Gas dalam Kantong Plastik di Pakistan Bahayakan Nyawa
Jamila Achakzai
31 Desember 2022
Orang-orang di Pakistan semakin banyak menggunakan kantong plastik untuk menyimpan gas. Kebiasaan yang sangat berbahaya yang bisa menimbulkan risiko bagi nyawa dan harta benda.
Iklan
Masooma Bibi, seorang ibu rumah tangga paruh baya, tinggal di lingkungan miskin di Distrik Charsadda di Khyber Pakhtunkhwa, barat laut Pakistan. Hingga dua tahun lalu, dia biasa memasak dengan kayu bakar, yang mengeluarkan gas berbahaya dan partikulat dalam kadar tidak sehat, yang berdampak buruk pada saluran pernapasannya.
Namun, sekarang dia mengandalkan gas yang disimpan dalam kantong plastik besar. Kantong-kantong, dengan nosel dan katup yang dipasang rapat, diisi dengan gas alam di toko-toko yang punya akses ke jaringan pipa gas negara. Kemasan gas tersebut kemudian dijual kepada masyarakat, yang menggunakan gasnya dengan bantuan pompa hisap listrik kecil.
Kompresor diperlukan untuk mengisi kantong plastik dan mengalirkan gas dari kantong ke dapur. Kantong plastik semacam itu, menurut seorang pengguna, bisa diisi dalam satu jam. Penggunaan kantong plastik untuk penyimpanan gas yang meningkat di Pakistan, sangat berbahaya dan berisiko tinggi terhadap kehidupan dan harta benda.
"Ada peringatan tentang kantong plastik ini yang bisa menyebabkan ledakan gas, tetapi, pertama, saya belum pernah mendengar tentang kecelakaan seperti itu, dan kedua, meskipun ketakutan ini benar, kami (orang miskin) tidak punya pilihan lain karena mahalnya tabung gas," ujar Bibi.
Iklan
Kekurangan pasokan gas
Gas alam adalah salah satu sumber bahan bakar termurah di Pakistan dan banyak digunakan untuk memasak dan memanaskan makanan. Namun, cadangan gas yang menurun telah memaksa pihak berwenang untuk memangkas pasokan ke rumah warga, stasiun pengisian bahan bakar, dan unit industri.
Kelangkaan gas dan mahalnya produk minyak juga memicu inflasi dan aksi demonstrasi. Yang menambah masalah adalah tingginya harga tabung yang digunakan untuk menyimpan dan mengangkut gas.
Salah seorang pedagang, Najeebullah Khan, mengatakan tabung gas yang terbuat dari baja karbon atau paduan baja, harganya sekitar 10.000 rupee Pakistan (Rp684 ribu), yang membuatnya tidak terjangkau bagi banyak rumah tangga, toko, dan bisnis lainnya.
"Kantong yang dapat digunakan kembali ini masing-masing dijual seharga 500-900 rupee (Rp34.000 hingga 61.000), tergantung ukurannya, sementara harga kompresor berkisar antara 1.500-2.000 rupee (Rp102 ribu hingga 136 ribu), tergantung ukurannya. Orang-orang menggunakannya baik di pedesaan maupun perkotaan," kata Khan.
Bahaya Unsur Radioaktif
Nuklir mengancam secara tidak langsung. Tambang dan pemerkayaan Uranium untuk tujuan sipil atau militer, bencana dan limbah nuklir melepaskan elemen radioaktif ke udara. Ratusan ribu manusia pernah menjadi korban
Foto: picture-alliance/dpa
Lebih dari 2000 Ledakan Nuklir Sejak 1945
Amerika Serikat meledakkan 1039 bom nuklir sejak berakhirnya Perang Dunia II. Sementara Uni Sovyet 718, Perancis 198, Inggris dan Cina 45 ledakan, India dan Korea Utara masing-masing tiga kali, Pakistan dua kali. Puluhan ribu manusia terpapar zat radioaktif secara langsung akibat uji coba tersebut.
Foto: Getty Images/AFP
1945: Bom Atom di Hiroshima
140.000 dari 350.000 penduduk Hiroshima meninggal dunia sebulan setelah ledakan nuklir akibat kanker, jantung atau perubahan hormon dan Chromosom. Hingga kini tingkat pengidap Leukimia di Hiroshima tertinggi di antara penduduk Jepang di kawasan lain.
Foto: picture-alliance/dpa
Seribu Uji Coba Nuklir di Nevada
Uji coba di sekitar kamp Mercury dari 1950 hingga 1992 mengkontaminasi sebagian wilayah AS. Pada gigi balita misalnya ditemukan Strontium yang memancarkan zat radioaktif. Selain itu angka penderita penyakit Kanker juga meningkat tajam. Dari 1963 hingga 1992 pemerintah AS melakukan uji coba nuklir di bawah tanah.
Foto: Getty Images
Kompleks Nuklir Sellafield
Sejak 1952 reaktor pertama Inggris memproduksi Plutonium untuk membuat bom atom. Empat tahun kemudian pemerintah mulai menggunakan energi nuklir buat memproduksi listrik. 1957 salah satu reaktor terbakar yang disusul dengan berbagai insiden. Tanah dari air terpapar zat radioaktif. Sebagian putra putri pegawai di kompleks nuklir Sellafield hingga kini masih menderita Leukimia.
Foto: Getty Images
Tambang Uranium Mematikan
Kawasan Wismut di timur Jerman pernah menjadi tambang Uranium terbesar di dunia antara 1946 hingga 1990. Tambang tersebut mengirimkan bahan baku buat program nuklir Uni Sovyet. Menurut pemerintah Jerman, satu dari delapan buruh tambang meninggal dunia akibat radioaktivitas, keseluruhannya mencapai 7000 orang. Sementara penduduk di sekitar banyak yang menghidap kanker paru-paru.
Foto: Wismut GmbH
Pancaran Radioaktif dari Kota Misterius
Di kota nuklir Tomsk-7 di Siberia yang hingga 1992 masih dirahasiakan terjadi sebuah insiden ketika 1993 sebuah tanki penyimpanan meledak. Zat-zat radioaktif semisal Plutonium dan Sesium meracuni wilayah sekitar. Uni Sovyet tercatat merahasiakan 38 insiden nuklir di kota Tomsk-7 dan Majak. Ratusan ribu buruh dan keluarganya terpapar zat radioaktif.
Foto: imago/ITAR-TASS
1979: Bencana Nuklir Harrisburg
Kebocoran nuklir di pembangkit listrik Three Mile Island di Amerika Serikat adalah bencana nuklir terbesar sebelum Chernobyl dan Fukushima. Zat-zat radioaktif dalam jumlah besar mengotori lingkungan sekitar. Sebuah studi independen membuktikan tingginya angka penduduk berpotensi mengidap penyakit Kanker pasca bencana. Sebaliknya lobi industri nuklir menepis temuan tersebut dengan studi tandingan
Foto: picture-alliance/dpa
1986: Bencana di Chernobyl
Saudara kembar ini dilahirkan setelah bencana. Sang ayah adalah Liquidator, pegawai harakiri yang ditugaskan membersihkan reaktor sesaat setelah ledakan nuklir. Adapun sang ibu hidup di kota yang terkontaminasi. Kebocoran nukilr dan ledakan yang menyertainya melepaskan zat radioaktif dalam jumlah besar ke udara. Journal of Cancer melaporkan lebih dari 15.000 penduduk meninggal dunia akibat kanker.
Foto: picture alliance/dpa
2011: Tsunami Menyusul Insiden Nuklir di Fukushima
Kebocoran nuklir di Fukushima yang disebabkan oleh Tsunami hingga kini masih tercatat sebagai pencemaran radioaktif di laut paling parah. Pakar nuklir memperkirakan 22.000 hingga 66.000 kematian tambahan akibat kanker. Sejak 2011, anak-anak di wilayah sekitar Fukushima menderita kanker tiroid.
Foto: Reuters
Bahaya Limbah Nuklir
Limbah nuklir tingkat tinggi membutuhkan jutaan tahun hingga tidak lagi memancarkan zat radioaktif. Namun Tempat Penyimpanan Akhir untuk limbah atom hingga kini belum ada di seluruh dunia. Jerman menganggarkan miliaran Euro per tahun untuk mengelola tempat penyimpanan sementara limbah nuklir.
Foto: dapd
Irak: Leukimia Lewat Amunisi Uranium
Penggunaan amunisi yang mengandung Uranium selama Perang Teluk di awal dekade 1990-an mengancam nyawa penduduk secara tidak langsung. Hingga kini penduduk kota Bashra mencatat tingginya angka kelahiran cacat dan penderita kanker. Selain itu jumlah anak-anak yang menderita Kanker juga meningkat drastis.
Foto: picture-alliance/dpa
11 foto1 | 11
Bahayanya kantong plastik berisi gas
Namun, pihak berwenang belum lama ini menindak penggunaan kantong plastik untuk menyimpan gas. Utilitas publik telah melarang praktik tersebut dan menyatakannya sebagai ancaman keamanan.
Dr. Quratulain, seorang petugas medis yang berbasis di Islamabad di Pusat Perawatan Luka Bakar Institut Ilmu Kedokteran Pakistan, mengatakan fasilitasnya menerima sekitar delapan pasien setiap hari dari kecelakaan terkait ledakan gas dan satu atau dua dari mereka terluka parah.
"Sebagian besar perempuan terluka akibat ledakan kompor, sedangkan ledakan kebocoran gas di dalam ruangan karena terkena korek api atau percikan listrik juga menyebabkan luka bakar pada orang,” ujarnya.
Otoritas di Peshawar juga menangkap 16 pemilik toko pada bulan ini karena menjual kantong gas semacam itu.
Murah jadi alasan?
Bisnis tersebut dilakukan secara diam-diam. Pemilik toko tidak lagi menjual kantong itu secara terbuka, karena takut akan kena denda dan penangkapan. Sebaliknya, mereka hanya melayani permintaan pelanggan yang mereka yakini tidak akan melaporkannya ke polisi.
Yawar Abbas, seorang pejabat senior di utilitas sektor publik Sui Northern Gas Pipelines Limited (SNGPL) di Khyber Pakhtunkhwa, mengatakan kemiskinan dan inflasi yang tinggi adalah penyebab utama masalah ini.
Najma Mubeen, warga Peshawar, memiliki pandangan yang sama. Dia menyebut penutupan toko, penangkapan, dan denda sebagai "tindakan yang dipoles".
"Keterjangkauan adalah akar penyebab masalah, dan tabung gas berharga lebih murah menjadi satu-satunya jawaban efektif untuk masalah itu," pungkasnya.