1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kamboja dan Thailand Berunding Soal Sengketa Candi

19 Agustus 2008

Pembicaraan mengenai sengketa Candi Preah Vihear di kawasan perbatasan Thailand dan Kamboja dimulai. Kedua negara juga sepakat untuk menarik mundur sebagian pasukannya di kawasan tersebut.

Sebagian besar pasukan Thailand dan Kamboja sudah dipulangkan sejak awal pertemuan hari Selasa kemarin (19/08).
Sebagian besar pasukan Thailand dan Kamboja sudah dipulangkan sejak awal pertemuan hari Selasa kemarin (19/08).Foto: picture-alliance/ dpa

Setelah ketegangan antara Kamboja dan Thailand sejak sebulan lalu, akhirnya Selasa kemarin (19/08) menteri luar negeri kedua negara mengadakan perundingan. Menteri Luar Negeri Thailand Tej Bunnag dan Menteri Luar Negeri Kamboja Hor Namhong, bertemu di kawasan wisata Cha-am, berjarak 110 kilometer dari Bangkok. Tema pembicaraan kedua pejabat negara itu adalah penyelesaian jangka panjang mengenai sengketa rebutan Candi Preah Vihear.

Juru bicara pemerintah Kamboja di Phnom Penh, Phay Siphan, mengatakan bahwa pemerintah merasa puas dengan kemajuan yang dihasilkan dari pembicaraan itu, namun Siphan juga mengkhawatirkan perkembangan perundingan itu dapat menambah rumit sengketa yang sudah ada.

Pekan lalu, kedua pihak sepakat untuk menarik mundur sekitar seribu serdadu Thailand dan Kamboja yang dikerahkan di kawasan perbatasan sejak lebih dari sebulan yang lalu. Sebagian besar pasukan kedua pihak yang bersengketa sudah dipulangkan sejak awal pertemuan hari Selasa kemarin (19/08).

Candi Preah Vihear memang terletak di kawasan Kamboja. Namun candi tersebut dapat dengan mudah dicapai dari kawasan Thailand. Candi tersebut sejak lebih dari 40 tahun lalu sudah menjadi duri dalam daging hubungan bilateral Thailand dan Kamboja. Di tahun 1962, Mahkamah Internasional memutuskan bahwa Candi Preah Vihear merupakan wilayah Kamboja.

Awal tahun ini, masalah tersebut kembali diangkat. Waktu itu menteri luar negeri Thailand Noppadon Pattama setuju ketika Kamboja mengusulkan candi tersebut ke UNESCO untuk menjadi Warisan Budaya Dunia. Thailand sejak lama punya dua permintaan, yaitu memasukkan kawasan candi yang dibangun pada abad ke-11 ke wilayah Thailand dan sebagai bagian dari permohonan untuk menjadi Warisan Budaya Dunia UNESCO. Noppadon kemudian dipaksa untuk mengundurkan diri akibat masalah itu.

Carl Thayer , analis keamanan jurusan Studi Ilmu Politik Kawasan Asia Tenggara Universitas Nasional Australia, mengatakan bahwa inti sengketa itu adalah politik domestik. Lebih lanjut Thayer mengatakan, "Candi Preah Vihear berkembang menjadi politik domestik di kedua negara. Apalagi ketika Kamboja menggelar pemilu, Thailand ditantang dengan aksi demonstrasi di jalanan. Situasi aktual ini memaksa menteri luar negeri Thailand untuk mengundurkan diri, apalagi Hun Sen dan partainya memenangkan pemilihan di Kamboja. Jadi masalah ini punya dimensi domestik di mana menggulirkan bola nasionalis menjadi bagian dari permainan politik.“

Panitan Wattanayagorn, pakar ilmu politik dari Universitas Chulalongkorn mengatakan bahwa pertanyaan yang tidak terjawab adalah mengapa Noppadon mendukung Kamboja untuk mendaftarkan Candi Preah Vihear ke UNESCO ketimbang mendukung negaranya sendiri. Isu tersebut berkembang menjadi sentimen anti Thailand di Kamboja.

Menteri luar negeri Thailand dan Kamboja sebelumnya sudah mengadakan pembicaraan pada akhir Juli lalu untuk menepis kekhawatiran bahwa sengketa tersebut akan berkembang menjadi konflik militer. Namun masih terbersit kekhawatiran karena masih ada candi-candi lain di kawasan perbatasan yang dapat menyulut konflik baru.(ls)