Pertama, Trudeau Nominasikan Hakim Kulit Berwarna MA Kanada
18 Juni 2021
Di Kanada yang hampir satu dari empat orang penduduknya adalah minoritas, Trudeau mengumumkan "nominasi bersejarah" di Twitter. Mahkamah Agung Kanada tampaknya akan segera memiliki hakim yang tidak berkulit putih.
Iklan
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau menominasikan warga kulit berwarna pertama ke pengadilan tertinggi negara itu pada hari Kamis (17/06). Dalam 146 tahun keberadaannya, Mahkamah Agung Kanada hanya pernah memiliki hakim berkulit putih. Namun dengan nominasi Mahmud Jamal, tampaknya hal itu akan segera berubah.
Mahmud Jamal masih harus diperiksa oleh Komite Keadilan di Parlemen Kanada, tetapi ini disebut hanya sebagai formalitas. Anggota Parlemen Julie Dzerowicz mengatakan Jamal memiliki "karir yang luar biasa sebagai seorang litigator."
Mahmud Jamal telah menjadi hakim Pengadilan Banding Ontario sejak 2019. Sebelumnya ia mengajar di dua sekolah hukum terkemuka Kanada dan bekerja selama beberapa dekade sebagai litigator, termasuk tampil dalam 35 banding di hadapan Mahkamah Agung.
"Dia akan menjadi aset berharga bagi Mahkamah Agung, dan itulah sebabnya, hari ini, saya mengumumkan pencalonan bersejarahnya ke pengadilan tertinggi negara kita," kata Trudeau di Twitter.
Siapa Mahmud Jamal?
Lahir tahun 1967 di Nairobi, Kenya, keluarga Mahmud Jamal sebenarnya berasal dari India yang saat itu tinggal di Nairobi, dan ia sendiri dibesarkan di Inggris sebelum pindah ke Kanada pada tahun 1981.
Dalam sebuah kuesioner tentang pekerjaannya, Jamal mengatakan bahwa tumbuh dan besar dalam berbagai pendidikan agama dan budaya campuran, serta pengalamannya di Kanada bersama istrinya telah "mengekspos saya pada beberapa tantangan dan aspirasi imigran, agama minoritas, dan orang-orang yang rasis."
"Saya dibesarkan di sekolah sebagai seorang Kristen, membaca Doa Bapa Kami dan menyerap nilai-nilai Gereja Inggris, dan di rumah sebagai seorang muslim, menghafal doa-doa (dalam bahasa) Arab dari Al-Qur'an dan hidup sebagai bagian dari komunitas Ismaili," tulisnya.
"Seperti kebanyakan warga lainnya, saya mengalami diskriminasi sebagai fakta kehidupan sehari-hari. Sebagai seorang anak dan remaja, saya diejek dan dilecehkan karena nama, agama, atau warna kulit saya," kata Jamal. Sementara istrinya, ujar Jamal, berimigrasi ke Kanada dari Iran untuk menghindari persekusi terhadap minoritas Bahai selama revolusi 1979.
"Setelah kami menikah, saya menjadi seorang Baha'i, tertarik dengan pesan iman tentang kesatuan spiritual umat manusia, dan kami membesarkan dua anak kami di komunitas Baha'i yang multietnis di Toronto," katanya.
Jika resmi dilantik nantinya, Jamal akan menggantikan Hakim Rosalie Abella, hakim pengadilan terlama dengan sembilan orang yang akan pensiun pada 1 Juli mendatang.
Iklan
Upaya hentikan rasisme sistemik
Kanada adalah negara multikultural berpenduduk 38 juta jiwa dengan satu dari empat orang mengidentifikasi diri mereka sebagai minoritas. Tetapi serangan yang baru-baru ini dialami sebuah keluarga muslim, terungkapnya perlakuan historis Kanada terhadap masyarakat adat yang disebut sebagai "genosida budaya", dan kebrutalan polisi terhadap warga kulit hitam serta etnis minoritas lainnya telah menyoroti warisan rasisme yang sedang berlangsung di Kanada.
Diskriminasi Kulit Hitam di Amerika Serikat
Diskriminasi terhadap warga kulit hitam di Amerika Serikat masih menjadi momok. Di banyak bidang situasinya justru memburuk setelah era Martin Luther King.
Foto: picture-alliance/dpa/Justin Lane
Sebuah Ilusi tentang Persamaan
Ketika Barack Obama dikukuhkan sebagai presiden kulit hitam pertama AS, banyak yang menilai Amerika Serikat telah memasuki era "Post Racial", sebuah negara tanpa perbedaan ras dan diskriminasi. Tidak cuma kasus di Ferguson, data-data statistik lainnya mengubur imipian tersebut.
Foto: Reuters
Kemiskinan
Penduduk kulit hitam mendominasi statistik kemiskinan Amerika Serikat. Situasi tersebut tidak berubah banyak sejak 30 Tahun lalu. Tahun 1974 cuma 8 persen warga kulit putih dililit kemiskinan (kini 10%), sementara pada warga kulit hitam jumlahnya sebesar 30 persen (kini 28%).
Foto: Reuters
Separuh Prespektif
Diskriminasi di pasar tenaga kerja AS berlangsung hampir secara sistematis. Tingkat pengangguran masyarakat kulit hitam sejak 50 tahun adalah dua kali lipat lebih tinggi ketimbang warga kulit putih. Mirisnya jumlah tersebut tidak berubah terlepas dari pertumbuhan ekonomi atau perubahan pada tingkat pengagguran secara umum.
Foto: picture-alliance/dpa/Justin Lane
Perbedaan Pendapatan
Sejak 1950 pendapatan rata-rata warga kulit hitam selalu berada di bawah 60% dari upah yang diterima oleh warga kulit putih. Cuma pada tahun 1969/1970 jumlahnya meningkat menjadi sekitar 63 persen.
Foto: DW/G. Schließ
Jurang Kemakmuran
Saat ini rata-rata kekayaan warga kulit putih berkisar 97.000 US Dollar. Sementara warga hitam cuma berkisar 4.900 USD, atau 1500 USD lebih sedikit ketimbang tahun 1980. Melihat perbedaan pendapatan antara dua kelompok yang signifikan, tidak heran jika kemampuan warga Afro-Amerika buat menabung atau menyimpan harta lebih sedikit ketimbang warga kulit putih.
Foto: picture alliance/landov
Risiko Dibui
Peluang buat seorang warga kulit hitam mendekam di balik terali bui enam kali lipat lebih besar ketimbang seorang kulit putih. Menurut data NAACP, organisasi lobi kulit hitam AS, jumlah warga kulit putih yang menggunakan narkoba lima kali lipat lebih banyak ketimbang warga hitam. Namun warga Afro-Amerika yang didakwa terkait narkoba berjumlah 10 kali lipat lebih banyak ketimbang kulit putih
Foto: M. Tama/Getty Images
Cuma Pendidikan Dasar
Menurut catatan tahun 2012, cuma 21 persen warga Afro-Amerika yang memiliki ijazah universitas. Sementara warga kulit putih mencatat angka 34 persen. Secara ironis Departemen Pendidikan AS mengeluarkan statistik 2009 lalu, bahwa untuk pertamakalinya terdapat lebih banyak pemuda kulit hitam yang sedang berkuliah ketimbang mendekam di penjara.
Foto: Reuters
Pendidikan Terpisah
Pengucilan adalah keseharian pada sistem pendidikan AS. Hampir 40 persen bocah kulit hitam menempuh pendidikan di sekolah-sekolah yang juga didominasi oleh murid Afro-Amerika. Jumlah ini banyak berkurang ketimbang tahun 1968 yang mencatat angka 68%. Tidak berubah adalah fakta bahwa tigaperempat bocah kulit hitam belajar di sekolah yang lebih dari 50% muridnya non kulit putih.
Foto: Chris Hondros/Newsmakers/Getty Images
Besar di Ghetto
Segregasi di tengah masyarakat AS juga terlihat pada tempat tinggal. 45 persen bocah kulit hitam yang berasal dari keluarga miskin, hidup di wilayah-wilayah kumuh atau Ghetto. Sebaliknya cuma 12 persen bocah kulit putih yang hidup dalam situasi serupa.
Foto: picture alliance / blickwinkel/Blinkcatcher
Dua Realita yang Berjauhan
Lebih dari 50% warga kulit hitam Amerika Serikat menyebut empat hal sebagai ladang diskriminasi, yakni perlakuan aparat kepolisian, pekerjaan, pengadilan dan sekolah. Sementara pada warga kulit putih jumlahnya kurang dari 30 persen. Secara keseluruhan penduduk Afro-Amerika meyakini adanya praktik diskriminasi berbau rasisme terhadap mereka, entah itu di restoran atau rumah sakit.
Foto: Getty Images
Euforia Berakhir
Sebanyak 35% Warga kulit putih menilai kondisi hidup mereka lebih baik ketimbang lima tahun lalu. Sementara pada warga Afro-Amerika, jumlahnya cuma berkisar 26 persen. Euforia sempat memuncak ketika Barack Obama terpilih sebagai presiden Amerika 2009 silam. Namun kini harapan akan perbaikan situasi warga kulit hitam tergerus oleh realita.
Foto: Reuters
11 foto1 | 11
Trudeau tahun lalu ikut dalam solidaritas dengan para demonstran dari Amerika Serikat dalam melawan rasisme. Ia mengatakan bahwa banyak warga kulit putih Kanada telah tersadar "dengan fakta bahwa diskriminasi yang merupakan kenyataan hidup bagi terlalu banyak warga negara kita adalah hal yang perlu diakhiri."
Trudeau sangat ingin menghentikan rasisme sistemik di Kanada. Tahun lalu ia mengatakan masalah rasisme sistemik di negeri itu sebagai "masalah di seluruh negeri, di semua institusi di negara kita."