Puluhan ribu umat Katolik antusias mengikuti misa akbar yang dipimpin Paus Fransiskus di GBK, Sumarsih tetap memilih Kamisan, aksi damai setiap Kamis untuk menolak lupa tragedi pelanggaran HAM berat di Indonesia.
Iklan
Sambil memakai payung hitam bertuliskan Tragedi Semanggi I 13 November 1998, Sumarsih berdiri di seberang Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (5/9). Ia tak sendirian, puluhan orang lain bergabung bersamanya. Datang memakai baju serba hitam, lengkap dengan spanduk-spanduk orasi untuk menyuarakan keadilan bagi berbagai kasus pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM). Aksi damai ini mereka lakukan setiap hari Kamis sekitar jam 3 sore.
Saat kedatangan Paus Fransiskus ke Indonesia, banyak warganet di media sosial yang membagikan poster Sumarsih. Isinya meminta agar Paus bertemu dengan perempuan berusia 72 tahun itu, yang juga merupakan ibu dari Bernardinus Realino Norma Irmawan atau Wawan, mahasiswa Unika Atmajaya Jakarta yang tewas dalam peristiwa Semanggi I pada 1998.
Warganet menilai, Sumarsih adalah penganut Katolik yang memiliki komitmen yang mencerminkan prinsip-prinsip Katolik terutama dalam hal memperjuangkan HAM.
”Ya, saya bahagia melihat lambaian tangan Sri Paus dari mobil di sepanjang jalan. Kalau misalnya Sri Paus bertemu dengan saya, saya akan mohon berkat. Mohon berkat agar apa yang saya lakukan untuk mewartakan kebenaran dan keadilan ini adalah seturut dengan ajaran Yesus dan Bunda Maria merestui. Hanya itu saja keinginan saya," ujar perempuan yang bernama lengkap Maria Catarina Sumarsih, kepada DW Indonesia.
Sumarsih tetap memilih Kamisan meski ada misa akbar di GBK
Puluhan ribu umat Katolik tidak mau melewatkan misa akbar yang berlangsung di Gelora Bung Karno (GBK) Jakarta, Kamis (5/9). Namun, Sumarsih tetap setia melakukan Kamisan, aksi yang sudah berlangsung selama 17 tahun ini.
Iklan
"Ya misa itu kan doa, ya. Doa itu adanya baik-baik, sementara kebetulan saja di sini pada hari ini, hari yang sama dengan aksi Kamisan, jadi saya lebih memilih untuk aksi Kamisan karena saya sangat menghargai dan menghormati kehadiran anak-anak muda yang ada di sini," kata Sumarsih saat ditanya alasannya tidak mengikuti misa di GBK.
Ayo berlangganan newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Aksi Kamisan diinisiasi oleh Sumarsih. Aksi ini mengundang banyak respons dan dukungan termasuk dari Suciwati, istri pejuang HAM, Munir Said Thalib, yang meninggal akibat diracun di dalam pesawat penerbangan menuju Amsterdam, Belanda pada 2004. Aksi Kamisan kerap dihadiri oleh para keluarga korban pelanggaran HAM, aktivis, jaringan mahasiswa, dan warga sipil lainnya. Seperti biasa, mereka berdiri di seberang Istana Merdeka yang dijaga ketat oleh aparat keamanan.
"Jadi Sri Paus Fransiskus itu kan selalu mengatakan di mana-mana tentang perdamaian. Perdamaian itu adalah rekonsiliasi. Bagi saya sebagai korban pelanggaran HAM berat, rekonsiliasi atau damai itu indah kalau ada keadilan," tegas Sumarsih.
Bagi Sumarsih, kehadiran Paus di Indonesia akan membawa berkah bagi seluruh umat Indonesia. Menurutnya, dengan setia melakukan aksi Kamisan, ia telah memenuhi janji baptis, di mana ia sanggup menolak segala tindakan yang tidak adil, tidak jujur, dan melanggar hak asasi manusia.
Peristiwa Semanggi I tahun 1998
Wawan merupakan mahasiswa jurusan ekonomi akuntansi semester 5 yang ikut dalam demonstrasi mahasiswa menolak Sidang Istimewa MPR RI, 13 November 1998.
Menurut Sumarsih, berdasarkan hasil autopsi Wawan dinyatakan meninggal dunia karena ditembak dengan peluru tajam standar militer di dada sebelah kiri sehingga mengenai jantung dan paru-parunya.
"Saya tidak ingin bertemu dengan siapa yang menembak (anak saya) Wawan, tetapi saya tahu siapa yang menembak Wawan apabila ada gelar pengadilan, itu yang saya inginkan. Mengenai yang menembak Wawan itu urusan Tuhan, yang saya perjuangkan adalah tegaknya supremasi hukum dan HAM," tegas Sumarsih.
Kunjungan Bersejarah Paus Fransiskus di Indonesia
Paus Fransiskus berada di Indonesia dalam rangka perjalanan apostolik di Asia Pasifik. Ini adalah kali ketiga Pemimpin Tertinggi Gereja Katolik sedunia sekaligus Kepala Negara Vatikan mengunjungi tanah air.
Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Dari Roma menuju Jakarta
Selasa, 3 September 2024, Paus Fransiskus mendarat menggunakan pesawat komersil ITA Airways di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, dari Roma, Italia. Melansir AFP, kepada 80 orang wartawan yang ikut dalam kunjungan ini, ia mengaku perjalanan selama 13 jam ke Indonesia merupakan penerbangan paling panjang sejak ia menjadi Paus di Vatikan.
Foto: VATICAN MEDIA/AFP
Penantian setelah 35 tahun
Kedatangan Paus yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio pada hari Selasa (03/09) ini disambut oleh Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas hingga Ketua Panitia Kunjungan Apostolik Paus Fransiskus ke Indonesia, Ignatius Jonan. Lawatan kali ini merupakan penantian 35 tahun setelah Paus Yohanes Paulus II berkunjung pada tahun 1989.
Foto: Willy Kurniawan/REUTERS
Tolak hotel berbintang dan naik mobil mewah
Paus Fransiskus memilih untuk menginap di Kedutaan Besar Vatikan daripada di hotel bintang lima. Selain menolak menginap di hotel, Paus juga memilih untuk tidak menggunakan mobil mewah selama berada di Indonesia. Sebagai gantinya, ia memilih Toyota Innova, kendaraan yang biasa digunakan masyarakat Indonesia.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Bertemu Presiden Joko Widodo
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyambut kedatangan Paus Fransiskus yang tiba di halaman Istana Merdeka pada hari Rabu (04/09) pukul 09.35 WIB. Upacara kenegaraan digelar untuk menyambut kedatangan Paus Fransiskus. Setelah penyambutan selesai, dilanjutkan dengan perkenalan para menteri. Jokowi kemudian mengarahkan Paus menuju Ruang Kredensial untuk berdialog.
Foto: INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE
Kerukunan, kemajemukan, hingga perdamaian
Dalam pidatonya di Istana Negara, Paus Fransiskus berbicara soal kerukunan, kemajemukan, hingga perdamaian. "Kerukunan di dalam perbedaan dicapai ketika perspektif-perspektif tertentu mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan bersama dari semua orang dan ketika seluruh kelompok suku dan agama bertindak dalam semangat persaudaraan," ujarnya dalam bahasa Italia.
Foto: Muchlis Jr/Indonesia Presidency
Menanti Paus Fransiskus
Ratusan umat Katolik memadati area depan Gereja Katedral Jakarta (depan Masjid Istiqlal). Mereka tampak berkerumun untuk menunggu kedatangan Paus Fransiskus pada Rabu (04/09) sore.
Foto: INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE/Fakhri Fadlurrohman
Pesan Paus di depan para rohaniwan
Paus Fransiskus melakukan pertemuan dengan uskup, imam, diakon, seminaris, dan katekis di Gereja Katedral Jakarta, Rabu (04/09). Dalam kesempatan itu, Paus menyinggung soal bela rasa. "Yang membuat dunia bergerak maju bukanlah perhitungan kepentingan pribadi, yang umumnya berujung pada kerusakan ciptaan dan pemecah belahan komunitas, tapi mempersembahkan kasih kepada sesama," ucapnya.
Foto: INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE
Gerakan Scholas Occurrentes
Paus Fransiskus bertemu dengan remaja dari Scholas Occurrentes di Graha Pemuda Komplek Gereja Katedral Jakarta, Rabu (04/09). Gerakan pendidikan global ini diinisiasi oleh Paus pada tahun 2013 saat ia masih menjabat sebagai Uskup Agung Buenos Aires di Argentina. Scholas Occurrentes hadir di Indonesia sejak diundang dalam agenda G20 Summit di Bali pada tahun 2022.
Foto: INDONESIA PAPAL VISIT COMMITTEE
Deklarasi Bersama Istiqlal 2024
Paus Fransiskus tiba di Masjid Istiqlal pada pukul 09.15 WIB. Bersama Imam Besar Nasaruddin Umar, Paus mengunjungi Terowongan Silaturahim yang menghubungkan halaman Masjid Istiqlal dan Gereja Katedral. Kemudian keduanya menandatangani Deklarasi Bersama Istiqlal 2024: “Meneguhkan Kerukunan Umat Beragama untuk Kemanusiaan”.
Ada momen menarik saat Paus Fransiskus mengunjungi Masjid Istiqlal, Kamis (05/09). Paus tampak terlihat sangat akrab dan dekat dengan Nasaruddin Umar. Keduanya saling bersalaman saat hendak berpisah. Nasaruddin tampak mengecup dahi Paus Fransiskus sebanyak dua kali.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Dibalas cium tangan
Nasaruddin lebih dulu mencium kepala Paus Fransiskus, lantas dibalas cium tangan oleh Kepala Negara Vatikan tersebut. Momen akrab dua pemuka agama ini terjadi di halaman Masjid Istiqlal.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Paus temui penyandang disabilitas
Setelah mengunjungi Masjid Istiqlal, Paus Fransiskus menemui sekelompok orang sakit, penyandang disabilitas, dan orang miskin di Konferensi Waligereja Indonesia (KWI). Mereka juga diberi kesempatan untuk menyampaikan ungkapan hatinya kepada Paus.
Foto: Iwan Jayadi/Indonesia Papal Visit Committee
Lautan manusia di Stadion GBK
Misa Agung di Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, pada hari Kamis (05/09) menjadi puncak kegiatan dari rangkaian perjalanan apostolik sekaligus kunjungan kenegaraan Paus Fransiskus di Indonesia. Lebih dari 86 ribu umat Katolik menyambut kedatangan Paus yang berkeliling menaiki mobil Maung MV3 buatan PT Pindad.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Paus ingatkan umat untuk berbuat baik
Saat memimpin misa, Paus Fransiskus kembali berpesan soal pentingnya menjaga perdamaian. "Dengan dibimbing oleh sabda Tuhan, saya mendorong Anda semua untuk menaburkan kasih, dengan penuh keyakinan menempuh jalan dialog," ucapnya. Paus juga menyebut berbuat baik memang tidak selalu berbalas kebaikan. Namun, upaya untuk menjadi aktor perdamaian harus terus dilakukan.
Foto: Indonesia Papal Visit Committee
Paus bertolak ke Papua Nugini
Paus Fransiskus tiba di Bandara Soetta pada hari Jumat (06/09) pukul 10.00 WIB diiringi oleh pengawalan. Paus menaiki pesawat komersial Garuda Indonesia untuk menuju Papua Nugini. Ia akan berada di Papua Nugini pada 6 hingga 9 September 2024 dan melanjutkan perjalanan ke Timor Leste pada 9 hingga 11 September. (ha/yf)
Foto: Tatan Syuflana/AP Photo/picture alliance
15 foto1 | 15
Ia meyakini bahwa kasus-kasus pelanggaran HAM berat bisa saja terjadi kembali apabila negara tidak mempertanggungjawabkannya. Dan meski tidak bisa bertemu dengan Paus, Sumarsih yakin Paus berpihak pada para pejuang HAM.
"Tetapi tidak perlu bertemu dengan Paus, saya tahu yang dipikirkan oleh Paus adalah orang-orang yang hidupnya seperti saya. Paus lebih berpihak kepada orang tertindas dari pada dengan para penguasa," tutup Sumarsih.