Rumah budaya ini adalah tempat untuk berbagai kegiatan seperti pameran, temu sastra, workshop dan kursus Bahasa Indonesia bagi penutur asing.
Foto: DW/A. Gollmer
Tempat berkenalan dan mendalami budaya Indonesia
Di dalam para pengunjung bisa menemukan berbagai buku mengenai Indonesia. Dalam rangkaian acara 'Pangeran Panji Lost and Found' sastra yang ditonjolkan adalah mengenai Pangeran Panji dan seni wayang nusantara.
Foto: DW/A. Gollmer
Tarian topeng Jawa membuka acara
Tarian Gunung Sari ini dibawakan oleh Mike Wardi asal Surakarta yang sekarang memimpin grup Sinar Anyar di Amsterdam. Ciri khas grup ini adalah tarian tradisional Jawa yang dibawakan dengan interpretasi modern.
Foto: DW/A. Gollmer
Tim Internasional
Acara 'Pangeran Panji Lost and Found' terlaksana berkat kerjasama erat dari pihak Rumah Budaya Indonesia bersama KBRI dan para peneliti Eropa, antara lain kedua antropolog Tea Škrinjarić (kedua dari kiri) dan Marina Pretković (kiri).
Foto: DW/A. Gollmer
Wayang beber pembawa kisah Panji
Salah satu fokus dari penelitian dalam proyek para peneliti asal Kroasia adalah wayang beber di Pacitan. Marina Pretković menjelaskan beberapa adegan wayangnya kepada wakil duta besar RI di Jerman Perry Pada dan atase pendidikan dan kebudayaan Dr. Ahmad Saufi.
Foto: DW/A. Gollmer
Belajar dengan cara mencoba-coba
Para pengunjung diajak untuk mencoba menjadi dalang wayang beber. Dengan lembaran wayang yang disediakan di pameran, pengunjung dapat mencoba menggulung dan membuka lembaran seperti layaknya dalang dalam pertunjukan wayang beber.
Foto: DW/A. Gollmer
Baju Dalang
Baju berwarna cerah dan blangkon yang terlihat seperti melayang di udara ini merupakan salah satu obyek pameran yang langsung mengambil perhatian para pengunjung yang masuk ruang pameran. Banyak pengunjung juga berfoto dengan pakaian dalang Pacitan dan Wonosari ini.
Foto: DW/A. Gollmer
Panji menunggang Garuda dalam lembaran wayang beber
Dr. Lydia Kieven yang mengajar di Universitas Bonn pertama kali tertarik dengan sosok Panji ketika mendaki gunung Penanggungan tahun 1996 dan menemukan relief kisah Panji di sebuah candi. Menurutnya mitos Panji mempunyai nilai universal yang mengajarkan keharmonisan antar manusia serta dengan alam.
Foto: DW/A. Gollmer
Kota Seribu Satu Malam
Karya Surahman dan Samuel S. Adi Prasetyo dari Wayang Beber Metropolitan ini merupakan contoh dari wayang beber modern yang banyak dikagumi oleh para pengunjung. Berbeda dengan wayang beber tradisional, karya-karya modern tidak lagi mengangkat Kisah Panji, melainkan problematika kota besar seperti korupsi atau polusi.
Foto: DW/A. Gollmer
Sarat informasi
Melalui plakat-plakat berisikan foto dan informasi tentang wayang beber, para pengunjung Jerman dan Indonesia mendapatkan banyak pengetahuan baru mengenai bentuk wayang yang hampir punah ini. Foto-fotonya dibuat kedua antropolog muda setiap kali mereka meneliti di Indonesia.
Foto: DW/A. Gollmer
Presentasi dengan sambutan meriah
Dalam acara pembukaan pameran Tea Škrinjarić dan Marina Pretković memberikan presentasi berisikan hasil penelitian mereka sejak tahun 2016. Setelahnya banyak yang masih ingin tahu lebih tentang seni langka Wayang Beber ini. (Teks: Anggatira Gollmer/hp)
Foto: DW/A. Gollmer
11 foto1 | 11
KBRI Berlin dan Bern juga didukung oleh Kementerian Pariwisata Indonesia dan Visit Indonesia Tourism Office (VITO) yang menyediakan informasi wisata Indonesia. Yasmine Lange dari Vito menyampaikan presentasi di depan seluruh hadirin tentang destinasi wisata Indonesia, termasuk yang di luar Bali.
Tak hanya itu, dua dari penonton yang hadir memenangkan undian dua tiket ke Indonesia untuk masing-masing, yang langsung diserahkan oleh Mr. Dietmar Lehmann, Senior Key Account Manager for Singapore Airlines.
"Saya sangat terkesan dengan konsep promosi komplet yang diselenggarakan. Ini pengalaman baru buat saya. Semuanya bagus. Pemilihan tempat di Konzil Konstanz pun adalah pilihan yang cerdas. Selain gedung Konzil yang terkenal bersejarah, kota Konstanz adalah tempat berliburnya para wisatawan dari berbagai negara di Eropa, khususnya dari Swiss dan Austria ", komentar Prof Dr. Max Weiber, salah satu tamu yang hadir.
Dubes RI Bern Muliaman Hadad yang hadir dan juga mengajak tokoh-tokoh masyarakat Swiss dari Zurich menyatakan "Promosi budaya dan wisata ini juga akan dilanjutkan di kota-kota perbatasan lain di Swiss-Jerman. Salah satu kota Swiss yang dapat dipertimbangkan adalah kota Basel, perbatasan antara Swiss-Jerman-Basel. Saya juga akan terus menggarap tur operator Swiss yang hadir pada malam Budaya Indonesia di Constance ini karena kemampuan wisata masyarakat Swiss sangat tinggi."
vlz/as (KBRI Berlin)
Nasi Tumpeng Raksasa di Berlin
Acara tahunan KBRI Berlin kembali digelar di Mall of Berlin. Kali ini tema yang diusung "hutan tropis Indonesia". Puncak acara adalah pemotongan tumpeng raksasa oleh Dubes RI Fauzi Bowo.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Hutan Tropis Indonesia
Acara mempromosikan Indonesia ini digelar selama dua hari, 16-17 Juni 2017, di Mall of Berlin. Tema yang diangkat adalah hutan tropis di Indonesia. Tidak hanya seni budaya saja yang ditampilkan, tetapi juga digelar diskusi yang membahas minyak sawit berkelanjutan.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Antusiasme Warga Berlin
5000 pengunjung diperkirakan hadir dalam gelar budaya selama dua hari tersebut. Piazza Mall of Berlin disulap menjadi "belantara hutan". Tampak dekorasi pohon dan semak belukar hingga ke bangian lantai atas mal.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Selamatkan Flora dan Fauna
Stan-stan organisasi lingkungan seperti BOS (Borneo Orangutan Survival), dan WWF turut hadir dalam acara tersebut. Mereka tanpa lelah memberikan informasi kepada pengunjung akan pentingnya kepedulian masyarakat terhadap kondisi flora dan fauna yang terancam.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Diperkenalkan Sejak Dini
Anak ini sedang dirias untuk menjadi orangutan. Ini salah satu upaya organisasi lingkungan untuk mengenalkan hewan terancam ini kepada anak-anak dengan cara yang tidak menggurui.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Jembatan Komunikasi
Selain stan-stan organisasi lingkungan, ada juga stan biro perjalanan dan biro-biro konsultan yang berperan sebagai jembatan antar budaya, Indonesia-Jerman, dan berbagai keahlian. Seperti yang dilakukan Dwi Anoraganingrum dari IndoCon (foto).
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Tarian Nusantara
Di panggung secara silih berganti pengunjung disuguhi berbagai pertunjukan, antara lain gamelan, tari Saman, angklung, pencak silat, tari Enggang (foto)m dan pembacaan dongeng untuk anak-anak.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Dangdutan di Berlin
Goyang dangdut sepertinya tidak boleh ketinggalan di ajang-ajang pengenalan budaya Indonesia. Di acara KBRI kali ini pun, Batik Band menutup penampilan mereka dengan alunan musik dangdut.
Foto: DW/V.Legowo-Zipperer
Tumpeng Raksasa
Ini acara yang ditunggu-tunggu para pengunjung Mall of Berlin. Nasi tumpeng kreasi koki Kai Kwee ini dibuat selama empat hari dengan bantuan banyak relawan. Porsinya diperkirakan cukup untuk 1000 orang. Dubes Fauzi Bowo memberikan potongan pertama tumpeng kepada dua pengunjung mal yang beruntung.