Sejumlah kapal nelayan Korea Utara terdampar di Jepang, beberapa kosong tanpa awak dan lainnya berisi jasad awak yang tewas. Diperkirakan, kehidupan berat di bawah rezim memaksa mereka berlayar lebih jauh di laut.
Iklan
Jepang meningkatkan patroli di sepanjang pantai utaranya, setelah adanya lonjakan drastis kedatangan kapal Korea Utara. Kini banyak kapal nelayan asal Korea Utara berlayar jauh melintasi perairan negaranya, untuk mendapatkan hasil tangkapan ikan yang lebih banyak. Kepolisian Jepang mengatakan, bulan November lalu 28 kapal nelayan Korea Utara telah terdampar atau terkantung-kantung di kawasan perairan Jepang.
Meskipun jumlah "kapal hantu" Korea Utara yang ditemukan tahun ini konstan dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya, kenaikan selama bulan November menunjukkan bahwa nelayan sipil dan militer mengambil risiko lebih besar mengarungi laut makin jauh.
Pemicunya, belum lama ini Presiden Kim Jong-un "mengimbau" para nelayan dan militer untuk menangkap lebih banyak ikan di laut untuk menyuplai kebutuhan jutaan anggota militer dan untuk ekspor ke Cina. Tahun lalu di bulan yang sama, Jepang hanya menemukan empat "kapal hantu" dari Korea Utara.
Rasa Tanpa Selera, Mirisnya Kuliner Korea Utara
Wabah kelaparan yang berkecamuk di Korea Utara pada dekade 1990an memaksa penduduk menciptakan penganan sederhana buat bertahan hidup, mulai dari daging buatan hingga permen yang terbuat dari cuka.
Foto: Reuters/Kim Hong-Ji/Illustration
Pengganti Beras
"Selama wabah kelaparan, kami berusaha bertahan hidup dengan memakan kulit pohon pinus. Lalu kami memakan jagung yang dicampur beras dengan rasio 7:3 atau 5:5. Sebelum saya meninggalkan Korea Utara, saya masih sempat memakan nasi putih. Tapi penduduk miskin hanya memakan jagung atau bubur jagung," kata Cho Ui-Suing kepada Reuters. Dia melarikan diri ke Korea Selatan 2014 silam.
Foto: Reuters/Kim Hong-Ji/Illustration
Daging Buatan dari Ampas Kedelai
Injogogi atau protein nabati bertekstur adalah "daging buatan" yang dimasak dari lapisan teratas produksi minyak kacang kedelai. Biasanya lapisan tersebut disisakan untuk pakan babi. Tapi sejak wabah kelaparan melanda, penduduk mulai mengolah ampas minyak kedelai menjadi makanan sehari-hari.
Foto: Reuters/Kim Hong-Ji/Illustration
Nasi Daging Saus Pedas
Injogogi alias daging buatan bisa digulung menjadi Injogogibab, yakni nasi yang dibungkus dengan Injogogi. Saus yang digunakan bisa beraneka ragam, sesuai tradisi kuliner masing-masing daerah. Ada yang membaluri dengan saus ikan atau saus pedas.
Foto: Reuters/Kim Hong-Ji/Illustration
Biskuit Kenyal
Terbuat dari tepung, ragi dan gula, makanan serupa biskuit ini bertekstur keras di luar dan kenyal di bagian dalam. Jika gula pasir sedang langka, penduduk terbiasa menggantinya dengan gula buah yang diambil dari anggur.
Foto: Reuters/Kim Hong-Ji/Illustration
Nasi Bungkus Tahu
Dububab alias nasi tahu bisa ditemukan di hampir semua pasar tradisional Korea Utara. Penganan ringan ini berupa kulit tahu yang diisi nasi dan dibubuhi saus pedas. Dudubab mulai digemari penduduk Korea Utara ketika pemerintah negeri Komunis itu menghentikan pembagian makanan bersubsidi.
Foto: Reuters/Kim Hong-Ji/Illustration
Kue Beras dari Tepung Jagung
Seokdujeon sering disebut kue cepat karena bisa dibuat selama beberapa menit tanpa perlu memanggang. Kue beras yang dibuat dengan tepung jagung ini merupakan salah satu penganan yang paling digemari di Korea Utara. Jagung sering digunakan oleh penduduk miskin Korut karena lebih murah ketimbang beras.
Foto: Reuters/Kim Hong-Ji/Illustration
Permen Cuka
Sejak lama penduduk Korea Utara membuat permen sendiri. Alsatang adalah manisan rumahan yang dibuat dari gula dan cuka. Setiap tahun pemerintah di Pyongyang membagi-bagikan Alsatang kepada anak-anak sekolah untuk merayakan hari spesial, seperti hari kelahiran Kim Il Sung pada 15 April.
Foto: Reuters/Kim Hong-Ji/Illustration
Permen Kacang Kedelai
Kongsatang alias permen keledai adalah manisan yang berbentuk serupa Popcorn dan dibuat dari kacang kedelai yang telah dipanggang serta dibaluri dengan gula. Seperti juga Alsatang, Kongsatang sering dibagi-bagikan pemerintah Korea Utara pada hari-hari spesial.
Foto: Reuters/Kim Hong-Ji/Illustration
Sosis Darah Babi
Sosis yang dibuat dari darah babi dan diisi dengan nasi dan sayur-sayuran ini diberi nama Sundae dan digemari oleh penduduk di utara dan selatan. Penganan serupa bisa ditemukan di Perancis, Boudin, atau Black Pudding yang menjadi santapan tradisional di Inggris.
Foto: Reuters/Kim Hong-Ji/Illustration
9 foto1 | 9
Pertanda putus asa
Sebagian besar awak dari 64 kapal Korea Utara yang masuk perairan Jepang tahun ini berhasil selamat, setelah melewati perjalanan melintasi laut yang berbahaya sebelum diciduk penjaga pantai Jepang. Pada November lalu, 42 awak kapal yang mengaku sebagai nelayan, berhasil diselamatkan sementara 18 lainnya ditemukan sudah tewas dalam kapal.
Diperkirakan, semakin banyaknya kapal Korea Utara yang berlayar jauh melintasi perairan negara mereka merupakan indikasi keputusasaan nelayan menghadapi kehidupan yang semakin berat akibat sanksi yang diterapkan Dewan Keamanan PBB terhadap negara ini.
Ekspor hasil laut, terutama ke Cina, merupakan sumber penting pendapatan Korea Utara. Untuk mencapai kuota penangkapan, para nelayan dan juga tentara berlayar dengan kapal berperlengkapan tidak layak menagarungi lautan menunju wilayah kaya ikan di dekat zona ekonomi eksklusif 200 mil laut dari Jepang. Kapal-kapal yang mengalami masalah teknis atau kehabisan bahan bakar biasanya terbawa arus yang kuat menuju Jepang.
Menyikapi semakin banyaknya kapal asal Korea Utara yang masuki perairan, Jepang telah meningkatkan patroli lautnya. Jepang mengkhawatirkan kapal asal Korea Utara juga ditumpangi mata-mata, meskipun sejauh ini belum ada bukti mengenainya.
Nelayan Tumpuan Negara
Sektor perikanan memegang peranan penting bagi Vietnam. Tetapi sektor ini sekarang menghadapi masalah besar akibat adanya pertikaian wilayah laut dengan Cina.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Negara Nelayan
Pagi hari, pelabuhan kota Danang di Vietnam tengah mulai aktif. Sektor perikanan sejak dulu pegang peranan penting dalam perekonomian negara tersebut.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Perusahaan Keluarga
Sebagian besar sektor perikanan merupakan bisnis keluarga. Awak kapal penangkap ikan ini baru saja menurunkan hasil tangkapan. Baru beberapa tahun belakangan ini industri penangkapan ikan berkembang.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Pasar Ikan
Dengan bantuan perahu kecil, hasil tangkapan dibawa ke darat dan diterima pedagang. Banyak pedagang membeli untuk restoran atau hotel besar di Danang.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Pedagang Besar
Pedagang besar, yang menerima tangkapan ikan dan mengangkutnya dengan truk besar tidak banyak di Danang. Tapi ekspor meningkat, misalnya ekspor makanan laut ke Uni Eropa.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Di Daratan
Di daratan, seperti di pelabuhan Sa Ky (foto) pedagang kecil menjual ikan dan udang terutama bagi warga setempat. Ketika pria melanjutkan pekerjaan di kapal, kaum perempuan kerap mengambil alih penjualan. Sebuah kapal bisa memberi makan bagi 15 keluarga.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Kerja Keras
Badan statistik Vietnam mencatat adanya 30.000 kapal nelayan. Di tiap kapal bekerja 10 sampai 15 pria, yang berada di laut sampai sebulan. Mereka hidup berdesak-desakan. Sebuah kamar besarnya hanya sekitar 15 meter persegi.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Perbaikan
Dalam pekerjaan berupa perbaikan peralatan yang sangat diperlukan, misalnya memperbaiki jala, biasaya seluruh keluarga diikutsertakan. Tanpa kerja sama sumber mata pencaharian tidak mungkin terjamin.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Cekcok Teritorial
Penempatan anjungan pengeboran lepas pantai HD981 oleh Cina di daerah perairan yang dipersengketakan, jelas memperburuk situasi nelayan. Kapal Cina dan Vietnam semakin sering bentrok.
Foto: picture-alliance/dpa
Korbannya
Di dok pelabuhan Danang ditambat kapal Vietnam berkode 90152. Kapal itu ditenggelamkan tanggal 27 Mei 2014 ketika bertabrakan dengan kapal pengawas pantai Cina. Pemerintah Vietnam membelinya dari pemilik kapal sebagai bukti agresi Cina di wilayah mereka.
Foto: DW/R. Ebbighausen
Patriotisme
Di daerah pantai Vietnam propaganda bisa dijumpai di mana-mana. Spanduk ini bertujuan jadi peringatan, bahwa pulau ini, yang berlokasi di dekat pantai Vietnam, adalah milik negara Vietnam. Akhir pertikaian sejauh ini belum terlihat.