Kandidat Capres Prancis Mengeritik Imigrasi di Luar Kendali
25 November 2021
Michel Barnier, mantan negosiator Uni Eropa untuk masalah Brexit dan saat ini menjadi kandidat calon presiden Prancis, mengatakan Prancis kehilangan kendali atas masalah imigrasi dan rasa impunitas berlaku di negara ini.
Iklan
Michel Barnier yang masuk untuk nominasi partai kanan tengah Les Republicains, menyesali "penurunan besar" Prancis dan mengatakan gaya kepemimpinan Presiden Emmanuel Macron terlalu arogan dan berpikiran tunggal untuk menyembuhkan perpecahan.
"Imigrasi di luar kendali," kata Barnier yang berusia 70 tahun, kepada Reuters sebelum berbicara kepada anggota partai di Paris pada Senin (22/11) malam. "Keamanan kami tidak lagi terjamin. Ada rasa impunitas dan rasa tidak aman di seluruh negeri."
Barnier mengusulkan moratorium imigrasi untuk memperbaiki aturan migrasi Eropa dan Prancis yang dilanggar. Barnier ingin tentara berpatroli di beberapa komunitas di mana saat ini terlihat polisi kehilangan kendali dan menganjurkan referendum untuk memulihkan dinas militer.
Barnier yang dulunya moderat dari kanan tengah, menolak anggapan bahwa dia ditarik ke sayap kanan untuk memenangkan kembali pemilih konservatif dari tokoh sayap kanan Marine Le Pen dan Eric Zemmour.
"Saya melihat masalah yang dihadapi negara saya," katanya.
Pemerintah Macron menolak tuduhan bahwa mereka telah kehilangan kendali atas banyaknya jumlah imigran di Prancis. INSEE, badan statika resmi, mengatakan jumlah migrasi bersih telah meningkat sejak awal tahun 2000-an.
Data resmi INSEE menunjukkan 272.000 kedatangan imigran di wilayah Prancis pada 2020, dibandingkan dengan 259.000 imigran pada 2016, dan 211.000 imigran pada 2010.
Perebutan kandidat dari sayap kanan tengah dipimpin oleh Xavier Bertrand, yang mengepalai wilayah utara Hauts-de-France, dan Valerie Pecresse, pemimpin wilayah Ile de France di sekitar Paris, tetapi Barnier muncul sebagai penantang yang kredibel.
Foto Ikonik Krisis Pengungsi Di Eropa
Jutaan pengungsi hijrah ke Eropa antara tahun 2015 dan 2016. Pemberitaan migrasi gelap dan penderitaan para pengungsi beberapa tahun terakhir turut mempengaruhi opini publik di Eropa.
Foto: picture alliance/AP Photo/E. Morenatti
Upaya mempertahankan hidup
Pengungsian dan penderitaan: Ratusan ribu orang, kebanyakan berasal dari Suriah, masuk ke Yunani dari Turki tahun 2015 dan 2016. Sekitar 10.000 orang terdampar di pulau Lesbos, Chios dan Samos. Tahun 2017, tercatat sudah lebih dari 6.000 pengungsi yang datang dari Januari sampai Mei.
Foto: Getty Images/AFP/A. Messinis
Berjalan kaki menembus Eropa
Tahun 2015 dan 2016, lebih satu juta orang mencoba mencapai Eropa Barat dari Yunani atau Turki melalui rute Balkan - lewat Makedonia, Serbia dan Hungaria. Aliran pengungsi hanya terhenti ketika rute ini ditutup secara resmi. Saat ini, sebagian besar pengungsi memilih rute Mediterania yang berbahaya dari Libya ke Eropa.
Foto: Getty Images/J. Mitchell
Kemarahan global
Gambar ini mengguncang dunia. Mayat bocah Aylan Kurdi berusia tiga tahun dari Suriah hanyut di pantai di Turki, September 2015. Foto ini tersebar luas dengan cepat lewat jejaring sosial dan menjadi simbol krisis pengungsi.
Foto: picture-alliance/AP Photo/DHA
Kekacauan dan keputusasaan
Kerusuhan di menit-menit terakhir: Ribuan pengungsi mencoba masuk ke dalam bus yang sudah penuh sesak dan kereta api di Kroasia setelah mengetahui rute melalui Eropa akan segera ditutup. Pada Oktober 2015, Hongaria menutup perbatasannya dan membuat kamp penampungan tempat pengungsi tinggal selama proses pendaftaran suaka.
Foto: Getty Images/J. J. Mitchell
Perbatasan ditutup
Penutupan resmi rute Balkan bulan Maret 2016 menyebabkan kondisi kacau-balau di seberang perbatasan. Ribuan pengungsi yang terdampar mulai marah dan putus asa. Banyak yang mencoba menyeberangi perbatasan dengan segala cara, seperti para pengungsi ini di perbatasan Yunani-Makedonia tak lama setelah perbatasan ditutup.
Seorang anak berbalut debu dan darah: Foto Omran yang berusia lima tahun mengejutkan publik saat dirilis tahun 2016. Ini menjadi gambaran kengerian perang saudara dan penderitaan rakyat di Suriah. Setahun kemudian, gambar-gambar baru Omran beredar di internet dalam kondisi yang sudah lebih baik.
Foto: picture-alliance/dpa/Aleppo Media Center
Belum tahu tinggal di mana
Seorang pria Suriah membawa putrinya di tengah hujan di perbatasan Yunani-Makedonia di Idomeni. Dia berharap bisa hidup aman dengan keluarganya di Eropa. Menurut peraturan Dublin, permohonan suaka hanya bisa diajukan di negara pertama tempat pengungsi menginjak Eropa. Yunani dan Italia menanggung beban terbesar.
Foto: Reuters/Y. Behrakis
Mengharapkan pertolongan
Jerman tetap menjadi tujuan utama para pengungsi, meski kebijakan pengungsi dan suaka di Jerman sejak munculnya arus pengungsi diperketat. Tetapi Kanselir Jerman Angela Merkel menyatakan Jerman tetap terbuka bagi pengungsi. Sejak 2015, Jerman telah menerima sekitar 1,2 juta pengungsi. Kanselir Merkel jadi ikon harapan bagi banyak pengungsi baru.
Foto: picture-alliance/dpa/S. Hoppe
Situasi darurat di penampungan
Di utara Prancis, pihak berwenang membersihkan "hutan" yang terkenal di Calais. Kamp itu terbakar saat dilakukan evakuasi bulan Oktober 2016. Sekitar 6.500 penghuninya disalurkan ke tempat-tempat penampungan lain di Perancis. Setengah tahun kemudian, organisasi bantuan melaporkan banyak pengungsi anak-anak yang menjadi tunawisma di sekitar Calais.
Foto: picture-alliance/dpa/E. Laurent
Tenggelam di Laut Tengah
Kapal penyelamat organisasi bantuan dan pemerintah setempat terus melakukan pencarian kapal migran yang terancam tenggelam. Meski pelayaran sangat berbahaya, banyak pengungsi tetap berusaha melarikan diri dari konflik dan kemiskinan. Mereka berharap menemukan masa depan yang lebih baik di Eropa. Pada tahun 2017 ini saja, sudah 1.800 orang meninggal di perjalanan. (Teks: Charlotte Hauswedell/hp,rn)
Foto: picture alliance/AP Photo/E. Morenatti
10 foto1 | 10
Mengejar dukungan suara
Partai yang bersaing mengatakan mereka akan mendukung siapa pun yang memenangkan pemungutan suara dua putaran minggu depan oleh anggota partai yang mendaftar.
Iklan
Popularitas Barnier sebagian terletak pada kesetiaannya kepada partai. Beberapa menganggapnya "presiden" karena menjaga persatuan di antara negara-negara Uni Eropa yang tersisa selama pembicaraan Brexit dengan Inggris.
"Prancis tidak membutuhkan kandidat ketiga yang terlalu dekat dengan politik sayap kanan. Prancis membutuhkan seseorang yang menyatukan kita," kata pendukung Barnier, Aurelien Boulanger.
Barnier mengatakan dia khawatir dengan ketidakpercayaan antara London dan negara-negara Eropa, sejak Brexit terjadi awal tahun ini. Inggris terlibat dalam sengketa izin penangkapan ikan dengan Prancis dan perselisihan dengan Brussel mengenai aturan perdagangan untuk barang-barang yang mengalir ke Irlandia Utara.
Saat ditanya apakah dia mempercayai Perdana Menteri Inggris Boris Johnson, Barnier menjawab: "Pertanyaannya adalah apakah dia menghormati tanda tangannya sendiri dan komitmen yang dilakukan oleh pemerintahnya."
Kritikus mengatakan Barnier tidak memiliki karisma dan kekuatan. Bagi Barnier, yang mengajukan dirinya sebagai konsiliator, itulah intinya.
"Istri saya memberi tahu saya bahwa saya harus lebih humoris. Ini masih dalam proses," kata Barnier kepada pendukung partai, kebanyakan dari mereka berkulit putih, kelas menengah dan setengah baya atau lebih tua. "Tapi kepresidenan itu serius."