Mayoritas warga Kanada mendukung Perdana Menteri Justin Trudeau dari Partai Liberal melanjutkan masa jabatannya, demikian proyeksi hasil pemilu yang disiarkan televisi CBC dan CTV pada Senin (20/09).
Iklan
Proyeksi mengenai hasil pemilu Kanada terus bergulir hingga Selasa (21/09). Masih belum ada kepastian apakah Partai Liberal yang mengusung Perdana Menteri Justin Trudeau berhasil mengamankan mayoritas kursi di parlemen, sehingga memungkinkan kubu ini melanjutkan kekuasaan tanpa dukungan oposisi.
Sebelumnya, Trudeau menyatakan merasa "tenang" setelah memberikan suara di Montreal. "Kami bekerja sangat keras selama kampanye ini dan saatnya warga Kanada membuat pilihan penting," katanya kepada AFP, diapit oleh istrinya Sophie Gregoire dan anak-anak mereka.
Trudeau, 49, telah menghadapi pertarungan politik yang lebih keras dan sejauh ini sukses memenangkan kontestasi "tanpa cedera." Namun, setelah enam tahun berkuasa, pemerintahannya menunjukkan tanda-tanda kelelahan. Potensi itu menambah beban baginya untuk meyakinkan masyarakat Kanada tetap mendukung Partai Liberal.
Pro kontra pemilu Kanada
Jurnalis AFP mengamati adanya antrean panjang di luar tempat pemungutan suara (TPS) di beberapa kota besar. Siapa pun yang mengantre setelah TPS ditutup masih tetap diizinkan untuk memberikan suaranya.
Iklan
Douglas O'Hara, 73, yang memberikan suara di distrik pemilihan Trudeau di Montreal, Papineau, mengatakan dia "sangat kecewa" dengan perdana menteri. Meskipun yakin Trudeau telah "melakukan pekerjaan relatif layak" dalam menangani pandemi, O'Hara ingat bahwa pemimpin itu telah berjanji untuk tidak menyelenggarakan pemilu hingga wabah mereda.
"Lalu begitu dia mendapat kesempatan (ketika) dia pikir dia akan mendapatkan mayoritas, dia menyerukan pemilihan," kata O'Hara. "Aku benar-benar percaya dia berbohong kepada kita."
Sementara Kai Anderson, 25, yang memberikan suaranya di Ottawa mengatakan, respons pandemi di Kanada adalah masalah "nomor satu" baginya. "Saya pikir perdana menteri melakukan pekerjaan yang baik dalam mengelola pandemi," ujarnya menandaskan.
Baliho dan Plakat Mulai Marak Menjelang Pemilu Jerman
Jalan-jalan di ibu kota Berlin mulai dipenuhi baliho dan plakat, enam minggu menjelang pemilu Jerman 26 September mendatang. Partai besar dan kecil berusaha menyampaikan pesan mereka dengan berbagai slogan.
Foto: Carsten Koall/dpa/picture alliance
Kampanye plakat dan baliho mulai digelar
Kampanye pemilu di Jerman, menjelang pemungutan suara 26 September mendatang mulai diramaikan dengan perang plakat dan baliho di tempat umum. Jalan-jalan di Berlin dipenuhi plakat, tidak hanya untuk pemilihan tingkat federal, melainkan juga untuk pemilihan komunal di tingkat distrik dan kota.
Foto: Carsten Koall/dpa/picture alliance
CDU usung isu keamanan, Partai Hijau "keadilan iklim"
Plakat pemilu harus meringkas isu kompleks dalam slogan-slogan singkat dan lugas. Di luar sebuah kantor polisi, Partai CDU yang saat ini memerintah, memasang plakat dengan slogan "Karena kami cintai kamu, polisi Berlin". Sedangkan Partai Hijau mengusung slogan "Perlindungan iklim perlu keadilan".
Foto: Elliot Douglas/DW
Olaf Scholz adalah wajah SPD
Tentu saja plakat pemilu juga perlu menampilkan wajah kandidatnya. Terutama partai Sosial Demokrat SPD menonjolkan tokoh kandidat utama Olaf Scholz, dengan mengusung isu jaminan sosial: "Pilihlah sistem pensiun yang stabil". Partai SPD sekarang bersaing ketat berebut peringkat kedua dengan Partai Hijau, sementara kubu Uni Kristen CDU/CSU tetap berada di peringkat teratas dalam jajak pendapat.
Foto: Carsten Koall/dpa/picture alliance
Partai populis kanan AfD cari slogan beda
Partai ultra kanan AfD menggunakan slogan "Berlin, tapi normal", maksudnya kehidupan normal di tengah isu pandemi corona. AfD memang menentang pembatasan terkait pandemi virus corona, berbeda dengan semua partai lain. Mereka juga menentang isu perubahan iklim dan membela para pengendara mobil dengan slogan "Mobil Anda akan memilih kami".
Foto: Elliot Douglas/DW
Partai Kiri galang isu solidaritas
Partai Kiri "die Linke" adalah salah satu partai yang menggelar kampanye solidaritas, dengan plakat-plakat tidak hanya dalam bahasa Jerman. Ada plakat bahasa Arab dengan slogan "Lindungi penyewa rumah!" Maksudnya, mereka memprotes harga sewa rumah di Berlin yang makin lama makin tidak terjangkau rakyat kecil.
Foto: Elliot Douglas/DW
Partai Liberal Demokrat FDP masih tetap pro bisnis
Partai Liberal Demokrat FDP mengusung tema pro ekonomi dan bisnis, dan berusaha memposisikan dirinya sebagai partai tengah. Salah satu sologan mereka: "Tengah membutuhkan benteng pertahanan", yang menyiratkan bahwa bisnis juga penting diperkuat sebagai benteng kemakmuran Jerman.
Foto: Carsten Koall/dpa/picture alliance
Partai kecil juga berkampanye
Selain enam partai yang saat ini terwakili di parlemen Bundestag, sejumlah partai kecil yang lulus verifikasi komisi pemilu juga ikut bertarung. Salah satunya Partai Marxis-Leninis Jerman MLPD, yang selalu ikut pemilu, tapi tidak pernah mampu melewati ambang batas 5 persen. Slogan poster mereka di Berlin: "1000 harapan, satu konsekuensi: pemberontakan!" (hp/as)
Foto: Revierfoto/dpa/picture alliance
7 foto1 | 7
Kontroversi selama masa kampanye
Pada Agustus 2021, Trudeau menyerukan percepatan penyelenggaraan pemilihan umum. Namun, lonjakan kasus COVID-19 varian Delta di akhir masa kampanye telah memperkeruh kondisi politik Kanada.
Selama masa kampanye, para kandidat yang bersaing berdebat tentang aksi iklim, rekonsiliasi adat, perumahan yang terjangkau, wajib inokulasi COVID-19 dan paspor vaksin. Trudeau sempat mendapat perundungan oleh "gerombolan anti-vaxxer," termasuk yang melemparkan batu ke arahnya.
Sementara itu, pemimpin Partai Konservatif Erin O'Toole, 48, dikecam karena dukungannya terhadap Alberta dan dua provinsi yang terlalu cepat melonggarkan pembatasan kesehatan masyarakat di tengah meningkatnya kasus COVID-19. O'Toole juga menyinggung kontrol senjata dan mendapat peringatan dari pemerintah di Beijing. Menurut media pemerintah Cina, aturan keras yang diusulkannya terhadap Cina - mitra dagang terbesar kedua Kanada - akan "memicu serangan balik."