1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiEropa

Kalau Eropa Berhenti Membeli, Ke mana Rusia Menjual Gasnya?

9 April 2022

Rusia harus mencari pasar baru untuk minyak dan gasnya, setelah Eropa tidak lagi menjadi pelanggan besar. Tapi menjual gas tidak semudah minyak, karena perlu infrastruktur pendukung seperti jaringan pipa gas.

Tanker LNG Rusia
Rusia terlambat membangun infratruktur gas alam (LNG)Foto: Sergei Krasnoukhov/TASS/imago images

Rusia adalah salah satu pengekspor terbesar minyak dan gas alam dunia. Menurut Badan Energi Internasional, 45% anggaran negara Rusia pada tahun 2021 berasal dari pendapatan minyak dan gas alam. Selama ini, pelanggan besarnya adalah negara-negara Eropa. Untuk gas alam, hampir tiga perempat dari seluruh ekspor gas alam Rusia dikirim ke negara-negara Eropa.

Invasi Rusia ke Ukraina membuat negara-negara Eropa sekarang ingin secepatnya melepaskan diri dari ketergantungan pada energi Rusia. Dalam dua atau tiga tahun mendatang, ekspor ke Eropa kemungkinan besar akan turun secara drastis.

Lalu siapa yang akan menggantikan Eropa sebagai pelanggan besar? Rusia kemungkinan akan fokus pada peningkatan penjualan ke pelanggan yang sudah ada yang belum, tapi tidak memberlakukan sanksi atas invasi ke Ukraina, seperti Cina dan India.

Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Cina Xi JinpingFoto: Alexei Druzhinin/Russian Presidential Press and Information Office/TASS/dpa/picture alliance

Mendekat ke Cina

Dalam hal minyak, Cina selama ini adalah pelanggan non-Eropa terbesar Rusia, menyumbang sebagian besar dari 38% ekspor minyak Rusia yang dijual ke negara-negara di kawasan Asia dan Oseania pada tahun 2021.

Bagi Cina, Rusia saat ini adalah pemasok minyak terbesar kedua setelah Arab Saudi. Para pengamat yakin, Rusia di tahun-tahun mendatang ingin menyalip Arab Saudi sebagai pemasok minyak utama untuk Cina.

"Dinamika paling menarik dari perspektif pasar energi yang akan kita saksikan tahun ini adalah, bagaimana Rusia mencoba untuk menggantikan hubungan komersial lama dari Timur Tengah ke Asia Timur,” kata Fernando Ferreira, analis risiko geopolitik dari biro konsultan energi Rapidan, kepada DW. Target besar Moskow lainnya adalah meningkatkan volume penjualan ke India secara signifikan.

Tidak ada solusi jangka pendek untuk gas Rusia

Namun, ada keraguan sejauh mana negara-negara seperti China dan India pada akhirnya dapat menggantikan hilangnya ekspor energi ke Eropa. Fernando Ferreira mengatakan, hubungan komersial minyak antara negara-negara Timur Tengah dan negara-negara seperti Cina dan India telah terbangun dan berkembang selama puluhan tahun. "Saya pikir mereka berdua akan sangat berhati-hati untuk sepenuhnya menutup pintu bagi negara-negara Timur Tengah demi suplai dari Rusia," katanya.

Masalah lain yang dihadapi Rusia adalah sanksi negara-negara Barat atas teknologi tinggi yang dibutuhkan dalam produksi minyak. Rusia akan mengalami kesulitan mempertahankan, apalagi unbtuk meningkatkan, kapasitas produksinya. "Rusia akan kesulitan untuk menjaga tingkat pasokan tanpa akses ke teknologi Barat," kata Fernando Ferreira.

Tapi Rusia akan lebih mudah menemukan pasar baru untuk minyak daripada untuk gasnya. Minyak lebih mudah ditransportasi untuk jarak jauh, sedangkan pengiriman gas biasanya dilakukan melalui pembangunan jaringan pipa gas. Selama ini, Rusia tidak membangun kapasitas untuk produksi gas alam cair atau LNG dan masih kalah jauh dari para pesaingnya di pasar global.

Fernando Ferreira mengatakan, satu-satunya pilihan realistis bagi Rusia untuk gas alamnya adalah pengiriman melalu jaringan pipa yang ada atau yang baru antara Cina dan Siberia barat. Selain mahal, pembangunan jaringan pipa perlu waktu lama. "Itu akan memakan waktu cukup lama. Jadi tidak ada solusi jangka pendek untuk gas Rusia," kata konsultan gas Fernando Perreira.

(hp/yp)

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait