Mantan PM Kamboja Hun Sen menominasikan sekitar 50 orang anggota kabinet untuk dipimpin putranya. Banyak di antara mereka yang masih keluarga dari menteri dan pejabat senior Kamboja.
Iklan
Mantan Perdana Menteri Kamboja Hun Sen telah mengumumkan daftar orang-orang yang diperkirakan akan duduk dalam kabinet baru, termasuk beberapa putra dan putri sekutu dekatnya dan menteri yang saat ini masih menjabat.
Pria berusia 71 tahun itu pada hari Kamis (10/08) menominasikan sekitar 50 orang untuk menjadi anggota kabinet yang dipimpin putranya. Banyak di antara mereka yang masih keluarga dan kerabat dekat dari menteri dan pejabat senior dalam pemerintahan.
Hun Sen masih belum merinci posisi apa yang akan mereka pegang. Parlemen dijadwalkan akan meresmikan perdana menteri dan kabinet baru ini pada 22 Agustus.
Di antara mereka yang diperkirakan akan masuk kabinet baru adalah Cham Nimul, putri Menteri Perindustrian Cham Prasidh, Sar Sokha, putra Menteri Dalam Negeri Sar Kheng dan Tea Seiha, putra Menteri Pertahanan Tea Banh.
Iklan
Hun Sen masih akan berpengaruh di Kamboja
Pada hari yang sama, Hun Sen juga memposting sejumlah foto ke saluran Telegram tentang pertemuan dari menteri pemerintah yang telah selesai menjabat dan yang akan memulai jabatan. Salah satunya menunjukkan Hun Manet diapit oleh sekitar 30 anggota kabinet yang baru.
Meski secara resmi telah melepaskan jabatan, Hun Sen bertekad masih akan terus terlibat dalam pemerintahan. Dia mengatakan akan menjadi ketua Senat Majelis Tinggi, yang berarti dia akan menjadi penjabat kepala negara saat raja tidak berada di tempat, dan dia akan memimpin partai yang berkuasa.
Monumen Mengenang Korban Rezim Komunisme
Hingga Tembok Berlin runtuh tahun 1989, sekitar sepertiga warga dunia masih hidup di bawah rezim komunis. Melalui monumen dan karya seni, negara-negara berikut ingin menegaskan kalau para korban tidak dilupakan.
Foto: Bundesstiftung zur Aufarbeitung der SED-Diktatur
Kamboja: Korban Khmer Merah
Diperkirakan 2,2 juta orang Kamboja dibunuh selama pemerintahan teror Khmer Merah yang berhaluan komunis. Jumlah ini setara dengan separuh populasi negara itu. Setelah diinvansi oleh tentara Vietnam yang juga komunis, sisa-sisa jenazah manusia dan tengkorak dipamerkan kepada masyarakat guna memperingati kejahatan perang. Bahkan hingga kini, diduga masih ada kuburan massal yang belum ditemukan.
Foto: Bundesstiftung zur Aufarbeitung der SED-Diktatur
Jerman: Memorial Hohenschönhausen
Lebih dari 11.000 orang dipenjara antara tahun 1951 hingga 1989 di pusat penahanan polisi rahasia Jerman Timur (Stasi). Sebelumnya, bangunan di area Berlin Hohenschönhausen ini digunakan oleh tentara pendudukan Soviet sebagai kamp khusus untuk orang-orang yang dituduh melawan rezim. Dari sana, para tahanan diangkut ke kamp kerja paksa Gulag, banyak yang mati karena kelaparan dan kelelahan.
Foto: picture alliance/dpa/P. Zinken
Korea: "Jembatan Kebebasan"
Jembatan di atas Sungai Imjin ini didirikan awal abad ke-20, dan menjadi satu-satunya jembatan yang menghubungkan Korea Utara dengan Selatan. Jembatan ini juga memegang peran besar bagi kepentingan militer selama Perang Korea tahun 1950-1953. Dari sisi selatan melalui dermaga kayu Anda dapat mencapai perbatasan. Banyak pengunjung yang meninggalkan bendera dan pesan pribadi di tempat ini.
Foto: Bundesstiftung zur Aufarbeitung der SED-Diktatur
Republik Ceko: Memorial untuk para korban
Tujuh patung perunggu berdiri di tangga putih di kaki Bukit Petřin di Praha. Diresmikan tahun 2002, monumen ini dibuat oleh pematung yang juga mantan tahanan politik, Olbram Zoulbek. Monumen ini tidak hanya didedikasikan bagi mereka yang "dipenjarakan atau dieksekusi tetapi juga bagi semua orang yang hidupnya hancur oleh rezim totalitarian."
Foto: Bundesstiftung zur Aufarbeitung der SED-Diktatur
Kazakhstan: Korban kelaparan
Sekitar 1,5 juta orang dari etnis Kazakh mati karena kelaparan tahun 1932-1933. Tragedi ini terjadi diantaranya karena kegagalan sistem pertanian kolektif yang dipaksakan oleh rezim Soviet. Patung di Ibukota Astana ini dibuat untuk mengenang para korban dan diresmikan 31 Mei 2012, yang merupakan hari nasional untuk memperingati para korban penindasan politik.
Foto: Dr. Jens Schöne
Georgia: Museum pendudukan Uni Soviet
Di kota kelahirannya di Gori, Georgia, diktator Soviet Joseph Stalin menjadi pahlawan dan ada museum yang memakai namanya. Ini terjadi dalam jangka waktu 65 tahun setelah kematiannya dan 27 tahun setelah Georgia kembali merdeka. Namun saat ini ada rencana untuk mengubah isi pameran di museum karena kejahatan Stalin menjadi isu sentral di Museum Nasional Georgia di Tbilisi sejak 2006.
Foto: Bundesstiftung zur Aufarbeitung der SED-Diktatur
Amerika Serikat: Para korban di desa Katyn
Pada 1940, Soviet membunuh sekitar 4.400 tahanan perang Polandia, utamanya para perwira, di sebuah hutan dekat desa Katyn di Rusia. Di Polandia, pembantaian ini identik dengan serangkaian pembunuhan massal. Inisiatif pendirian monumen di New Jersey ini diawali oleh seorang migran Polandia di AS untuk mengenang semua korban komunisme Soviet. (ae)
Foto: Dr. Jens Schöne
7 foto1 | 7
Dia juga baru-baru ini mengatakan akan kembali menjabat sebagai perdana menteri jika putranya tidak bekerja dengan baik. Selain mengangkat Hun Manet, putra bungsu Hun Sen, Hun Many, juga akan akan menjadi menteri aparatur negara.
Hun Manet sendiri yang banyak mengenyam pendidikan Barat, tidak banyak bicara tentang visinya untuk Kamboja. Di bawah pemerintahan ayahnya, Kamboja berkembang menjadi apa yang disebut Bank Dunia sebagai negara berpenghasilan menengah ke bawah. Sementara para kritikus menyoroti pelanggaran hak asasi manusia di sana.
Pemerintah Hun Sen telah menolak adanya tuduhan pelanggaran HAM, korupsi, dan nepotisme. Hun Sen, yang telah memerintah sejak 1985, juga menolak kecaman internasional yang mengatakan bahwa pemilihan bulan lalu tidak adil. Menurutnya, pengalihan jabatan dilakukan untuk menghindari "pertumpahan darah" jika dia meninggal saat menjabat.