Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara hadapi kenyataan pahit menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah negara-negara maju, setelah Cina tolak impor limbah sejak Januari 2018.
Iklan
Namun tidak tinggal diam, sejumlah negara kini mulai mengembalikan kontainer berisi limbah dari negara maju. Menyusul Malaysia dan Filipina, kini Indonesia juga ikut mengembalikan kiriman sampah asal Amerika Serikat.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan untuk mengembalikan lima kontainer berisi sampah milik PT. Adiprima Suraprinta dari Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya ke negara asalnya, AS.
“Ternyata ditemukan impuritas atau limbah lainnya, atau sampah, antara lain sepatu, kayu, pampers, kain, kemasan makanan dan minuman dalam jumlah cukup besar,” ujar Djati Witjaksono Hadi, Kepala Biro Humas Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, saat dihubungi DW Indonesia, Senin (17/06) di Jakarta.
Djati lebih lanjut menjelaskan bahwa sedikitnya ada dua pelanggaran yang dilakukan PT. Adiprima Suraprinta, selaku importir produsen limbah Non-Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) berupa kertas.
Perusahaan yang memiliki izin dari Kementerian Perdagangan ini seharusnya hanya boleh mengimpor sisa-sisa limbah kertas dengan kondisi bersih dan tidak tercampur sampah lainnya. Namun kemudian ditemukan bahan-bahan lain yang juga ada dalam kontainer itu.
Teridentifikasinya kelima kontainer berisi sampah tersebut berawal dari kecurigaan pihak Ditjen Bea dan Cukai saat melihat sebuah kapal yang berlayar dari Seattle, Amerika, masuk ke pelabuhan akhir Maret lalu.
Selain itu, KLHK juga tengah mengecek temuan 65 kontainer berisi sampah yang diimpor oleh empat perusahaan berbeda di Pelabuhan Bongkar Muat, Batu Ampar, Batam.
Direktorat Jenderal Pengelolaan Sampah, Limbah, dan Bahan Berbacun Berbahaya KLHK pun berencana menerjunkan tim gabungan guna mendalami temuan impor sampah dan limbah bahan beracun tersebut.
Pertanyakan manajemen sampah di negara maju
Archie Satya Nugroho dari PT. Guna Olah Limbah, sebuah perusahaan teknologi pengolah limbah berbasis riset, menilai fenomena impor sampah ini terjadi karena adanya penawaran dan permintaan dari oknum-oknum tidak bertanggung jawab.
Sampah memang bisa menjadi ladang bisnis yang menjanjikan jika diolah secara tepat. Ini lah yang menjadi salah satu alasan impor sampah dari negara-negara maju.
“Kalau di sana (negara maju) untuk membuang sampah, mengolah sampah tidak murah. Tipping fee di luar negeri jelas berbeda dengan kita di Indonesia. Kalau di sini kadang sampah itu ada nilainya, ada harganya. Kalau di sana harus bayar, di sini dibayar. Para oknum melihat peluang itu,” ujar Archie saat diwawancarai DW Indonesia secara terpisah, Senin (17/06).
Indonesia Jadi Ladang Sampah, Kebijakan Harus Diperketat
Setelah Cina pada tahun 2018 melarang seluruh importasi plastik, negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia, menerima banyak kiriman sampah plastik yang tercemar yang sulit atau tidak mungkin didaur ulang.
Foto: Prigi/Ecoton
Kiriman sampah ilegal
Desa Bangun di Mojokerto, Jawa Timur, mendapat selundupan ribuan ton sampah dan limbah berbahaya beracun setiap bulan. Setidaknya hal itulah yang diungkapkan oleh koalisi lingkungan setempat kepada media The Australian. Tumpukan sampah tersebut terdiri dari plastik supermarket, kemasan susu dari karton, hingga kaus kaki.
Foto: Prigi/Ecoton
Cina larang impor plastik, Indonesia jadi sasaran
Australia menjadikan Indonesia sebagai tujuan ekspor sampah terbesar setelah Cina melarang importasi sampah plastik tahun 2018. Dari data Greenpeace, pengekspor sampah plastik terbesar ke Indonesia adalah Inggris dengan 67.807 ton antara Januari dan November 2018, diikuti oleh Jerman dengan 59.668 ton dan Australia dengan 42.130 ton.
Foto: Prigi/Ecoton
Celah kebijakan
LSM Balifokus mengklaim bahwa peraturan Menteri Perdagangan tahun 2016 tentang impor limbah tidak berbahaya dan beracun memungkinkan pihak-pihak tertentu untuk menyelundupkan limbah "yang tidak dibutuhkan" ke Indonesia.
Hal ini memungkinkan impor plastik, logam dan kertas untuk mendukung industri lokal, hanya dengan persetujuan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan saja.
Foto: Prigi/Ecoton
Salah kelola
"Celah ini telah digunakan (oleh beberapa perusahaan) untuk mengimpor limbah plastik berbahaya, eksportir dilaporkan telah memasukkan sampah plastik yang tidak dapat didaur ulang ke dalam paket impor," kata Insinyur Lingkungan Balifokus Yuyun Ismawati. Menurut Balifokus, 25 hingga 40 persen limbah impor di Jabodetabek dan Jawa Timur dikelola secara salah (dibuang di ladang terbuka atau dibakar).
Foto: Prigi/Ecoton
Ubah mata pencaharian
Sawah-sawah di Desa Bangun berubah jadi ladang sampah. Masyarakat beralih profesi menjadi pemulung sampah untuk disetor kepada pabrik tahu yang menggunakannya untuk bahan pembakaran. Produsen tahu memilih sampah karena harganya lebih murah dibanding kayu. Namun, efek asap dan polusinya lebih jauh berbahaya.
Foto: Prigi/Ecoton
Konvensi Basel akan bantu negara penerima sampah?
Sebelumnya sejumlah 187 negara pada 10 Mei 2019 telah memutuskan untuk mengendalikan krisis perdagangan plastik di Konvensi Basel. Amandemen dalam Perjanjian Basel akan meminta eksportir untuk memperoleh persetujuan dari negara penerima sebelum limbah yang tercemar, bercampur atau sampah plastik yang tidak dapat didaur ulang dikirim ke negara tujuan. yp/hp (asiaone, antara, dailymail)
Foto: Prigi/Ecoton
6 foto1 | 6
Ia juga mempertanyakan kemampuan negara-negara maju dalam mengolah sampah dan menilai teknologi mereka pun tidak mampu menyelesaikan isu sampah secara komprehensif.
“Saya ga ngerti keputusan mengimpor sampah plastik. Memang kita sudah punya skala industri (besar) yang bisa mengolah sampah? Saya juga ga ngerti, nanti diapakan (sampah impor tersebut). Sedangkan sampah kita di sini diolah, diekspor ke Cina dulu. Demand di sini ga akan besar untuk mengolah sampah dari luar negeri dan saya lihat jatuhnya akan ke TPA-TPA atau numpuk di TPA baru,” terang Archie.
Lebih lanjut Archie berpendapat Indonesia seharusnya mencontoh Cina sebagai negara pengimpor sampah terbesar. Di Cina, sampah diterima dalam kondisi yang sudah tercacah dan tersortir bebas dari kontaminasi limbah B3.
“Ga perlu impor, sampah kita sudah cukup banyak ga habis-habis kalau mau diolah sendiri,” lulusan Teknik Mesin Institut Teknologi Bandung ini menambahkan.
Indonesia diklaim sebagai negara penghasil sampah plastik terbesar kedua di dunia setelah Cina. Maka dari itu, Archie menghimbau masyarakat untuk melakukan gerakan antipenggunaan plastik sekali pakai untuk menekan angka tersebut.
Dalam berbelanja misalnya, masyarakat dapat menggunakan tas sendiri untuk membawa barang belanjaan alih-alih menggunakan plastik sekali pakai.
8 Fakta Tentang Sampah Plastik Yang Akan Membuat Anda Syok
Indonesia kembali jadi sorotan media internasional, karena muncul video viral dari para penyelam di Bali yang menunjukkan parahnya polusi plastik di sana. Namun, sampah plastik kini sudah menjadi masalah global.
Setidaknya 8 juta ton plastik mencemari lautan di dunia setiap tahun. Ini seperti mengosongkan truk berisi sampah plastik ke laut setiap menit.
Foto: picture-alliance/Photoshot
2050 jumlah plastik di laut lebih banyak dari ikan
Saat ini rasio perbandingan antara plastik dan plankton diperkirakan 1:2. Jika dibiarkan begitu saja, volume plastik akan melebihi ikan pada tahun 2050. Jumlah plastik di laut saat ini sekitar 150 juta ton, ini seperlima dari bobot total ikan yang ada.
Foto: picture-alliance/Prisma/R. Dirscherl
Sampah plastik juga mengotori pantai-pantai Eropa
Di Inggris misalnya, setiap 100 meter pantai Inggris, ada lebih dari 200 sampah plastik atau polistirena. September 2017, hampir 7000 orang berpartisipasi dalam aksi pembersihan pantai Great British Beach Clean in September 2017 - proyek yang menyingkirkan 255.209 sampah dari 339 pantai.
Foto: picture alliance/blickwinkel/fotototo
Lebih dari 50 persen penyu laut menelan plastik
Ratusan ribu penyu laut, paus, mamalia laut lainnya dan lebih dari 1 juta burung laut mati setiap tahun karena polusi laut dan menelan atau terjerat sampah di laut. Banyak hewan laut yang tidak bisa membedakan antara makanan dan sampah plastik. Sehingga sistem pencernaan terblokir dan menyebabkan kematian.
Foto: picture-alliance/Photoshot
Ada 6,3 milyar ton sampah plastik di bumi
Walau plastik baru ada sejak 60-70 tahun yang lalu, material ini berhasil mendominasi kehidupan manusia. Hampir untuk setiap kegiatan manusia, bisa dipastikan ada barang kebutuhan yang terbuat dari plastik.
Foto: picture-alliance/dpa/R. De La Pena
Popok bayi butuh 450 tahun untuk terurai
Kebanyakan popok bayi mengandung polietilena atau termoplastik, bahan yang sama digunakan untuk membuat dengan kantong plastik. Tahukah Anda, bahwa popok kotor yang dibuang akan terus berada di bumi selama 450 tahun, karena sulit terurai? Tali pancing butuh lebih lama lagi, yakni sekitar 600 tahun.
Foto: picture alliance/chromorange
Lebih dari 20.000 botol dijual per detik
Kontribusi terbesar polusi plastik adalah botol minuman. 480 milyar botol plastik terjual di tahun 2016. Ini berarti lebih dari 1 juta botol dalam 1 menit.
Foto: picture-alliance/dpa/L.Cameron
Ada lebih banyak mikroplastik di laut dibanding bintang di Bima Sakti
Di galaksi Bima Sakti atau "Milky Way" saja diperkirakan ada 100-400 milyar bintang. Sementara menurut Clean Seas, ada 51 trilyun mikroplastik di lautan dunia. Penulis: vlz/yf (dari berbagai sumber)
Selain itu membawa botol minum sendiri dibandingkan membeli air minum kemasan juga dapat mengurangi produksi sampah plastik. Namun menurutnya gerakan ini menuntut konsistensi yang tinggi.
Revisi peraturan impor limbah
Sebelumnya Menteri Lingkuhan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, meminta Menteri Perdagangan merevisi Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 31 Tahun 2016 tentang Ketentuan Impor Limbah Non Bahan Berbahaya dan Beracun guna mencegah masuknya impor sampah plastik ilegal.
Menurutnya revisi ini penting untuk menyortir secara spesifik barang-barang yang bisa masuk ke Indonesia berdasarkan HS (Harmonized System) Code-nya.
“Permendag tersebut harus lebih spesifik, mengingat definisi sampah, plastik, maupun kertas juga menjadi perdebatan panjang dengan perindustrian dan perdagangan. Yang penting spesifikasi HS Code-nya harus jelas,” ujar Siti Nurbaya dilansir dari Antara.
“Izin itu keluar dari Kemendag, rekomendasi dari KLHK. Makanya kalau dari kita ketahan, mereka rewel. Dan kalau rekomendasi dijalankan, biasanya oleh KLHK diperiksa di lapangan. Jadi KLHK agak rewel memang,” tambah mantan Sekjen DPD RI tersebut.
Saat ini negara-negara di Asia Tenggara dibanjiri kiriman limbah dari negara-negara maju di Eropa dan Amerika. Hal ini terjadi setelah Cina secara tegas menutup keran impor sampah pada Januari 2018 silam. Imbasnya pada Mei lalu, Malaysia menerima 3.300 ton sampah plastik dari Eropa, Amerika Utara, dan Australia.
Sampah Plastik Mencemari Sungai dan Lautan
Sebagian besar sampah plastik yang mencemari sungai akhirnya bermuara di lautan. Inilah sungai besar di Asia dan Afrika yang paling banyak membawa sampah plastik.
Foto: Imago/Xinhua/Guo Chen
1. Sungai Yangtze
Yangtze adalah sungai terpanjang di Asia dan terpanjang ketiga di dunia. Sungai ini menduduki peringkat puncak sebagai pembawa limbah plastik ke lautan. Yangtze mengalir ke Laut Cina Timur dekat Shanghai dan sangat penting bagi ekonomi dan ekologi Cina. Tepian sungai merupakan rumah bagi 480 juta orang - sepertiga penduduk Cina.
Foto: Imago/VCG
2. Sungai Indus
Pusat Penelitian Lingkungan Helmholtz Centre for Environmental Research menemukan bahwa 90 persen plastik yang mengalir ke lautan dapat ditelusuri ke 10 sungai besar. Sungai Indus menempati urutan kedua dalam daftar itu. Sungai ini mengalir melalui sebagian India dan Pakistan ke Laut Arab. Karena kurangnya struktur pengolahan limbah, banyak plastik memasuki sungai ini.
Foto: Asif Hassan/AFP/Getty Images
3. Sungai Kuning
Plastik di sungai bisa masuk ke dalam rantai makanan karena ikan dan hewan laut dan air tawar menelannya. Sungai Kuning, yang disebut-sebut sebagai tempat lahirnya peradaban Cina, berada di urutan ketiga dalam daftar pembawa limbah plastik. Polusi telah membuat sebagian besar air sungai tidak bisa diminum. Sekitar 30 persen spesies ikannya diyakini telah punah juga.
Foto: Teh Eng Koon/AFP/Getty Images
4. Sungai Hai
Sungai lainya di Cina menduduki peringkat 4, yaitu sungai Hai. Sungai ini menghubungkan dua wilayah metropolitan terpadat: Tianjin dan Beijing, sebelum mengalir ke Laut Bohai, salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia. 10 sistem sungai memiliki ciri khas, kata penelitian tersebut.
Foto: Imago/Zumapress/Feng Jun
5. Sungai Nil
Dianggap sebagai sungai terpanjang di dunia, Sungai Nil mengalir melalui 11 negara sebelum memasuki Laut Tengah di Mesir. Sekitar 360 juta orang tinggal di daerah aliran sungai. Airnya mendukung pertanian - kegiatan ekonomi utama di kawasan ini. Sungai Nil berada di peringkat 5 daftar sungai yang terbanyak membawa sampah plastik. Setiap tahun, sekitar 8 juta ton limbah plastik dibuang ke sungai.
Foto: Imago/Zumapress
6. Sungai Gangga
Sungai Gangga merupakan pusat kehidupan spiritual India dan menyediakan air bagi lebih dari setengah miliar orang. Limbah pertanian dan industri telah menjadikannya salah satu sungai paling tercemar di dunia. Dalam hal sampah plastik, Gangga berada di peringkat 6. Para ahli mengatakan, kita harus menghasilkan lebih sedikit sampah dan menghentikan polusi pada sumbernya.
Foto: Getty Images/AFP/S. Kanojia
7. Sungai Mutiara (Pearl River )
Para pekerja membersihkan limbah yang terapung di Sungai Mutiara di Cina yang bermuara di Laut Cina Selatan antara Hong Kong dan Makau. Limbah buangan dan limbah industri di sungai ini makin banyak, seiring dengan laju ekspansi kota yang luar biasa. Sejak akhir 1970-an, kawasan delta sungai telah berubah dari daerah pertanian dan pedesaan menjadi salah satu daerah perkotaan terbesar dunia.
Foto: Getty Images/AFP/Goh Chai Hin
8. Sungai Amur (Heilong)
Air sungai makin kotor ketika menyentuh daerah perkotaan dan industri. Namun, menurut penelitian terbaru, limbah plastik bahkan ditemukan di lokasi terpencil. Sungai Amur mengalir dari daerah perbukitan di Cina timur laut dan membentuk sebagian besar perbatasan antara provinsi Heilongjiang (Cina) dan Siberia (Rusia) sebelum menuju ke Laut Okhotsk.
Foto: picture-alliance/Zumapress/Chu Fuchao
9. Sungai Niger
Niger adalah sungai utama Afrika Barat, yang menghidupi lebih dari 100 juta orang dan salah satu ekosistem paling rimbun di planet ini. Sungai ini mengalir melalui lima negara sebelum bermuara di Samudera Atlantik di Nigeria. Selain polusi plastik, konstruksi bendungan yang luas mempengaruhi ketersediaan air. Tumpahan minyak yang sering terjadi di Delta Niger juga menyebabkan air terkontaminasi.
Foto: Getty Images
10. Sungai Mekong
Pembangunan bendungan juga memiliki dampak ekologi dan sosial, terutama di sungai Mekong. Sekitar 20 juta orang tinggal di Delta Mekong. Banyak yang bergantung pada perikanan dan pertanian untuk bertahan hidup. Sungai ini mengalir melalui enam negara Asia Tenggara, termasuk Vietnam dan Laos. Sungai Mekong menduduki peringkat 10 dalam daftar sungai yang paling tercemar limbah plastik.