Wilayah Kalimantan dan Sumatera Kembali Diselimuti Asap
13 Agustus 2019
Asap akibat kebakaran lahan dan hutan di beberapa wilayah di Indonesia terlihat semakin pekat. Aktivitas belajar-mengajar di Pontianak, Kalimantan Barat, pun diliburkan selama dua hari.
Iklan
Berdasarkan pantauan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pontianak, pada Selasa (13/08) terdapat sebanyak 409 titik panas yang menyebar di 12 kabupaten provinsi. Titik panas tersebut diamati berdasarkan laporan data Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada 12-13 Agustus 2019, demikian ujar Kepala Stasiun Meteorologi Supadio Pontianak, Erika Mardiyanti, dalam keterangan tertulis sebagaimana dikutip dari Antara.
Akibat kian tebalnya kabut asap ini, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Pontianak pun meliburkan sekolah di tingkat TK dan SD di kota itu selama dua hari yaitu pada 13 dan 14 Agustus. Sementara sekolah setingkat SMP dan sederajat tetap masuk seperti biasa.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Pontianak, Kalimantan Barat, mengatakan pada musim kemarau tahun ini jumlah lahan gabut yang terbakar sudah mencapai lima hingga sepuluh hektare.
Masih terus waspada
BMKG juga mengeluarkan sejumlah peringatan dini tentang waspada kebakaran hutan di berbagai wilayah seperti Jambi, Sumatera Selatan.
Sementara peta potensi terjadinya kebakaran lahan dan hutan di seluruh wilayah Indonesia yang diterbitkan pada Senin (12/08) menunjukkan sebagian besar area di Pulau Jawa, Kalimantan, Bali, NTB dan NTT serta Sulawesi dan Pulau Halmahera serta bagian selatan Pulau Sumatera berpotensi sangat mudah terjadi kebakaran.
Potensi kematian dini
Sementara peneliti dari Universitas Harvard Tianjia Liu mengatakan adanya potensi kematian dini bagi 36 ribu jiwa akibat kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Kematian berpotensi terjadi antara 2020 hingga 2029 jika kebakaran hutan dan lahan tidak diatasi.
Dilansir dari situs berita katadata, Liu mengatakan kebakaran hutan dan lahan di Indonesia menghasilkan asap yang ekstrem sehingga dapat mengganggu pernafasan. Kebakaran hutan, ujar Liu, menghasilkan pertikel kecil yang dikategorikan sebagai particulate matter (PM) 2,5 mikrometer yang dapat meningkatkan gangguan paru-paru, infeksi saluran pernafasan akut, penyakit jantung dan kematian dini.
Sementara Asean Specialized Meteorological Center pada Senin (12/08) menyatakan status siaga level II bagi kawasan regional. Ini berarti terdapat lebih dari 150 titik panas di sejumlah daerah selama dua hari berturut-turut disertai adanya gumpalan asap tebal.
Kabut asap dengan intensitas sedang hingga padat dapat terlihat dari beberapa titik panas di Riau. Gumpalan asap dan beberapa titik panas juga terlihat di sejumlah wilayah seperti Jambi, Kalimantan Barat, Tengah dan Timur.
ae/hp (dari berbagai sumber)
Tanah Hutan Butuh Puluhan Tahun Untuk Pulih dari Si Jago Merah
Kebakaran dan penebangan hutan adalah perusakan hutan yang sistematis. Peneliti memperingatkan tanah hutanlah yang menanggung beban terberat untuk benar-benar teregenerasi.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Suslin
Tertimbun di bawah permukaan yang hitam
Ketika Yunani tengah bersedih atas kebakaran hutan yang menelan sebanyak 80 korban jiwa musim panas lalu, para peneliti dari Australian National University (ANU) menemukan bahwa tanah hutanlah yang membutuhkan waktu sangat lama untuk pulih dari keganasan api. Para ilmuan hanyalah awal untuk mengerti bagaimana dan sejauh mana api berdampak pada kehidupan di bawah permukaan hutan.
Foto: Getty Images/AFP/S. Karmaniolas
Tanah butuh puluhan bahkan ratusan tahun untuk pulih
Ilmuwan Australia dalam studi terakhirnya menemukan bahwa pemulihan tanah hutan akibat kebakaran membutuhkan waktu 80 tahun dan 30 tahun akibat pembabatan pohon. Meneliti di lebih 80 lokasi area perhutanan di tenggara Australia, para peneliti menguji lebih dari 700 sampel tanah yang mengalami sembilan tipe kerusakan berbeda – termasuk kebakaran, pembabatan, dan penebangan pasca kebakaran.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Enam bulan berlangsung
Enam bulan pasca kebakaran hutan mengepung area di barat daya Berlin pada musim panas 2018, sebagian besar dari tanah yang terdampak telah dibersihkan. Banyak dari pepohonan yang tersisa menjadi hitam. Para ilmuan percaya selain kebakaran hutan itu sendiri, pascakebakaran bisa mengakibatkan hilangnya nutrisi tanah dan berdampak panjang pada tanah hutan.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Intervensi manusia menggangu siklus alam
Di banyak tempat, kebakaran hutan adalah bagian penting dari siklus alam. Beberapa pohon, seperti eucalyptus, membutuhkan api untuk melepas bibitnya. Peneliti mengatakan bahwa api akibat kebarakaran yang baru saja terjadi sebetulnya bisa menyuntikkan nutrisi dalam jumlah banyak ke dalam tanah. Tetapi, kekeringan yang berkepanjangan, penebangan dan pemadaman api bisa merusak siklus alami ini.
Foto: picture-alliance/dpa/M. Suslin
Ekosistem kuno memusnahan sampai ke dasar
Pinhal de Leiria, hutan di Portugal berusia 700 tahun ini musnah ketika kebakaran menghantam sepenjuru Eropa pada musim panas 2018 lalu. Delapan puluh persen dari area hutan – rumah bagi serangga, burung dan mamalia – hancur mengenaskan. Terlepas dari bantuan relawan lokal, tetap saja untuk regenerasi tanah butuh waktu setengah abad.
Foto: picture-alliance
Hilangnya nutrisi penting
Selama kebakaran berlangsung, suhu tanah bisa mencapai 500 derajat celcius, memicu hilangnya nutrisi pertumbuhan, seperti fosforus, karbon organic dan nitrat. Tanah hutan jauh lebih sulit untuk pulih jika kebakaran terus terjadi di lokasi yang sama. Tanpa nutrisi tersebut, tanah tidak akan mampu untuk mendukung pertumbuhan tanaman dan menyimpan karbon.
Foto: picture-alliance/dpa/R. Lehti
Hilang tanah, hilang kehidupan
Tanah adalah hal yang esensial untuk ekologi hutan. Tanah adalah fondasi bagi kehidupan bawah tanah . Ilmuwan menyatakan manfaatnya bagi pertumbuhan tanaman, menutrisi komunitas seperti jamur dan bakteri. Mereka menyimpan karbon dalam jumlah banyak.
Foto: picture-alliance/F. Herrmann
Bukan hanya api
Bukan hanya api yang merusak komposisi tanah. Pembabatan hutan dengan mesin dan pembakaran puing-puing sisa penebangan juga berdampak. Penebangan berdampak pada terpaparnya permukaan tanah hutan, pemadatan tanah, pelepasan nutrisi tanah dan karbon dioksida ke atmosfer.
Foto: picture-alliance/dpa/P. Pleul
Tahun-tahun panas menanti
Hutan Treuenbritzen di Jerman hanyalah bayangan dari kejayaan terdahulu. Hampir seluruh pohon yang ada adalah batang yang berabu dan tanah hutan menjadi hitam. Hutan ini tengah menghadapi masalah serius untuk bisa regenerasi. Kekeringan menjadi ancaman bagi kebakaran hutan selanjutnya dan menjadikannya sebagai siklus lain dari hutan untuk bisa tumbuh kembali.