Sejak setahun lalu pemerintah India mencabut status khusus semi-otonomi Jammu dan Kashmir. DW mengkaji apa yang telah berubah di sana sejak saat itu.
Iklan
Setahun pasca pemerintah India mencabut status semi-otonom Jammu dan Kashmir, masyarakat di kawasan itu masih hidup di bawah pemberlakuan jam malam, penguncian wilayah dan pembatasan komunikasi. New Delhi mengatakan langkah-langkah itu diperlukan untuk menjaga keamanan di wilayah konflik tersebut.
Baru-baru ini, banyak keluarga dikurung di dalam rumah mereka akibat pandemi COVID-19. Pada pekan ini, pihak berwenang memberlakukan jam malam selama dua hari di Srinagar karena dikhawatirkan munculnya aksi protes dengan kekerasan. Tetapi kebijakan jam malam dicabut pada Selasa (04/08), setelah pemerintah kota memastikan tidak ada insiden besar.
Pemerintah India mendesak para politisi lokal untuk tetap berdiam di rumah dan meningkatkan keamanan di jalan-jalan kota utama Kashmir, Srinagar pada hari Rabu (05/08) untuk mencegah aksi unjuk rasa pada hari peringatan pencabutan otonomi daerah Himalaya itu oleh pemerintah di New Delhi.
Kashmir, Negeri Indah Penuh Bahaya
Penyair menyebut Kashmir sebagai salah satu tempat paling indah di dunia. Para pengamat menganggapnya sebagai salah satu wilayah paling berbahaya di dunia.
Foto: M.Davari
Multibudaya
Kashmir terkenal dengan keanekaragaman budaya dan bahasanya. Lembah Kashmir dihuni mayoritas warga Muslim, sementara Jammu didominasi oleh warga Hindu dan Ladakh berpenduduk mayoritas penganut Buddha. Namun kekerasan yang kerap terjadi telah merusak tatanan masyarakat di wilayah ini.
Foto: picture-alliance/Arcaid
Safron
Kashmir juga terkenal sebagai produsen safron. Setelah Iran dan Spanyol, India merupakan pengekspor terbesar ke-tiga dunia bumbu ini.
Foto: imago/Xinhua
Swiss di Timur
Padang rumput dengan bunga-bunga yang indah banyak dijumpai di Kashmir, juga puncak-puncak gunung yang diselimuti salju. Kashmir kerap dijuluki sebagai Swiss di Timur. Tahun 2014, sekitar 1,1 juta wisatawan mengunjungi Jammu dan Kashmir.
Foto: picture-alliance/dpa
Salju Putih di Kashmir
Di musim dingin, warna putih lah yang mendominasi di Kashmir. Banyak tempat bisa menjadi lokasi sempurna bagi olahraga musim dingin. Sayangnya infrastruktur tidak memadai. Selain itu, kelompok Islam radikal kerap lancarkan aksi kekerasan.
Foto: UNI
Sumber Air
Mata air yang berada di Himalaya bagian Kashmir merupakan sumber air bagi lebih dari 20 sungai, diantaranya Indus, Neelum dan Ravi. Sungai-sungai ini mengalir dari India melewati Pakistan.
Foto: UNI
Kayu
Kashmir juga dikenal sebagai produsen dedalu, kayu yang dianggap sebagai yang paling baik untuk membuat pemukul cricket. Kayu jenis ini juga dipakai untuk membuat perahu.
Foto: picture alliance/NurPhoto/Y. Nazir
Sufisme
Sufisme masuk ke Kashmir pada abad ke-16. Banyak dari orang-orang suci yang diagungkan warga Kashmir adalah tokoh-tokoh sufi. Juga para penyanyi sufi, seperti Abida Parveen (foto), diidolakan di Kashmir.
Foto: AP
Di Layar Perak
Di tahun 80an, Kashmir merupakan lokasi favorit bagi industri film India. Masa itu merupakan zaman keemasan Kashmir. Namun kini lembah Kashmir menjadi saksi dari kekerasan yang muncul hampir setiap hari. Saat ini, Kashmir hanya dipakai sebagai lokasi syuting dari satu atau dua film India setiap tahunnya.
Foto: picture-alliance/dpa
Bertempur di Awan
Konflik Kashmir antara India dan Pakistan berlangsung sejak 1948 dan hingga kini tidak terlihat adanya titik penyelesaian. Konflik ini selain telah menghabiskan banyak biaya, juga korban tewas di kedua belah pihak. Tahun 1984, berkecamuk perang di Siachen. Perang yang menewakan lebih dari 4000 orang ini merupakan perang di front paling tinggi dalam sejarah (5.753 meter).
Foto: dapd
9 foto1 | 9
Banyak warga Kashmir menganggap kebijakan itu sebagai bagian dari kampanye penindasan sistematis dari pemerintah nasionalis Hindu India.
Pemerintah India melucuti Jammu dan Kashmir, satu-satunya negara dengan mayoritas Muslim dari hak-hak istimewanya pada tanggal 5 Agustus tahun lalu dan dibagi menjadi dua wilayah yang dikelola pemerintah federal dari Perdana Menteri Narendra Modi, dengan argumen untuk mendekatkan kawasan itu ke bagian lain dan memacu perkembangannya.
Kashmir diklaim sepenuhnya oleh India dan Pakistan, yang telah berperang dua kali untukklaim kawasan itu, dan keduanya menguasai sebagian wilayah Kashmir. Bagian India, yang telah menikmati otonomi selama beberapa dekade, telah diganggu oleh kekerasan separatis sejak akhir 1980-an. Perubahan status di bagian India, yang ditolak sebagian besar warga Kashmir, disertai dengan pemadaman komunikasi, pembatasan yang meluas dan penahanan massal, termasuk para pemimpin terpilih.
Kelumpuhan politik
Politisi muda dari Partai Demokrasi Rakyat (PDP) Kashmir, Waheed Ahmad Para ditahan selama enam bulan akibat protes kerasnya menentang langkah New Delhi. Selain Para, mantan menteri utama Jammu dan Kashmir, Mehbooba Mufti dan Omar Abdullah juga ikut ditahan.
Penahanan mereka dilakukan di bawah Undang-Undang Keamanan Publik India (PSA), yang memungkinkan seseoarng ditahan hingga satu tahun ke depan tanpa jaminan atau proses pengadilan.
Kelompok Warga Peduli, sebuah organisasi aktivis yang dipimpin oleh mantan Menteri Keuangan India Yashwant Sinha menuntut pembebasan para politisi Kashmir itu.
"Kami menemukan bahwa tindakan New Delhi telah menyebabkan kejutan, trauma, dan penghinaan di antara penduduk setempat [di Kashmir]. Kemarahan yang membara atas ketidakberdayaan mereka tetap ada," kata Sinha kepada DW.
Berbicara kepada DW, Para menggambarkan penahanan itu sebagai "penghinaan pribadi," dan mengatakan penindasan pemerintah India terhadap para pemimpin lokal mengakibatkan "kelumpuhan politik" di wilayah tersebut.
"Banyak yang terjadi dan kami tidak dapat melakukan apa-apa, berbicara atau menentang," katanya di Srinagar, menambahkan bahwa Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa di India tidak memiliki banyak dukungan politik di Kashmir.
Perekonomian yang anjlok
Perdana Menteri India Narendra Modi menegaskan bahwa pencabutan status khusus diperlukan untuk menghentikan konflik dan meningkatkan pembangunan ekonomi di Kashmir.
Meskipun New Delhi mengklaim kemajuan ekonomi telah terjadi di Kashmir selama setahun terakhir, Sheikh Ashiq, Presiden Kamar Dagang dan Industri Kashmir, mengatakan kepada DW bahwa wilayah tersebut mengalami kerugian senilai lebih dari € 4,5 miliar (Rp 77,5 triliun) selama setahun lalu.
"Jumlah ini adalah perkiraan kasar kami. Satu demi satu penguncian wilayah telah menyebabkan hampir 500.000 orang menganggur, yang merupakan kekhawatiran terbesar kami. Kami berada pada titik di mana kami tidak memiliki kapasitas keuangan sekarang," kata Sheikh, menambahkan krisis ekonomi separah itu belum pernah terjadi sebelumnya.
"Ada keresahan di masa lalu juga, tetapi situasi ini aneh. Kami telah mencapai titik di mana kami benar-benar hancur," katanya.
Para juga berbagi pandangan yang serupa. "Selama setahun terakhir tidak ada pembangunan, tidak ada kegiatan ekonomi, tidak ada pariwisata," katanya. "Kamu tidak akan pernah bisa memenangkan dukungan populasi dengan menahan dan mengalahkan mereka."
Sementara itu, pasukan militer telah meningkatkan operasi kontra-pemberontakan dalam beberapa bulan terakhir. Bentrokan pada paruh pertama tahun ini saja, telah menewaskan 229 orang, termasuk 32 warga sipil, lapor kantor berita AFP. 283 orang yang terbunuh pada tahun 2019 merupakan jumlah korban tertinggi selama satu dekade.
Namun, seorang pejabat senior di Pasukan Keamanan Perbatasan India, yang ingin tetap anonim, mengatakan kepada DW bahwa situasi keamanan di wilayah itu "lebih baik dari sebelumnya," dengan mengutip data penurunan jumlah pemuda lokal yang bergabung dengan kelompok ekstrimis pro-separatisme. (ha/as)
Derita Warga Kashmir Akibat Konflik Politik India-Pakistan
India dan Pakistan terus berseteru karena Kashmir, wilayah bergejolak yang telah dilanda pemberontakan bersenjata selama hampir tiga dekade. Banyak warga Kashmir yang sudah muak dengan Islamabad dan New Delhi.
Foto: Getty Images/AFP/T. Mustafa
Bahaya yang belum pernah ada sebelumnya?
Pada tanggal 27 Februari 2019, militer Pakistan mengatakan bahwa mereka telah menembak jatuh dua jet tempur India. Seorang juru bicara militer Pakistan mengatakan jet itu ditembak jatuh setelah mereka memasuki wilayah udara Pakistan. Ini adalah pertama kalinya dalam sejarah, di mana dua negara, yang memiliki senjata nuklir melakukan serangan udara terhadap satu sama lain.
Foto: Reuters/D. Ismail
India menjatuhkan bom di Pakistan
Militer Pakistan merilis gambar ini untuk menunjukkan bahwa pesawat tempur India menyerang wilayah Pakistan untuk pertama kalinya sejak kedua negara terlibat perang tahun 1971. India mengatakan serangan udara itu sebagai tanggapan terhadap serangan bom bunuh diri baru-baru ini terhadap pasukan India yang berbasis di Jammu dan Kashmir.
Foto: AFP/ISPR
Militer bukan solusi
Warga sipil India percaya bahwa pemerintah India tidak dapat membebaskan dirinya dari tanggung jawab dengan menuduh Islamabad menciptakan kerusuhan di lembah Kashmir. Sejumlah organisasi HAM menuntut agar pemerintahan Narendra Modi mengurangi jumlah pasukan di Kashmir dan membiarkan rakyat menentukan nasib mereka.
Foto: Getty Images/AFP/T. Mustafa
Kekerasan tiada akhir
Pada 14 Februari 2019, setidaknya 41 polisi paramiliter India tewas dalam serangan bom bunuh diri di wilayah Kashmir yang dikuasai India. Kelompok militan yang berbasis di Pakistan, Jaish-e-Mohammad, mengaku bertanggung jawab. Serangan itu meningkatkan ketegangan dan memicu kekhawatiran konfrontasi bersenjata antara dua negara yang memiliki kekuatan senjata nuklir.
Foto: IANS
Konflik yang pahit
Sejak tahun 1989, gerilyawan Muslim telah memerangi pasukan India di bagian Kashmir yang dikelola India. Wilayah ini berpenduduk 2 juta orang, dan sekitar 70 persen di antaranya adalah Muslim. Dua dari tiga perang antara India dan Pakistan sejak kemerdekaan tahun 1947 adalah karena sengketa wilayah Kashmir.
India menumpas pemberontakan militan
Pada Oktober 2016, militer India melancarkan serangan terhadap pemberontak bersenjata di Kashmir, yang mengepung sedikitnya 20 desa di distrik Shopian. New Delhi menuduh Islamabad mendukung militan, yang melintasi "Line of Control" Pakistan-India dan menyerang pasukan paramiliter India.
Foto: picture alliance/AP Photo/C. Anand
Kematian seorang separatis Kashmir
Situasi keamanan di Kashmir bagian India memburuk setelah peristiwa pembunuhan Burhan Wani, seorang pemimpin muda gerakan separatis Kashmir pada Juli 2016. Protes terhadap pemerintahan India dan bentrokan antara separatis dan tentara telah merenggut ratusan nyawa sejak saat itu.
Foto: Reuters/D. Ismail
Serangan Uri
Pada September 2016, militan Muslim membunuh setidaknya 17 tentara India dan melukai 30 lainnya di Kashmir India. Tentara India mengatakan para pemberontak telah menyusup ke bagian Kashmir India dari Pakistan. Investigasi awal menunjukkan bahwa gerilyawan itu adalah anggota kelompok Jaish-e-Mohammad yang bermarkas di Pakistan, yang telah aktif di Kashmir selama lebih dari satu dekade.
Foto: UNI
Pelanggaran HAM
Pihak berwenang India memblokir sejumlah situs media sosial di Kashmir setelah video yang menunjukkan pasukan India melakukan pelanggaran HAM berat menjadi viral di internet. Video-video itu menimbulkan kemarahan di media sosial. Salah satu video menunjukkan pemrotes Kashmir diikat pada jip tentara India, diduga digunakan sebagai tameng hidup.
Foto: Getty Images/AFP/
Demiliterisasi Kashmir
Mereka yang mendukung Kashmir untuk merdeka ingin Pakistan dan India membiarkan rakyat Kashmir menentukan masa depan mereka. "Sudah saatnya India dan Pakistan menarik pasukan mereka dari wilayah yang mereka kendalikan dan mengadakan referendum yang diawasi secara internasional," kata Toqeer Gilani, Presiden Front Pembebasan Jammu dan Kashmir, kepada DW.
Foto: picture-alliance/dpa/J. Singh
Tidak ada peluang untuk memisahkan diri
Sebagian besar pengamat Kashmir tidak melihat Kashmir merdeka dalam waktu dekat. Mereka mengatakan, meskipun sebagian strategi keras yang digunakan India untuk berurusan dengan militan dan separatis di Kashmir telah berhasil, cepat atau lambat New Delhi harus menemukan solusi politik untuk krisis ini. Perpisahan Kashmir, kata mereka, bukan bagian dari solusi. (Teks: Shamil Shams. Ed.: na/ap)