Terapung 113 Hari, Perahu Rohingya Mendarat di Aceh
4 Juni 2021
Para pengungsi yang kebanyakan terdiri dari perempuan dan anak-anak meninggalkan Bangladesh sejak 11 Februari lalu. Namun mesin kapal mereka mati 4 hari kemudian.
Iklan
Kapal yang membawa puluhan pengungsi Rohingya kembali mendarat di sebuah pulau di Aceh setelah terkatung di lautan selama lebih dari 100 hari, ujar seorang pejabat organisasi hak asasi manusia, Jumat (04/06).
Kapal yang sedianya membawa 90 pengungsi Rohingya ini mulai berlayar pada 11 Februari dari Cox's Bazar, Bangladesh, tetapi kemudian terombang-ambing di Laut Andaman karena mesinnya rusak. Para pengungsi yang kebanyakan terdiri dari perempuan dan anak-anak berharap mencapai Malaysia. Namun mesin kapal mati hanya setelah empat hari berlayar.
"Kami mengetahui bahwa 81 (pengungsi) dalam keadaan baik, mereka mendarat di Pulau Idaman di Aceh," ujar Chris Lewa, direktur Arakan Project, organisasi nonpemerintah yang memantau krisis Rohingya. "Mereka belum 100% aman di sana. Kami berharap mereka tidak akan ditolak," kata Lewa kepada Reuters.
Seorang warga Pulau Idaman bernama Muhammad Upin mengatakan telah melihat perahu berisi para pengungsi pada Jumat pagi.
"Sekitar pukul 07.00 WIB mereka turun dari kapal dan turun ke darat," kata dia. "Mereka terdampar karena salah satu mesin perahu rusak. Mereka semua sehat dan sudah diberi makan oleh warga setempat," tambahnya sambil menggambarkan bahwa perahunya lebih mirip dengan kapal feri daripada kapal kayu reyot yang sering mengangkut pengungsi.
Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa UNHCR mengonfirmasi pendaratan kapal pengungsi ini tetapi menolak untuk membahas rinciannya.
Potret Warga Rohingya Rela Bertaruh Nyawa di Lautan Hingga Terdampar di Aceh
Sebanyak 99 pengungsi Rohingya ditemukan kelaparan dan kehausan di atas kapal motor rusak di perairan Aceh Utara, Rabu (24/06). Ini bukan kali pertama etnis yang terusir dari Myanmar ini terdampar di perairan Indonesia.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Terombang-ambing di lautan
Sebanyak 99 pengungsi Rohingya ditemukan terombang-ambing di atas sebuah kapal di perairan Aceh Utara, Rabu (24/06). Mereka ditemukan oleh nelayan sekitar yang kebetulan sedang melintas di sekitar lokasi. Ini bukan kali pertama sebuah kapal motor bermuatan puluhan bahkan ratusan pengungsi Rohingya terdampar di perairan Aceh Utara.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Bertaruh nyawa
Para pengungsi rela bertaruh nyawa melintasi lautan selama berminggu-minggu dengan perbekalan minim. Mereka yang mayoritas adalah perempuan dan anak-anak ini, berharap dapat mengadu nasib dan mencari pekerjaan di negara tujuan. Pusat Informasi dan Advokasi Rohingya (PIARA) melaporkan sebanyak 15 pengungsi tewas di perjalanan dan dilarung ke laut. Diduga akan ada kapal-kapal lain yang menyusul.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Terusir dari rumah
Kaum Rohingya yang berasal dari Myanmar ini, terpaksa mencari suaka ke negara-negara Asia Tenggara lainnya karena etnis Rohingya tidak diakui sebagai warga negara Myanmar. Mereka kerap dianiaya, dikucilkan, dan diusir ke kamp-kamp pengungsian setelah penumpasan militer tahun 2017 silam. Bahkan dalam laporan PBB tahun 2018 dilaporkan adanya pembunuhan massal 10 ribu kaum Rohingya di Rakhine.
Foto: Reuters/Antara Foto/Rahmad
Rasa kemanusiaan
Para pengungsi kemudian ditampung sementara di Kantor Imigrasi Lhokseumawe, Aceh. Meski dunia tengah dilanda pandemi Covid-19, tidak menyurutkan niat masyarakat setempat untuk menyelamatkan para pengungsi tersebut. "Ini tidak lebih dari rasa kemanusiaan dan bagian dari tradisi kami para nelayan Aceh Utara," ujar Hamdani salah seorang nelayan yang ikut mengevakuasi para pengungsi dilansir Reuters.
Foto: Getty Images/AFP/R. Mirza
Non-reaktif Covid-19
Dari hasil pemeriksaan cepat (rapid test) virus corona yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Aceh Utara, dilaporkan seluruh pengungsi Kaum Rohingya yang terdampar di perairan Pantai Seunuddon, Kabupaten Aceh utara, Rabu (24/06), non-reaktif Covid-19. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengantisipasi penyebaran virus corona. Selain rapid test, pemeriksaan kesehatan secara umum juga turut dilakukan.
Foto: AFP/C. Mahyuddin
Apresiasi dunia internasional
Kepala Perwakilan UNHCR di Indonesia Ann Maymann mengapresiasi Indonesia yang telah menyelamatkan para pengungsi Kaum Rohingya. Organisasi non-pemerintah Amnesty International juga memuji mayarakat Aceh yang telah menunjukkan rasa solidaritas kemanusiaan mereka. Menlu RI Retno Marsudi dalam pernyataan resminya Jumat (26/06) berjanji akan penuhi kebutuhan dasar dan kesehatan 99 pengungsi Rohingya.
Foto: AFP/C. Mahyuddin
6 foto1 | 6
Ditolak kembali ke Bangladesh
Dari 90 orang yang berangkat dalam pelayaran tersebut, delapan orang ditemukan tewas oleh Penjaga Pantai India yang melacak dan kemudian memperbaiki kapal rusak itu pada Februari lalu.
Pihak berwenang India memberikan makanan dan bahan-bahan kebutuhan pokok bagi para pengungsi yang selamat tetapi tidak mengizinkan mereka untuk mendarat di pantainya. Bangladesh juga menolak kembalinya 81 pengungsi yang selamat.
Selama tiga bulan terakhir, badan-badan bantuan internasional dan anggota keluarga para pengungsi yang berada di dalam kapal telah berulang kali mengajukan permohonan ke India, Bangladesh, Myanmar, dan Malaysia untuk memberikan informasi tentang nasib para pengungsi di sana. Pihak berwenang di Indonesia belum memberikan komentar hingga berita ini diturunkan.
Iklan
Iming-iming bekerja di Malaysia dan Indonesia
Rohingya adalah kelompok minoritas yang sebagian besar tidak diakui kewarganegaraannya oleh pemerintah Myanmar. Lebih dari 1 juta pengungsi Rohingya dari Myanmar kini tinggal di kamp-kamp yang padat di Bangladesh, termasuk puluhan ribu yang melarikan diri setelah militer Myanmar melakukan penumpasan besar-besaran terhadap Rohingya pada tahun 2017.
Keseharian Pengungsi Rohingya di Aceh
Sebelum pemerintah Indonesia menyatakan kesediaannya untuk menampung pengungsi, para nelayan Aceh sudah menyelamatkan ratusan yang terlantar di lautan. Bagaimana nasib pengungsi Rohingya setelah tiba di Indonesia?
Foto: Reuters/R: Bintang
Diangkut Truk
Pengungsi Rohingya yang diselamatkan dan berhasil tiba dengan kapal di pelabuhan desa Julok di provinsi Aceh diangkut dengan kendaraan truk terbuka ke tempat penampungan sementara pengungsi.
Foto: Reuters/Beawiharta
Menunggu
Sebelum memasuki tempat penampungan sementara, para pengungsi Rohingya dikumpulkan di lapangan terbuka terlebih dahulu. Identitas mereka didata oleh para relawan.
Foto: Reuters/Beawiharta
Tenda Medis Darurat
Dalam perjalanan dengan kapal, banyak pengungsi yang jatuh sakit. Di Kuala Langsa, Aceh, didirikan tenda pengobatan darurat.
Foto: Reuters/Roni Bintang
Anak-anak Kelaparan
Ada banyak anak-anak yang tiba di Aceh dengan pengungsi Rohingya. Mereka datang dalam kondisi kelaparan. Beberapa relawan membagikan biskuit bagi anak-anak di pelabuhan desa Julok.
Foto: Reuters/Beawiharta
Mandi Bersama
Tempat membersihkan diri bagi para pengungsi, juga disediakan di desa Julok. Bak besar penuh air, lengkap dengan belasan gayung.
Foto: Reuters/Beawiharta
Tidur di Lapangan Bulutangkis
Tidak ada kasur yang nyaman. Cukup beralaskan tikar di gedung olahraga (GOR) di Lhoksukon, para pengungsi Rohingya berusaha untuk beristirahat.
Foto: Reuters/R: Bintang
6 foto1 | 6
Para penyelundup manusia sering menipu pengungsi Rohingya, membujuk mereka untuk melakukan perjalanan dengan kapal reyot dengan iming-iming untuk bekerja di negara-negara Asia Tenggara. Malaysia dan Indonesia yang mayoritas berpenduduk muslim memang menjadi tujuan bagi Rohingya yang mencoba melarikan diri dari Bangladesh.
Pada bulan September 2020, sekitar 300 etnis Rohingya mendarat di Indonesia setelah berbulan-bulan terombang-ambing di laut lepas. Mereka melaporkan telah dipukuli oleh pedagang manusia saat tengah berjuang melawan lapar dan haus, dan mayat mereka yang meninggal langsung dibuang ke laut.
Pada Juni 2020, hampir 100 etnis Rohingya tiba di wilayah yang sama di Indonesia. Masih belum jelas apakah kelompok yang baru mendarat ini akan diizinkan tinggal, tetapi para migran sebelumnya telah ditempatkan di kamp-kamp pengungsi.