Yoshinori Ohsumi dari Jepang dianugerahi hadiah Nobel Kedokteran tahun 2016 untuk temuannya, relasi antara Autophagie alias penghancuran diri sendiri dengan recycling pada sel.
Iklan
Mekanisme Autophagy dimana sel-sel melakukan penghancuran diri sendiri pertama kali diamati tahun 1960-an. Sebagian substansi dari sel ini kemudian didaur ulang oleh apa yang disebut Lysosome.
Perubahan genetis yang terjadi pada saat proses Autophagy dapat memicu munculnya penyakit dan memainkan peranan penting pada kasus penyakit kanker atau saraf. Karolinska Institute di Stockholm menganugerahri temuan mekanisme Autophagy yang merupakan proses fundamental dalam degradasi dan daur ulang sel ini dengan Nobel Kedokteran 2016.
Professor Yoshinori Ohsumi (71) berhasil menemukan mekanisme penghancuran diri sendiri oleh sel ini dengan menelitinya pada ragi sejak tahun 1990-an. Mekanisme dalam sel menjadi mekanisme dasar bagi seluruh tubuh.
Karolinske Intitut menegaskan, Autophagy merupakan proses penting bagi daur ulang terstruktur bagian-bagian sel yang rusak. Jika proses ini terganggu, dampaknya adalah kasus penuaan atau bahkan kerusakan sel yang bisa memicu penyakit.
Nobel Kedokteran: Temuan Bagi Perawatan dan Penyembuhan
Nobel Kedokteran atau Fisiologi diberikan sejak awal penghargaan tahun 1901. Sebuah kilas balik yang menunjukkan beragam temuan bagi perawatan dan penyembuhan.
Foto: picture-alliance/ZB
2013 : Bagaimana Sel Meneruskan Sinyal
Thomas Südhof dari Jerman dan dua peneliti Amerika, James Rothman serta Randy Schekman berbagi hadiah Nobel Kedokteran tahun 2013. Mereka diberi penghargaan atas prestasinya menemukan mekanisme sistem transport di dalam sel. Kerusakan pada sistem transport dalam sel ini menyebabkan penyakit tertentu, seperti Alzheimer, Parkinson atau juga Diabetes.
Foto: picture-alliance / dpa
1902: Nyamuk Penular Malaria
Ronald Ross peneliti dari Inggris menemukan bahwa nyamuk adalah vektor penular penyakit Malaria. Ross menunjukkan, nyamuk Anopheles adalah inang parasit bersel tunggal penyebab Malaria. Sekarang, 300 juta orang terinfeksi penyakit ini setiap tahunnya, dengan tingkat mortalitas tiga juta orang. Tapi berkat temuan Ross, bisa dikembangkan obat-obatan untuk melawan Malaria.
Robert Koch menemukan bibit penyakit Tuberkulose, Mycobacterium tuberculosis. TBC saat ini tetap merupakan penyakit yang menyebar secara global. Vaksin hanya membantu pencegahan pada anak-anak, tapi tidak menolong pada orang dewasa.
Foto: AP
1912: Transplantasi Organ Tubuh
Dokter bedah Perancis Alexis Carrel membuka cakrawala baru, cangkok pembuluh darah dan organ tubuh. Dia mengembangkan teknik bedah, untuk menghubungkan lagi pembuluh darah yang terpotong. Juga menemukan cara penyimpanan organ di luar tubuh. Dewasa ini para dokter setiap tahunnya melakukan 100.000 kali operasi transplantasi organ tubuh.
Foto: picture-alliance/dpa
1924: Elektrokardiogram
Willem Einthoven dari Belanda mengembangkan Elektrokardiogramm (EKG) hingga bisa digunakan di rumah sakit dan praktik dokter. EKG merekam aktivitas listrik jaringan otot jantung. Dengan begitu, dokter dapat mendiagnosa gangguan ritme jantung atau penyakit jantung lainnya. RKG hingga kini digunakan secara luas.
Foto: Fotolia
1930: Empat Golongan Darah
Karl Landsteiner dari Austria menemukan, percampuran darh dua orang manusia sering menggumpal, tapi tidak selalu begitu. Penyebabnya ia temukan, yakni berbagai golongan darah yang berbeda, yang ia sebut A, B dan 0 yang ketika itu disebut C. Belakangan pakar lain menemukan golongan darah AB. Dengan temuan ini, dimungkinkan praktik transfusi darah.
Foto: picture-alliance/dpa
1939, 1945 dan 1952: Antibiotika Pembunuh Bakteri
Tiga hadiah Nobel diberikan pada penemu dan pengembang Antibiotika. Diantaranya kepada Alexander Fleming, penemu Penicillin. Hingga kini antibiotika adalah obat yang paling sering digunakan menyelamatkan nyawa pasien. Tapi seiring perjalanan waktu, makin banyak bakteri mengembangkan resistensi antibiotika.
Foto: Fotolia/Nenov Brothers
1948: Racun Pembunuh Nyamuk Malaria
Paul Hermann Müller menemukan senyawa DDT yang ampuh membunuh nyamuk tapi relatif aman bagi mamalia. Dasawarsa berikutnya DDT digunakan secara luas dalam eradikasi Malaria. Belakangan diketahui dampak negatifnya pada burung dan lingkungan. Penggunaan DDT kini direduksi pada tingkat minimal, tapi masih dipakai membasmi nyamuk malaria.
Foto: picture-alliance/dpa
1956: Kateter Jantung
Werner Forßmann dari Jerman dan dua rekannya meraih hadiah Nobel bagi temuannya: Kateter Jantung. Forßmann memasang kateter pada badannya: yakni selang plastik yang dimasukkan lewat pembuluh darah utama di tangan hingga mencapai jantung. Dewasa ini, dengan bantuan kateter para dokter melakukan pemeriksaan dan operasi jantung.
Foto: picture-alliance/Andreas Gebert
1979 dan 2003: Tomografi Komputer dan Resonansi Magnetik
Sebelumnya, jika hendak melihat bagian dalam tubuh manusia, hanya mungkin dengan penyinaran Röntgen. Temuan Tomografi Komputer (CT) yang masih menggunakan sinar Röntgen, tapi dengan presisi tinggi dan kemudian Tomografi Resonansi Magnetik (MRT) yang bekerja lewat medan magnet yang tidak merusak, memungkinkan para dokter menerapkan metode diagnosa lebih baik dan akurat.
Foto: picture-alliance/dpa
2008: Virus Pemicu Kanker
Harald zur Hausen dari Pusat Penelitian Kanker Jerman menemukan, bahwa virus human Papilloma adalah pemicu kanker leher rahim. Berbasis pengetahuan ini, dikembangkan vaksin antinya. Kini kaum perempuan dapat melakukan pencegahan kanker leher rahim, dengan imunisasi.
Foto: AP
2010: Bayi Tabung
Robert Edwards mengembangkan metode pembuahan di luar tubuh, atau dijuluki pembuahan dalam tabung reaksi. Bayi tabung pertama lahir tahun 1978 di Inggris. Pengembangan lebih lanjut, memperbaiki peluang sukses pembuahan in-vitro ini. Saat ini lewat sukses pembuahan dalam tabung, sudah dilahirkan lima juta bayi di seluruh dunia.
Foto: picture-alliance/ZB
12 foto1 | 12
Ohsumi dalam wawancara dengan stasiun televisi NHK mengatakan: "tubuh manusia terus menerus mengulang proses auto-dekomposisi atau bisa disebut kanibalisme komponen sel. Tapi ada keseimbangan antara kanibalisme dan formasi baru. Inilah mekanisme dasar dalam kehidupan."
as/ap(rtr,dpa, ap, afp)
Kanibalisme dan Fakta Horor Lainnya Dalam Otak
Anda merasa mengenal otak Anda dengan baik? Tahukah Anda neuron di otak Anda kanibal? Berikut fakta-fakta yang terjadi di dalam otak Anda.
Foto: Sagittaria - Fotolia.com
1. Neuron di otak itu kanibal
Volume otak meliputi sekitar 2% tubuh manusia, tetapi mengkonsumsi hampir 25% dari energi tubuh. Miliaran neuron di otak kita membutuhkan pasokan energi secara konstan. Jika mereka tak diberi asupan energi maka neuron akan mengeluarkan zat yang menelan neuron sendiri. Ini terjadi kalau perut Anda amat ‘keroncongan‘.
Foto: IMBA/M. A. Lancaster
2. Lingkaran tak berujung di dalam otak
Kadang, ada lagu yang terus terngiang di kepala. Pada dasarnya otak membenci pikiran yang belum selesai dan memiliki dorongan konstan menyelesaikan sesuatu. Untuk lepas dari itu, mulai nyanyi lagi dan selesaikan lagunya. Jika memasukkan terlalu banyak kata atau lagu ke otak, justru maknanya akan hilang. Otak meminta Anda dinamis serta tidak terlampau terobsesi dengan satu hal.
Foto: picture-alliance/dpa/K. Rezac
3.Terlalu banyak tidur mempercepat penuaan otak
Terlalu banyak tidur sama buruknya dengan kurang tidur. Otak Anda menua lebih cepat jika tidur terlalu banyak, karena ada lebih banyak aktivitas dalam otak saat tidur. Namun Anda juga tak boleh kurang tidur. Tidur ideal sekitar 8 jam setiap hari. Terlalu banyak tidur membuat otak bingung seperti sedang ngelindur.
Foto: Colourbox
4. Otak Anda merangsang halusinasi
Berbagai fenomena menunjukkan otak merangsang halusinasi serta sinestesia. Fenomena yang paling umum adalah halusinasi hypnagogia yang terjadi terjadi dalam rentang waktu singkat ketika kita tertidur tapi tidak benar-benar lelap. Hypnagogia adalah pintu gerbang ke mimpi yang seolah nyata. Sementara halusinasi hypnopompic terjadi ketika kita bangun tetapi tidak benar-benar terjaga.
Foto: picture-alliance/dpa
5. Yang Anda lihat dengan mata tidak nyata
Cahaya jatuh pada retina dalam dua dimensi, tapi karena kita hidup dalam 3 dimensi, otak kita harus menebak dan mengubahnya menjadi bentuk tiga dimensi. Jadi semua yang kita lihat adalah hanya sebuah gambar yang dapat dilihat dan diproduksi oleh otak kita sendiri.
Foto: Colourbox/Korionov Igor
6. Nyeri adalah sebuah mitos
Tidak ada reseptor rasa sakit di otak. Nyeri hanyalah proses komunikasi dimana otak bekerja efektif dan mempertahankan kita untuk hidup. Saat otak menyadari bahwa rasa sakit ini tidak mengancam kelangsungan hidup, maka akan menghentikan pengiriman sinyal rasa sakit, bahkan jika sebenarnya ada kerusakan tubuh. Otak menciptakan rasa sakit tetapi dengan cerdas menjaga jarak dari sensasi itu.
Foto: colourbox
7. Ketika takut, hasrat seks cenderung muncul
Ketika Anda takut, otak Anda melepas unsur dopamin yang bertanggung jawab pada rasa senang, termasuk membakar hasrat seksual. Jika kadar dopamin naik, meningkat pula kadar testosteron, hormon yang bertanggung jawab untuk keinginan seksual. Namun, dopamin juga dilepaskan ketika seseorang mengalami emosi ekstrim dan tantangan hebat.