1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
SosialKamerun

Kamerun Mulai Program Vaksinasi Malaria Pertama di Dunia

23 Januari 2024

Kamerun telah memulai kampanye vaksinasi malaria berskala besar yang diharapkan dapat mengimunisasi 250.000 anak. Para ahli mengatakan bahwa hal ini akan menyelamatkan banyak nyawa, meskipun vaksinnya belum sempurna.

Vaksinasi malaria di Datcheka
Malaria membunuh ratusan ribu orang setiap tahun. Sekitar 95% dari semua kematian terjadi di AfrikaFoto: Desire Danga Essigue/REUTERS

Otoritas kesehatan di Kamerun memulai kampanye vaksinasi terhadap malaria, penyakit parasit yang membunuh ratusan ribu orang setiap tahun, kebanyakan dari mereka adalah anak-anak. Sekitar 95% dari semua kematian terjadi di Afrika, pada Senin (22/01)

"Vaksinasi ini akan menyelamatkan banyak nyawa," kata Aurelia Nguyen, kepala program di Aliansi Vaksin Gavi, seperti yang dilaporkan oleh ABC News. "Ini akan memberikan bantuan besar bagi keluarga dan sistem kesehatan negara."

Kamerun adalah negara pertama yang melakukan kampanye vaksinasi di luar uji klinis.

Malaria dibawa oleh nyamuk anopheles. Pada 2022, penyakit ini menewaskan 608.000 orang di seluruh dunia dan menginfeksi 250 juta orang. Resistensi terhadap obat malaria yang umum digunakan terus meningkat. Kampanye vaksin ini merupakan tambahan dari langkah-langkah seperti meningkatkan kesadaran, penyemprotan insektisida, dan mendistribusikan kelambu pelindung.

Vaksin malaria apa yang digunakan di Kamerun?

Vaksin yang akan diberikan kepada anak-anak di seluruh Kamerun secara rutin ini disebut Mosquirix, atau RTS,S, dan diproduksi oleh perusahaan farmasi GlaxoSmithKline (GSK). Pada 2021, vaksin ini merupakan vaksin malaria pertama yang diakui efisien dan direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Pada 2022, Mosquirix dimasukkan dalam daftar "vaksin prakualifikasi" WHO, yang merupakan persyaratan untuk memasuki program distribusi organisasi kemanusiaan seperti Dana Anak-Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF) dan Aliansi Vaksin Gavi.

Uji coba Mosquirix di sejumlah negara di Afrika menunjukan penurunan angka kematian akibat malariaFoto: Brian Ongoro/AFP

Uji coba Mosquirix yang dimulai di Malawi, Ghana, dan Kenya pada 2019 menunjukkan hasil yang menjanjikan, dengan total lebih dari dua juta anak berusia lima bulan ke atas telah divaksinasi di ketiga negara tersebut. Aliansi Vaksin Gavi mengatakan bahwa angka kematian anak menurun secara signifikan, begitu pula dengan jumlah kasus malaria yang parah.

WHO melaporkan pada 2021 bahwa di antara anak-anak berusia 5-17 bulan yang menerima empat dosis RTS,S, vaksin tersebut mencegah sekitar 39% kasus malaria selama empat tahun masa tindak lanjut dan sekitar 29% kasus malaria berat.   

Kampanye baru Kamerun merupakan tonggak sejarah, karena permintaan akan vaksin malaria telah tumbuh tinggi di seluruh wilayah.

"Semua orang di Afrika sub-Sahara menginginkan vaksin ini," kata Marie Ange Saraka Yao, Kepala Mobilisasi Sumber Daya dan Pertumbuhan Gavi, kepada DW pada Oktober 2023.

Berapa banyak suntikan yang dibutuhkan dan untuk berapa lama perlindungan berlangsung?

GSK mengatakan bahwa mereka dapat memproduksi sekitar 15 juta dosis Mosquirix per tahun. Jumlah tersebut mungkin terdengar banyak, tetapi satu paket vaksin terdiri dari empat kali suntikan. Seorang pejabat di Kementerian Kesehatan Masyarakat Kamerun mengatakan kepada para orang tua pada Senin (22/01) untuk memastikan anak-anak mereka yang berusia 6 bulan menerima dosis pertama vaksin malaria yang tersedia di beberapa rumah sakit pemerintah. Pejabat tersebut mengatakan dosis kedua dan ketiga akan diberikan saat anak-anak berusia 7 dan 9 bulan, dan dosis keempat dan terakhir saat anak-anak berusia 24 bulan.

Dengan banyaknya dosis yang diperlukan, risiko anak-anak melewatkan satu dosis dan tidak mendapatkan perlindungan penuh terhadap infeksi cukup tinggi. Dan bahkan pada anak-anak yang menerima semua suntikan, perlindungan terhadap penyakit ini akan memudar setelah beberapa bulan.

Vaksin malaria lainnya, R21/Matrix-M, yang dikembangkan oleh para ilmuwan di Universitas Oxford di Inggris, hanya membutuhkan tiga kali suntikan. Institut Serum India memperkirakan bahwa mereka dapat memproduksi hingga 200 juta dosis per tahun, ABC News melaporkan. R21 belum digunakan dalam kampanye vaksinasi di Kamerun karena vaksin ini belum masuk ke dalam daftar "vaksin yang memenuhi syarat" WHO hingga akhir 2023.

Namun, fakta bahwa ada dua pilihan dalam memerangi malaria adalah alasan yang menggembirakan di antara para pejabat kesehatan.

"Permintaan untuk vaksin RTS,S jauh melebihi pasokan, jadi vaksin kedua ini adalah alat tambahan yang penting untuk melindungi lebih banyak anak dengan lebih cepat, dan membawa kita lebih dekat ke visi masa depan yang bebas dari malaria," kata Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus pada Oktober 2023 ketika R21 menerima rekomendasi WHO.  bh/rs

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!