1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Karantina Abadi Penyanyi Perempuan Iran 

30 April 2020

Buat penyanyi perempuan Iran, pembatasan sosial di tengah wabah corona bukan hal baru. Sejak 1979 mereka sudah dilarang tampil di depan publik dan terpaksa mencari suaka di balik tembok rumah.  

Iranische Musiker unter Quarantäne
Foto: Massy Ahadi

Sejak dua bulan Massy Ahadi sudah mengurung diri di rumah sendiri. “Saya rindu mengobrol dan bernyanyi bersama perempuan lain,“ kata penyanyi berusia 40 tahun itu kepada DW. 

“Pemerintah menghindari penggunaan kata karantina. Mereka meminta kami melakukan pembatasan sosial secara sukarela. Saya yakin mereka tidak memberlakukan larangan berpergian secara resmi supaya tidak perlu mengurus kebutuhan masyarakat ketika dikarantina,“ keluhnya. 

Serupa yang lain, dia merasa sendirian dalam menghadapi wabah corona. “Tidak ada satupun bantuan pemerintah untuk kami di Iran.“ 

Menyambung hidup lewat kursus online 

Sebab itu dia mencari uang dengan menawarkan kursus menyanyi untuk kaum perempuan. Mereka yang mampu membayar tarif sang penyanyi, biasanya tergolong kelas menengah dan atas di Iran. 

Sebagian besar murid yang berguru kepada Massy tidak berkeberatan jika harus mengikuti atau membayar kursus online. Namun kesetiaan para murid tidak lantas membuat kekhawatirannya mereda. Wabah yang merajalela bisa menyeret perekonomian Iran ke arah resesi. Dan Massy yang menawarkan jasa non-esensial itu, bisa turut kehilangan mata pencahariannya. 

Sejatinya Massy adalah penyanyi terkenal di Iran. Karyanya kebanyakan menginterpretasikan ulang musik-musik tradisional. Namun dia hanya bisa tampil jika semua audiens berjenis kelamin perempuan.  

Sejak Revolusi Islam melahirkan kekuasaan para Mullah di Iran pada tahun 1979, perempuan dilarang bernyanyi di depan publik. Tidak sedikit seniman-seniman besar yang lalu melarikan diri dari kampung halaman.  

Sebagian besar di antaranya berlabuh di Amerika Serikat dan kebanyakan berkumpul di Kalifornia. Di sana pula mereka membangun industri musik Farsi yang turut dinikmati kaum muda di Iran hingga saat ini. 

Larangan tampil 

“Kecintaan kaum muda kepada musik tradisional tidak menghilang,” kata Massy. “Saya melatih banyak perempuan muda berbakat yang gemar bernyanyi dengan gaya tradisional. Padahal mereka tahu tidak akan diperbolehkan bernyanyi di depan umum.“ 

Larangan tampil di depan publik sejak 40 tahun terakhir memaksa seniman perempuan Iran bersembunyi dan hanya tampil di pesta-pesta pribadi di dalam rumah, dengan audiens yang bisa dipercaya. 

Namun tindak represif pemerintah urung menyurutkan aktivisme seni perempuan Iran merawat musik tradisional. Parvaneh Khatereh, seorang penyanyi kawakan yang masih tampil di televisi pada dekade 1950an, misalnya mewariskan ilmunya kepada Massy Ahadi hingga meninggal dunia 2008 silam.  

Dan kini giliran Massy yang mencoba melatih generasi muda penyanyi perempuan Iran. Dia juga mendirikan grup orkestra perempuan bernama Mahna yang aktif hingga 2015. 

“Kami dulu sukses. Tapi proyek ini juga melelahkan dan membuat depresi. Kami harus mengurus izin untuk semua hal. Misalnya lagu-lagu kami harus direstui. Lirik-lirik lagunya tidak boleh mengandung kata-kata yang dilarang seperti ‘cium’ atau ‘peluk’. Pengunjung diperiksa setiap saat dan pemerintah tidak mengizinkan audiens membawa kamera.” 

Jalan keluar lewat internet 

Kalaupun Massy memenuhi semua persyaratan, penampilan solo seorang penyanyi perempuan tetap dilarang, meski digelar di depan audiens perempuan. Dia lalu mengundurkan diri dari Mahna dan mulai merekam lagu di studio sendiri. 

Kini Massy rajin mengunggah videonya di Youtube atau media sosial lainnya. “Saya ingin lebih beradaptasi. Tentu saja saya tahu saya melanggar aturan dan bisa mendapat masalah. Tapi saya ingin keluar dari karantina abadi ini.” 

Di saat wabah melanda, Massy Ahadi mulai bekerjasama dengan musisi lain menawarkan konser secara online dari rumah masing-masing. “Saya berharap ada sesuatu yang indah yang bisa dihasilkan,” kata dia. “Misalnya bekerjasama dengan musisi lain di luar Iran.” (rzn/vlz) 
  
 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait