Polusi udara akibat kebakaran hutan yang melanda provinsi Riau dianggap membahayakan. Asap juga menghalangi upaya pencarian pesawat naas milik Malaysia Airlines yang hilang di Selat Malaka
Iklan
Nyaris 50.000 orang menderita gangguan pernafasan menyusul kabut asap akibat kebakaran hutan di Sumatera. Menurut Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), polusi udara yang disebabkan oleh kebakaran hutan sudah mencapai "level yang sangat berbahaya," kata Sutupo Nugroho, jurubicarta BNPB.
Pernyataan pemerintah merujuk pada hasil temuan di beberapa wilayah Provinsi Riau. "Jumlah penduduk yang sakit terus bertambah," imbuhnya. Sebab itu pemerintah meminta agar penduduk menghindari keluar rumah kecuali untuk keperluan yang mendesak.
"Kualitas udara kini menurun drastis dari batas normal 20,93 persen. Sekarang oksigen murni hanya sebatas 1 persen. Inilah yang berbahaya buat kesehatan kita," kata Dokter Azizman Saadn Spesialis Paru Konsultan dari RSUD Arifin Achmad Pekanbaru, seperti dikutip Detik.
Penerbangan Ditangguhkan
Sementara itu kabut asap yang menggelayut di Pekanbaru semakin mengurangi jarak pandang menjadi cuma 200 meter. Sekitar 2500 tim pemadam kebakaran dan pasukan TNI diturunkan untuk menanggulangi api yang terus mengamuk. Pemerintah juga menurunkan pesawat pemadam.
"Titik api yang tersebar acak dan kelangkaan air mempersulit upaya pemadaman," kata Sutopo. Asap juga mengganggu kegiatan penerbangan di Bandara Sultan Syarif Kasim di Pekanbaru. Akibatnya manajemen bandara terpaksa membatalkan sejumlah penerbangan.
Kabut asap juga mempersulit upaya mencari pesawat MH 370 milik maskapai Malaysia Airlines yang diyakini hilang di selat Malaka. Pihak TNI Angkatan Udara berulangkali harus membatalkan penerbangan lantaran minimnya jarak pandang.
Kebakaran Hutan di Sumatra 2014
Sumatra dan Kalimantan kembali dilanda kebakaran hutan. Kabut asap tebal dari kawasan kebakaran setiap tahun membahayakan penduduk dan melumpuhkan lalu lintas darat dan penerbangan. Situasi sangat parah pada 2013/2014.
Foto: NASA/Goddard, Lynn Jenner
Asap Tebal Kepung Sumatra
Citra satelit NASA akhir Februari menunjukkan besarnya kebakaran hutan di Sumatra. Di Riau saja terlacak 330 titik api. Pesawat pemadam kebakaran terhambat aktifitasnya akibat jarak pandang amat buruk.
Foto: NASA/Goddard, Lynn Jenner
Langganan Kebakaran Hutan
Kebakaran hutan adalah fenomena lazim saat musim kemarau melanda Indonesia. Tapi kebakaran terbaru di Sumatra, diduga dilakukan sengaja oleh para pembakar hutan yang dibayar oleh pengusaha perkebunan besar kelapa sawit, dengan tujuan membuka lahan hutan.
Foto: picture-alliance/dpa
Warga Kenakan Masker Asap
Warga di sekitar lokasi kebakaran hutan, bahkan di kota besar yang cukup jauh dari titik api, terpaksa memakai masker karena gangguan asap makin hebat. Diperkirakan hingga 50.000 orang mengidap penyakit saluran pernafasan akut. Juga penerbangan terganggu akibat asap tebal.
Foto: Getty Images
Komoditas Menguntungkan
Kelapa sawit diolah untuk menghasilkan minyak sawit. Komoditas ini amat diminati industri karena multi fungsi dan harganya murah. Minyak sawit adalah bahan dasar pembuat margarine, sabun, shampo, biskuit, kue dan kosmetika. Juga digunakan sebagai bahan bakar ekologis bagi mobil-mobil terbaru berlabel hijau.
Foto: picture alliance/dpa
Hutan Tropis Terus Dibabat
Hutan tropis di Sumatra yang kaya keragaman hayati dengan 10.000 jenis tanaman, menciut dengan cepat akibat pembalakan hutan dalam beberapa dekade terakhir. Kepentingan ekonomi dengan bisnis kayu dan aksi pembukaan lahan besar-besaran untuk perkebunan besar, berbenturan dengan aksi pelestarian biodiversitas.
Foto: Getty Images
Habitat Harimau Rusak
Akibat pembalakan hutan besar-besaran, habitat khas untuk harimau Sumatra juga makin sempit dan binatang unik itu makin terancam kemusnahan. Jika laju pembabatan hutan tetap seperti saat ini, dalam waktu cepat harimau Sumatra juga akan punah.
Foto: picture-alliance/dpa
Gajah Terancam Musnah
Gajah Sumatra secara resmi sudah dilindungi oleh aturan pemerintah. Tapi organisasi lingkungan WWF melaporkan, dalam 30 tahun terakhir, populasinya juga terus menciut, dan ditaksir hanya tinggal 2.500 ekor. Penyebabnya: habitat gajah yang juga terus mengecil seiring makin maraknya pembalakan hutan.
Foto: WWF-Indonesien/picture alliance/dpa
Orang Utan Masih Aman
Kebakaran hutan terbaru di Sumatra, menurut WWF sejauh ini belum mengancam habitat orang utan. Pasalnya, kawasan hunian primata ini relatif jauh dari lokasi titik api aktual. Tapi jika tidak dilakukan langkah pencegahan, hanya tinggal masalah waktu, habitat orang utan juga akan terancam, dan monyet besar ini pelan-pelan musnah akibat aktivitas manusia.