Yunani buka kamp darurat baru dengan kapasitas 3000 orang untuk tampung pengungsi dari Kamp Moria yang musnah terbakar. Tapi banyak pengungsi khawatir di tempat baru mereka dijaga ketat tidak bisa keluar lagi.
Iklan
Yunani mengatakan hari Minggu (13/9) pihaknya berharap ribuan pencari suaka yang kehilangan tempat tinggal akibat kebakaran Kamp Moria di pulau Lesbos akan bisa ditampung lagi di kamp darurat yang baru dibangun dalam waktu seminggu.
Di Kara Tepe sudah dibangun tenda-tenda darurat dengan kapasitas 3000 orang dan mulai menerima pengungsi pertama. Sedikitnya 300 orang diperkirakan akan masuk ke kampung tenda itu sampai Senin pagi (14/9).
Menteri Migrasi Yunani Notis Mitarachi mengatakan kepada wartawan: "Dalam lima hari operasi ini akan selesai. Semua orang akan berada di dalam kamp yang baru."
Tetapi sejumlah besar pengungsi yang sebelumnya ditampung di kamp Moria menolak untuk memasuki fasilitas baru itu, karena khawatir mereka akan terkurung dan tidak bisa keluar lagi. Mereka menuntut agar secepatnya dikirim ke negara Uni Eropa lain atau diberikan kondisi kehidupan yang lebih baik.
"Pegungsi Moria tidak ingin kamp baru"
Koresponden DW Florian Schmitz di pulau Lesbos mengatakan: "Setelah bertahun-tahun mengalami kondisi yang mengerikan di Moria, baik para pengungsi maupun penduduk Lesbos tidak menginginkan kamp baru."
Mereka yang mulai masuk kamp yang baru pada hari Minggu harus menjalani tes virus corona. Banyak dari 11.000 pencari suaka yang menyelamatkan diri dari kebakaran kamp Moria masih tidur di alam terbuka di Pulau Lesbos.
Florian Schmitz mengatakan, wartawan tidak bisa lagi mengakses jalan tempat sebagian besar pengungsi berkumpul. "Sekitar seribu orang masih tidur di sekitar area bekas kamp Moria,” katanya.
Bentrokan sempat terjadi hari Sabtu (12/9) setelah ratusan migran melakukan demonstrasi yang sebagian besar berlangsung damai.
Jerman di bawah tekanan untuk terima pengungsi
Kebakaran kamp Moria menjadi tantangan besar bagi Yunani untuk menyediakan fasilitas baru. Banyak negara Uni Eropa menawarkan bantuan, namun tidak ada kebijakan bersama Uni Eropa untuk menerima pengungsi dari pulau Lesbos.
Jerman menawarkan untuk menampung sampai 150 anak-anak tanpa pendamping, namun mendapat kecaman luas dari kelompok hak asasi manusia, yang mengatakan Jerman seharusnya mampu menampung lebih banyak pengungsi.
Menteri Kerjasama Pembangunan Jerman Gerd Müller mengeritik Menteri Dalam Negeri Horst Seehofer yang menolak kedatangan pengungsi ke Jerman. Dia menuntut agar Jerman segera membuka pintu bagi sedikitnya 2.000 pengungsi dari pulau Lesbos.
Rentan Terinfeksi Corona: Bagaimana Kamp Pengungsi dan Pemukiman Kumuh Menangani Kebersihan?
Mencuci tangan dengan sabun adalah salah satu cara mencegah penyebaran virus. Lalu bagaimana dengan kamp pengungsi dan pemukiman kumuh yang sulit mendapatkan akses air? Berikut upaya mereka mencegah penyebaran virus.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Pilick
Yaman
Yaman jadi rumah bagi sekitar 3,6 juta orang yang terpaksa tinggalkan kampung halaman. Para pengungsi ini sangat rentan terinfeksi virus corona karena tinggal dalam rumah yang sempit, sebagian besar sistem kesehatan dan sanitasi mereka juga hancur akibat perang. Relawan yang dilatih oleh UNICEF di Yaman bertugas untuk tingkatkan kesadaran para pengungsi tentang bagaimana cegah penyebaran virus.
Foto: UNICEF/UNI324899/AlGhabri
Suriah
Memasuki tahun kesepuluh perang, Suriah tetap menghadapi masalah yang sama. Jutaan warga Suriah tinggal di kamp-kamp pengungsi. Pekerja PBB mengunjungi kamp-kamp untuk menjelaskan risiko terinfeksi virus corona seperti yang dilakukan di kamp Akrabat, dekat perbatasan Turki.
Foto: UNICEF/UNI326167/Albam
Filipina
Topan Haiyan yang terjadi pada tahun 2013 di Filipina menjadikan Kota Tacloban sebagai pusat evakuasi. Walaupun sudah lama berlalu, Tacloban masih menderita karena kerusakan yang disebabkan Haiyan. Toilet umum menjadi tempat berkembang biak virus dan masalah sanitasi menjadi semakin genting.
Foto: UNICEF/UNI154811/Maitem
Zambia
Lembah Gwembe di wilayah Zambia dan Wimbabwe telah mengalami kekeringan selama dua tahun terakhir dan mengakibatkan banyak orang tidak bisa dapatkan akses air minum bersih. Saat ini, UNICEF dukung rehabilitasi dan pengeboran 60 lubang bor untuk membuat tempat cuci tangan di titik distribusi selama pandemi COVID-19.
Foto: UNICEF/UNI308267/Karin Schermbrucker
Kenya
Berbagai stasiun air telah dipasang di beberapa tempat umum di Kenya untuk menyediakan akses ke air bersih. Di Nairobi, seorang anak lelaki mengikuti instruksi ketika sedang diperlihatkan bagaiman cara mencuci tangan dengan benar di stasiun air di Kibera untuk mencegah penyebaran COVID-19.
Foto: UNICEF/UNI322682/Ilako
Yordania
Kafa, seorang gadis berusia 13 tahun, pulang ke mobil karavan dengan membawa galon air yang baru saja ia isi dari titik air komunitas, tempat di mana masyarakat mengambil air. Para pengungsi wanita di Yordania kini membuat sabun yang diproduksi menggunakan bahan-bahan alami dan mendistribusikan sabun tersebut kepada keluarga-keluarga yang membutuhkan.
Foto: UNICEF/UNI156134/Noorani
India
Masyarakat di India didorong untuk menjahit masker sendiri, dan ini dapat menghasilkan sumber pendapatan bagi perempuan yang tinggal di daerah pedesaan. Wanita ini membuat topeng di pusat Bihar Goonj, sebuah LSM yang berlokasi di beberapa negara bagian India yang melakukan bantuan bencana, bantuan kemanusiaan, dan pengembangan masyarakat.
Foto: Goonj
Bangladesh
Beberapa penyandang disabilitas yang menjadi relawan di Kota Dhaka, Bangladesh, juga terlibat secara aktif dalam membantu mendistribusikan disinfektan di seluruh kota. Roman Hossain mendistribusikan disinfektan dan memberi tahu anggota komunitasnya tentang pentingnya mencuci tangan secara teratur.
Foto: CDD
Guatemala
Tak hanya mengalami kehabisan pangan akibat kekeringan pada tahun 2019 lalu, masyarakat di Huehuetenango, Guatemala juga membutuhkan alat kebersihan untuk mengurangi penyebaran virus. Oleh karena itu, kepala adat mengantre setiap hari untuk mengambil makanan dan peralatan kebersihan. Mereka juga diberikan informasi dan rekomendasi cara pencegahaan virus corona dalam bahasa lokal. (fs/ml)