Bayern tampil dominan di Santiago Bernabeu. Tapi Real Madrid unggul lewat serangan balik cepat. Untuk leg kedua di Allianz Arena, Bayern didesak untuk lebih gigih menyerang dan bengis di depan gawang.
Iklan
Pep Guardiola banyak mengumpat. Di malam ketika FC Bayern takluk 0:1 oleh Real Madrid di babak semi final Liga Champions Eropa ia terlihat lebih gugup dari biasanya. Dari pinggir lapangan sang pelatih menggerakkan tangan merangkai gestur, berteriak lantang, menceramahi Arjen Robben dan menendang botol air.
Pada saat semacam itu pertahanan Bayern sedang goyah oleh serangan cepat Real Madrid yang dipandu Ronaldo, Benzema, di Maria dan kemudian Gareth Bale. Robben dkk. memang mendominasi penguasaan bola. Tapi baru setelah 80 menit Bayern mampu menciptakan peluang emas yang gagal dimanfaatkan oleh Thomas Müller.
"Kami benar-benar ingin mengantongi gol tandang. Saya kira orang bisa melihat betapa kami telah mengupayakan segalanya buat mencetak gol selama 90, 95 menit," kata kapten tim, Philip Lahm.
Pertaruhan Guardiola
Untuk itu Guardiola mencadangkan Javi Martinez dan sebaliknya menempatkan Philip Lahm dan Bastian Schweinsteiger sebagai jangkar lapangan tengah. Sementara Kroos diplot buat meracik pergerakan bola di depan, memasok Arjen Robben, Franck Ribery dan Mandzukic.
Rencananya memperkecil ruang buat Madrid terbukti berisiko tinggi. Guardiola bertaruh, dan ia terjungkal. "Ketika mereka (Bayern) memperlambat permainan, kami bermain lebih baik," tutur pelatih Los Galacticos, Carlo Ancelotti.
"Madrid bermain sangat cepat. Mereka membiarkan seorang pemain di depan dan menunggu kami kehilangan bola. Kalau sudah begitu mereka sulit dihentikan," ujar Guardiola. "Sebuah tim harus terorganisir dengan baik, dan kami akan tampil lebih disiplin di leg kedua."
"Tugas Besar" di leg Kedua
Real boleh berpuas diri. Selain mencetak gol penentu, Ronaldo dkk. juga tampil waspada demi menghindari akumulasi kartu kuning. Maka ketika Ancelotti membawa pasukannya menyambangi Allianz Arena pekan depan, Real masih mampu menurunkan skuad terbaiknya.
Bayern sendiri bakal menghadapai "tugas besar" pada leg kedua, tutur Thomas Müller. Hingga saat itu Guardiola akan membesut anak asuhnya agar lebih bengis di depan gawang. "Pada setiap dominasi bola, harus ada ketajaman di depan gawang," kata Direkur Olahraga, Matthias Sammer.
"Para pemain harus memahaminya. Dengan dominasi kami menguasai pertandingan, tapi bukan skor akhir," imbuh Sammer.
Duel Maut: Bayern Versus Real Madrid
Duel maut antara Real Madrid versus Bayern München memiliki tradisi panjang di Eropa. Secara keseluruhan Madrid unggul 7 kali, seri dua kali dan kalah 11 kali.
Foto: Reuters
Perang Bintang antara Bernabeu dan Allianz Arena
Jika kedua tim saling bertemu, dunia sepakbola menahan nafas. Sejarah Pertemuan antara Real Madrid dan Bayern München dipenuhi drama dan tangisan. Berikut kilas balik duel maut yang dinanti-nanti oleh dunia sepakbola ini
Foto: Reuters
Langkah Besar Menuju Finale Dahoam
Pada pertemuan terakhir, Bayern membekap Real Madrid di babak semi final Liga Champions Eropa 2012 silam. Impian pun tercapai, yakni melakoni final di kandang sendiri, stadion Allianz Arena. Berhadapan dengan Madrid, Bayern baru memastikan kemenangan lewat adu penalti. Bastian Schweinsteiger adalah penentu kemenangan malam itu.
Foto: Reuters
Hujan Gol ala Belanda
Pada duel di babak perempat final Liga Champions 2007, pemain Belanda merajai daftar pencetak gol. Di laga pertama yang berakhir 3:2, striker Madrid Ruud van Nistelroy dan gelandang Bayern, Mark van Bommel sukses merobek jala gawang lawan. Sementara di leg kedua, Roy Makaay tampil menggila dengan mencetak gol dalam laga yang berakhir 2:1. Bayern pun menggagalkan ambisi Madrid.
Foto: Getty Images
Zizou Padamkan Perlawanan Bayern
Tiga tahun sebelumnya jawara Bundesliga itu kandas di babak perdelapan final. Zinedine Zidane yang saat ini menjabat Direktur Olahraga Madrid, mencetak gol penentu di leg kedua yang berakhir 1:0. Satu-satunya kabar baik buat Bayern adalah penampilan apik talenta muda berusia 19 tahun yang kemudian dikenal dengan nama Bastian Schweinsteiger.
Foto: picture-alliance/AP Photo
Raul dkk. Kandaskan Juara Bertahan
Penampilan Bayern melempem pada babak perempat final Liga Champions 2002. Kendati berhasil membalikkan ketinggalan di München dengan dua gol, Bayern takluk pada leg kedua di kandang Madrid 0:2. Real kemudian merengkuh gelar juara usai menundukkan tim Jerman lain di final, yakni Bayer Leverkusen.
Foto: Getty Images
Elber, Sang Penentu
Setahun sebelumnya situasinya berbeda. Bayern mempermalukan Madrid di semi final dan menjuarai Liga Champions setelah membekuk tim asa Spanyol, Valencia. Untuk pertama kali dalam sejarah Bayern mencatat kemenangan pada dua leg ketika melawan Real Madrid. Striker Bayern, Giovani Elber mencetak gol penentu di kedua laga.
Foto: Getty Images
Gagal di Momen Penentuan
Setelah Bayern mendominasi Madrid di babak penyisihan grup kedua dengan skor telak 4:2 dan 4:1, Raul dkk. membalas dendam dua bulan kemudian di babak semi final. Real yang menang 2:0 di leg pertama mampu lolos lewat selisih agregat usai takluk 1:2 di München. Lagi-lagi Real menjuarai Liga Champions Eropa setelah mengalahkan Valencia di final.
Foto: picture-alliance/dpa
Dini Berpuas Hati
Pada musim 1988 Piala Juara Klub Eropa, Bayern terkesan sudah memenangkan laga di babak pertama. Hingga menit ke-88 Bayern masih memimpin 3:0. Namun kendati telat, Real mampu mencetak dua gol ke gawang Raimond Aumann. Real kemudian menang 2:0 di Santiago Bernabeu. Bayern pun tersingkir.
Foto: Getty Images
Awan Gelap buat Augenthaler
Bisa dipastikan, laga di babak semi final Piala Juara Klub Eropa 1987 bukan penampilan terbaik Klaus Augenthaler. Libero Jerman itu mencetak gol bunuh diri dan mendapat kartu merah di laga yang sama. Bayern akhirnya cuma kalah 0:1 berkat penampilan apik kiper Bayern, Jean-Marie Pfaff. Bayern lolos lantaran menang 4:1 di München.
Foto: picture-alliance/dpa
Kaki Maut "Bomber" Müller
Pertemuan pertama antara Bayern dan Real Madrid di Eropa terjadi di babak semi final Piala Juara Klub Eropa 1976. Hasil imbang 1:1 di Santiago Bernabeu berlanjut dengan kemenangan 2:0 Bayern pada leg kedua di München. Gerd "Der Bomber" Müller mencetak ketiga gol Bayern dan membawa klubnya menjuarai Piala Eropa tiga kali berturut-turut setelah menaklukkan AS St. Etienne di final.