Pria Rasis AS Yang Jadi Mualaf Bunuh Teman Sekamar
23 Mei 2017
Seorang pria muda asal Amerika Serikat yang beralih memeluk Islam setelah mendalami ideologi supremasi kulit putih dilaporkan membunuh dua teman sekamar lantaran dianggap menghina agama.
Iklan
Devon Arthurs yang berusia 18 tahun ditangkap pada Jumat (12/5) setelah mengakui telah membunuh dua rekan sekamarnya lantaran berselisih pendapat. Menyusul penyelidikan, polisi juga menangkap rekan sekamar ketiga setelah menemukan berbagai jenis bahan kimia untuk membuat bahan peledak di apartemen tersangka.
Arthur mengklaim membunuh dua rekan sekamarnya yang berusia 22 dan 18 tahun lantaran dianggap menista agama Islam. Menurut kepolisian, ketiga rekan sekamar tersangka merupakan simpatisan idologi Neo-Nazi. Arthur "murka oleh sentimen anti-muslim," dan aksi pemboman terhadap negara-negara muslim oleh Amerika Serikat, tulis polisi dalam laporannya seperti dilansir New York Post.
"Saya harus melakukannya," tuturnya kepada aparat. Tersangka melaporkan diri sendiri ke polisi setelah melakukan pembunuhan. Ketika ditanya apakah ada korban yang terluka, Arthur menjawab "mereka yang di apartemen. Tapi mereka tidak terluka. Mereka sudah mati."
Menentang Kejahatan Nazi
Kejahatan Nazi dan Hitler di Jerman pasti dikecam. Penggunaan simbol Nazi juga dilarang. Ini tampak pada warga Köln yang protes rasisme dan kejahatan neo Nazi yang menyerang warga keturunan asing dan sebabkan 22 cedera.
Foto: picture-alliance/dpa
Menentang Neonazi, Rasisme dan Diskriminasi
Sepuluh tahun lalu, tanggal 9 Juni, di jalan ini, Keupstraße di kota Köln terjadi serangan bom yang jelas bermotif rasisme. Pelakunya, gerakan neonazi bawah tanah NSU sedang disidang. Tahun ini di Keupstraße diadakan pesta kebudayaan besar-besaran selama tiga hari, untuk menunjukkan sikap menentang rasisme. Presiden Jerman Joachim Gauck juga hadir.
Foto: picture-alliance/dpa
Birlikte - Zusammenstehen
Di bawah moto "Birlikte - Zusammenstehen" (Birllikte-berdiri bersama) ikatan bernama sama yang terdiri dari sejumlah organisasi di Köln dan pemerintah kota mengadakan pesta kebudayaan. Acaranya antara lain konser musik, drama, tarian, film, kesusastraan dan diskusi antara selebriti dan rakyat biasa. Temanya: menentang rasisme dan ide-ide ekstrem kanan.
Foto: DWAndrea Grunau
22 Cedera
Tanggal 9 Juni 2004, menjelang pukul 4 sore, ledakan keras menggunjang Keupstraße di Köln. Paku yang ditempatkan dalam bom beterbangan dan melukai 22 orang, sebagian cedera parah. Polisi tidak menilai serangan itu berlatar belakang ekstrem kanan. Baru akhir 2011 jelas, bahwa organisasi teror "Nationalsozialistischer Untergrund" (NSU) bertanggungjawab atas serangan.
Foto: picture-alliance/dpa
Kejahatan NAZI dan Hitler
Nazi dan pemimpinnya Hitler menjunjung tinggi paham rasisme. Bagi mereka ras Aria adalah yang terbaik. Konsekuensinya, bagi mereka ras lain dianggap rendah. Secara sistematis Nazi mencari, menyiksa dan membunuh warga Yahudi di Eropa. Mereka diangkut dalam jumlah besar dalam kereta sempit (foto) ke kamp konsentrasi. Selain itu Nazi juga mendiskriminasi semua orang yang tidak berpandangan sama.
Foto: picture alliance / AP Photo
Pembebasan Kamp Konsentrasi
Ketika Jerman yang dikuasasi Nazi kalah Perang Dunia II, semua tahanan di kamp konsentrasi dibebaskan. Misalnya kamp konsentrasi Bergen-Belsen yang dibebaskan tentara Inggris (foto). Terdapat 1.000 kamp konsentrasi dan tujuh kamp pembantaian. Itu menjadi tempat pembunuhan jutaan orang, oposisi politik, juga tempat kerja paksa, percobaan medis pada manusia dan untuk menahan tawanan perang.
Foto: picture alliance/dpa
Presiden Jerman pada Peringatan di Köln
Tahun ini, di depan puluhan ribu warga di Keupstraße, Presiden Joachim Gauck hadir dalam peringatan puncak anti rasisme. Ia juga menyatakan penyesalan, bahwa keluarga korban sepuluh tahun lalu tidak mendapat dukungan sewajarnya, sebaliknya bahkan diduga terlibat kriminalitas yang menyebabkan serangan.
Foto: picture-alliance/dpa
Warga Penting Köln Ikut Serta
Warga Köln juga bisa melihat 'pahlawan lokal' kota mereka, yang menunjukkan sikap anti rasisme. Di samping kelompok musik terkenal seperti Höhner dan Bap, juga tampil beberapa pelawak.
Foto: picture-alliance/dpa
Pemusik dengan Pesan Jelas
Bastian Campmann dari band Kasalla yang menggunakan dialek Kölsch dalam lagu-lagunya menyatakan semua warga Köln sama, baik Jerman maupun Turki. Band dari daerah lain juga ikut serta, misalnya Die Fantastischen Vier dari Stuttgart. "Kita harus sering bangkit dan mengambil tindakan terhadap kekuatan ekstrem kanan", kata Smudo.
Foto: picture-alliance/dpa
8 foto1 | 8
Tersangka kini ditahan bukan cuma lantaran delik pembunuhan, tetapi juga "kepemilikan bahan peledak secara ilegal." Selain bahan kimia, polisi juga menemukan selongsong peluru kosong yang dilengkapi dengan pematik dan dapat digunakan untuk membuat bom. Tidak jelas apakah bom tersebut akan digunakan oleh Arthur atau rekan sekamarnya.
Dalam pengakuannya, Arthur menejelaskan dirinya baru memeluk Islam. Ia dan dua temannya dulu saling berbagi ideologi Neo-Nazi. Pengakuan tersebut diperkuat oleh buku propaganda Nazi dan poster pelaku pemboman Oklahoma, Timoty McVeigh, di kamar tersangka.
Menurut Biro Invesitgasi Federal, Arthur mengatakan, "dirinya mengetahui keterlibatan rekan sekamarnya dalam ruang diskusi di internet yang dikelola kaum Neo Nazi, di mana ia mengancam membunuh orang."
Inilah Wajah Islamofobia Barat
Mereka menunggangi dan bahkan ikut menggulirkan gelombang Islamofobia demi keuntungan politik. Celakanya, isu yang sama bisa menghantarkan mereka ke pucuk kekuasaan.
Foto: picture-alliance/Ralph Goldmann
Donald Trump
Boleh jadi tidak membenci Islam, tapi ia menunggangi gelombang Islamofobia pasca serangan teror di Paris dan penembakan massal di San Bernardino untuk mendongkrak dukungan politik jelang pemilu kepresidenan. Donald Trump juga pernah mengumbar bakal melarang umat Muslim memasuki Amerika Serikat, atas alasan keamanan.
Foto: Reuters/L. Nicholson
Marine Le Pen
Eropa sedang dihantui Le Pen dan kemenangan partainya Front National. Anggota parlemen Eropa ini gemar mengumbar isu anti Eropa dan imigran buat menjaring dukungan. 2010 silam Le Pen mencibir kaum Muslim yang melaksanakan ibadah sholat di jalan lantaran mesjid penuh. Menurutnya hal tersebut adalah sebuah pendudukan, serupa dengan pendudukan NAZI Jerman di era Perang Dunia II.
Foto: Reuters/P. Rossignol
Lutz Bachmann
Pendiri gerakan anti Islam Jerman, Pegida, ini tidak menyembunyikan kekagumannya pada sosok Adolf Hitler. Ia pernah memuat fotonya berseragam NAZI dengan model rambut dan kumis ala sang diktatur. Bachmann gemar menyulut sikap antipati pada Islam lewat media sosial. Terakhir ia menyerang sebuah peternakan karena menyediakan daging halal. "Kita di sini tidak ingin berurusan dengan Islam," tulisnya.
Foto: Reuters/F. Bensch
Geert Wilders
"Tidak ada yang namanya Islam moderat," tutur Geert Wilders. Sosoknya tidak asing lagi buat kaum Muslim. Pendiri Partai Kebebasan ini pernah mendesak agar Belanda melarang Al-Quran, serupa seperti buku Mein Kampf karangan Adolf Hitler. "Akar masalahnya adalah sifat Islam yang fasis, ideologi sakit tentang Allah dan Muhammad seperti yang terulis dalam Mein Kampf Islam: Al-Quran," tulis Wilders.
Foto: Reuters
Dansk Folkeparti
Tahun ini Partai Rakyat Denmark menjelma menjadi kekuatan politik terbesar kedua. Salah satu bintangnya adalah Morten Messerschmidt (gambar), yang gemar menyebut minoritas Muslim Eropa sebagai beban. Dari sederet program yang dijajakan Dansk Folkeparti, sebagian besarnya membidik Islam, antara lain menghentikan migrasi Muslim dan menyamakan Islam dan terorisme berkedok agama
Foto: picture-alliance/dpa
UKIP
Serupa seperti Dansk Folkeparti di Denmark dan Perussuomalaiset di Finnlandia, UK Independence Party alias UKIP mengakomodasi suara ekstrim kanan yang kerap membidik Islam. Salah seorang fungsionaris UKIP, John Kearney, misalnya pernah menyerukan kepada kaum Katholik agar "bersedia mati," demi menangkal dominasi Islam di dunia.