Kampanye Partai Republik AS Bernada Rasisme
15 Oktober 2008Masa kampanye calon presiden AS yang kini memasuki babak akhir yang amat menentukan, dikomentari dengan tajam sejumlah harian internasional. Selain itu krisis keuangan global juga tetap menjadi topik komentar harian Eropa.
Harian independent Perancis Le Monde yang terbit di Paris dalam tajuknya mermgomentari tema kampanye calon presiden Partai Republik yang bernada kebencian etnis dan rasisme :
Kabar baik dari kampanye di AS ini adalah, kedua calon menawarkan visi bagus. John McCain dari kubu Republik menonjolkan dirinya sebagai senator reformis. Sementara Barack Obama dari kubu Demokrat mencitrakan dirinya sebagai kandidat generasi baru. Tapi juga terdapat kabar buruk. Menimbang semakin tidak populernya George W.Bush, kubu Republik kelihatannya hanya dapat menjadikan warna kulit Obama, sebagai satu-satunya alasan yang dapat mereka gunakan untuk melawannya. Partai Republik seringkali memberikan toleransi dan mencetuskan penghinaan bernada rasisme, kebohongan bernada kebencian pada orang asing serta desas-desus jahat. Jika dengan mengusung tema ini McCain menang, boleh jadi aksi kekerasan di masa depan akan merebak. Tapi jika Obama dapat menepisnya dan menang, maka hal itu dapat diartikan sebagai munculnya pertanda harapan.
Harian liberal kanan Denmark Jylland Posten yang terbit di Ärhus menyoroti dampak krisis keuangan terhadap kampanye calon presiden di AS.
Banyak warga AS menghendaki pembaruan, karena itu mereka mendukung Barack Obama. Tapi para pemilih juga harus meminta Obama melakukan pemeriksaan mendadak neraca keuangan negara. Karena rencana menteri keuangan saat ini, Henry Paulson untuk meningkatkan utang luar negeri AS kepada Cina, Singapura, Taiwan dan negara-negara Timur Tengah, akan mengubah perimbangan kekuatan keuangan dunia. Karena dengan itu negara adidaya AS di masa depan akan semakin ringkih menghadapi negara-negara yang dipimpin rezim tidak demokratis. Fakta baru ini tidak termasuk tema kampanye, akan tetapi harus dijadikan alarm tanda bahaya, supaya jangan terjadi tsunami keuangan babak berikutnya.
Harian Perancis lainnya, Le Figaro yang berhaluan konservatif juga menyoroti dampak krisis keuangan terhadap perubahan politik AS di masa kampanye babak terakhir. Lebih lanjut harian yang terbit di Paris ini berkomentar :
Krisis keuangan memacu reformasi radikal dalam politik AS, baik di sektor ekonomi maupun diplomasi. Pemerintahan George W.Bush secara spektakuler melanggar dogma yang digariskannya sendiri. Perubahan ini merupakan sebuah revolusi ideologi. Kini di Irak, AS hendak meraih kaum Sunni sebagai mitra. Juga di Afghanistan, AS akan mengajak Taliban untuk mencari jalan keluar dari krisis. AS melakukan langkah pragmatis, dengan mengubur ideologi lama sebelum semuanya menjadi terlambat.
Sementara harian konservatif Inggris Daily Telegraph mengomentari langkah penanggulangan krisis keuangan yang disepakati Uni Eropa. Harian yang terbit di London ini dalam tajuknya menulis :
Kelihatannya saat ini sistem keuangan global dapat diselamatkan tepat di ambang keruntuhannya. Disadari, kini diperlukan pengawasan semakin ketat sektor perbankan. Tapi jangan tergesa-gesa membuat aturan baru. Karena hal itu justru akan menyebabkan kerusakan ketimbang memberikan perbaikan. Masalah yang dihadapi selama ini bukannya kekurangan peraturan. Melainkan aturannya dijalankan di sektor yang keliru dan diawasi oleh personal yang tidak tepat yang memiliki pemahaman yang salah pula.
Terakhir harian Italia La Stampa yang terbit di Turin berkomentar :
Mengingat situasi darurat akibat krisis keuangan, Komisi Uni Eropa untuk pertama kalinya mengisyaratkan toleransi menyangkut batasan defisit anggaran. Dengan itu ditegaskan haluan fleksibel dalam situasi darurat, seperti yang ditunjukan dalam tema penyediaan dana talangan dari pemerintah. Hal itu juga merupakan sinyal, bahwa aturan Uni Eropa dapat beradaptasi pada situasi apapun. Reaksi negara-negara zona mata uang Euro untuk menyuntikan lebih banyak dana segar ke pasar, juga memberikan waktu kepada Brussel untuk menimbang kembali konsepnya bagi masa depan.