DW mendapat dokumen bocoran dari Xinjiang yang menunjukkan dengan rinci bagaimana warga muslim Uighur diperiksa dan ditahan secara sewenang-wenang.
Iklan
Daftar tahanan yang dibuat untuk keperluan administrasi Cina dan bocor ke tangan media itu menggambarkan secara jelas bagaimana warga muslim Uighur di wilayah Xinjiang ditahan karena praktik agama dan budaya mereka. Dokumen itu diterima ke Deutsche Welle dan media lain pada November 2019.
Daftar tahanan itu antara lain mendokumentasikan nasib lebih dari 300 orang yang dikirim ke kamp "re-edukasi ", setelah mereka melakukan beberapa hal yang dianggap mencurigakan dan berbahaya, seperti misalnya mengajukan permintaan untuk memperoleh paspor atau untuk menghubungi kerabat yang tinggal di luar negeri.
Semua tahanan ditangkap selama 2017 dan 2018. Dokumen itu juga mencantumkan ratusan nama lain yang terhubung dengan para tahanan, termasuk anak-anak. Berlawanan dengan narasi resmi pemerintah di Beijing, dokumen itu secara konkret membuktikan bahwa setiap ekspresi keagamaan yang berhubungan dengan Islam oleh warga Uighur berpotensi diklasifikasikan sebagai kejahatan.
Warga Uighur bisa ditahan karena berbagai alasan
Mayoritas orang yang ditahan adalah karena melanggar kebijakan pembatasan kelahiran di Cina, yang menetapkan bahwa minoritas, termasuk Uighur, yang tinggal di pedesaan bisa memiliki tiga anak, dan mereka yang di perkotaan hanya dua anak.
Orang-orang Uighur yang telah melakukan ziarah ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji juga ditahan, begitu juga mereka yang melakukan perjalanan ke negara-negara berpenduduk mayoritas Muslim. Mengajukan permohonan untuk mendapat paspor juga menjadi alasan penahanan, begitu pula kalau melakukan kontak dengan keluarga atau teman yang ada di luar negeri.
Sedangkan warga Uighur muda yang lahir antara tahun 1980 dan 2000 terdaftar sebagai orang yang "tidak dapat dipercaya" atau "mengkhawatirkan". Dua pertiga dari mereka yang ditahan termasuk dalam kelompok ini. Sebagian besar adalah laki-laki.
Potret Muslim Uighur di Cina
Cina melarang minoritas muslim Uighur mengenakan jilbab atau memelihara janggut. Aturan baru tersebut menambah sederet tindakan represif pemerintah Beijing terhadap etnis Turk tersebut. Siapa sebenarnya bangsa Uighur?
Foto: Reuters/T. Peter
Represi dan Larangan
Uighur adalah etnis minoritas di Cina yang secara kultural merasa lebih dekat terhadap bangsa Turk di Asia Tengah ketimbang mayoritas bangsa Han. Kendati ditetapkan sebagai daerah otonomi, Xinjiang tidak benar-benar bebas dari cengkraman partai Komunis. Baru-baru ini Beijing mengeluarkan aturan baru yang melarang warga muslim Uighur melakukan ibadah atau mengenakan pakaian keagamaan di depan umum.
Foto: Reuters/T. Peter
Dalih Radikalisme
Larangan tersebut antara lain mengatur batas usia remaja untuk bisa memasuki masjid menjadi 18 tahun dan kewajiban pemuka agama untuk melaporkan naskah pidatonya sebelum dibacakan di depan umum. Selain itu upacara pernikahan atau pemakaman yang menggunakan unsur agama Islam dipandang "sebagai gejala redikalisme agama."
Foto: Reuters/T. Peter
Balada Turkestan Timur
Keberadaan bangsa Uighur di Xinjiang dicatat oleh sejarah sejak berabad-abad silam. Pada awal abad ke20 etnis tersebut mendeklarasikan kemerdekaan dengan nama Turkestan Timur. Namun pada 1949, Mao Zedong menyeret Xinjiang ke dalam kekuasaan penuh Beijing. Sejak saat itu hubungan Cina dengan etnis minoritasnya itu diwarnai kecurigaan, terutama terhadap gerakan separatisme dan terorisme.
Foto: Reuters/T. Peter
Minoritas di Tanah Sendiri
Salah satu cara Beijing mengontrol daerah terluarnya itu adalah dengan mendorong imigrasi massal bangsa Han ke Xinjiang. Pada 1949 jumlah populasi Han di Xinjiang hanya berkisar 6%, tahun 2010 lalu jumlahnya berlipatganda menjadi 40%. Di utara Xinjiang yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi, bangsa Uighur bahkan menjadi minoritas.
Foto: picture-alliance/dpa/H. W. Young
Hui Yang Dimanja
Kendati lebih dikenal, Uighur bukan etnis muslim terbesar di Cina, melainkan bangsa Hui. Berbeda dengan Uighur, bangsa Hui lebih dekat dengan mayoritas Han secara kultural dan linguistik. Di antara etnis muslim Cina yang lain, bangsa Hui juga merupakan yang paling banyak menikmati kebebasan sipil seperti membangun mesjid atau mendapat dana negara buat membangun sekolah agama.
Foto: picture-alliance/AP Photo/A. Wong
Terorisme dan Separatisme
Salah satu kelompok yang paling aktif memperjuangkan kemerdekaan Xinjiang adalah Gerakan Islam Turkestan Timur (ETIM). Kelompok lain yang lebih ganas adalah Partai Islam Turkestan yang dituding bertalian erat dengan Al-Qaida dan bertanggungjawab atas serangkaian serangan bom di ruang publik di Xinjiang.
Foto: Getty Images
Kemakmuran Semu
Xinjiang adalah provinsi terbesar di Cina dan menyimpan sumber daya alam tak terhingga. Tidak heran jika Beijing memusatkan perhatian pada kawasan yang dilalui jalur sutera itu. Sejak beberapa tahun dana investasi bernilai ratusan triliun Rupiah mengalir ke Xinjiang. Namun kemakmuran tersebut lebih banyak dinikmati bangsa Han ketimbang etnis lokal.
Foto: Reuters/T. Peter
Ketimpangan Berbuah Konflik
BBC menulis akar ketegangan antara bangsa Uighur dan etnis Han bersumber pada faktor ekonomi dan kultural. Perkembangan pesat di Xinjiang turut menjaring kaum berpendidikan dari seluruh Cina. Akibatnya etnis Han secara umum mendapat pekerjaan yang lebih baik dan mampu hidup lebih mapan. Ketimpangan tersebut memperparah sikap anti Cina di kalangan etnis Uighur. Ed.: Rizki Nugraha (bbg. sumber)
Foto: Getty Images
8 foto1 | 8
Daftar nama dari empat kamp tahanan?
Dokumen tersebut berupa tabel dalam format PDF setebal 137 halaman, yang memuat lebih dari 300 nama individu Uighur yang ditahan pada 2017 dan 2018. Semua kasus berasal dari kabupate Karakax di distrik Hotan di barat daya Xinjiang. Distrik ini memiliki populasi sekitar 650.000 orang. Di kawasan itu diperkirakan ada setidaknya lima kamp tahanan.
Dokumen itu tidak dibubuhi stempel atau tanda tangan resmi. DW menunjukkan dokumen itu kepada beberapa pakar budaya dan sejarah Uighur, yang semuanya menyatakan bahwa dokumen itu kemungkinan besar otentik. DW juga berbicara dengan dua warga Uighur yang anggota keluarganya muncul dalam daftar itu dan mereka membenarkan kebenaran nama itu.
Semua tahanan yang namanya tercatat dikirim ke salah satu dari empat kamp yang disebutkan dalam daftar. DW dapat memverifikasi dan menemukan dua kamp tahanan dengan menggunakan gambar-gambar satelit dan dokumen pemerintah yang bisa diakses publik, misalnya dalam penawaran tender proyek pemerintah. DW juga menemukan dua lokasi yang kemungkinan merupakan dua kamp tahanan lainnya. (hp/vlz)