Ratusan warga mendatangi sekretariat Ahmadiyah di provinsi Bangka-Belitung dan menuntut mereka enyah. Sekda Bangka Belitung sebelumnya menulis surat resmi pengusiran Ahmadiyah dengan batas waktu sampai 14 Desember 2015.
Iklan
Hari Minggu, 24 Januari lalu, ratusan warga mendatangi Sekretariat Ahmadiyah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di Kelurahan Srimenanti, Sungailiat, Kabupaten Bangka. Mereka ingin mengusir paksa warga Ahmadiyah yang berada di wilayah itu.
Tapi aparat keamanan, dibantu Satpol PP dilaporkan berhasil mencegah massa melakukan aksi-aksi kekerasan.
Intoleransi yang makin mencuat di wilayah Indonesia belakangan makin menguatirkan para aktivis hak asasi dan demokrasi. Tekanan terhadap penganut Ahmadiyah memang sudah lama berlangsung, dan didukung oleh berbagai organisasi besar Islam di Indonesia.
Aksi massa tehradap warga Ahamadiyah di Bangka-Belitung adalah insiden terbaru dalam serangkaian serabngan terhadap kelompok minoritas itu. Bahkan beberapa tahun lalu, warga Ahmadiyah ada yang dibakar hidup-hidup, tanpa ada pencegahan aparat keamanan. Pelakunya hanya dijatuhi sanksi beberapa bulan penjara.
Masalahnya, represi terhadap kelompok minoritas sering didukung oleh aparat pemerintahan setempat. Selain itu, organisasi besar Islam juga ada yang menyetujuinya. Kelompok-kelompok radikal Islam seperti Front Pembela Islam (FPI), termasuk yang paling getol mengeluarkan ancaman kekerasan kepada warga Ahmadiyah, tanpa terjamah oleh hukum.
"Orang Ahmadiyah juga punya hak untuk hidup di Bangka," kata Fery Insani, seorang pejabat senior di pemerintah daerah kepada kantor berita Reuters, sambil menegaskan: "Tapi mereka dilarang melakukan kegiatan seperti menyebarkan kepercayaan mereka."
Baru-baru ini, kelompok yang menamakan diri Gafatar juga mengalami kekerasan dari penduduk setempat di Kalimantan Barat. Rumah-rumah mereka dibakar dan mereka diusir (foto artikel). Aparat keamanan tidak melakukan pencegahan dan juga tidak langsung melakukan penyidikan.
Sebelumnya, berbagai organisasi dan tokoh agama Islam memang sudah menyatakan bahwa kelompok Gafatar menyimpang dari ajaran agama dan patut dilarang.
Sekitar 1.000 orang harus dievakuasi dari wilayah tempat mereka tinggal, setelah rumah-rumah mereka dibakar habis dan keselamatan mereka terancam. Gafatar digambarkan banyak media lokal sebagai kelompok radikal dan berbahaya.
Anggota komunitas Ahmadiyah di Bangka sudah memrotes intimidasi dan pengusiran terhadap mereka. Tapi ancaman kekerasan tetap ada.
"Kami berharap polisi dapat menjamin keamanan bagi masyarakat Ahmadiyah di Bangka dan pemerintah daerah mau menjamin hak-hak kami sebagai warga negara," kata Yendra Budiana, juru bicara Komunitas Ahmadiyah Indonesia di Jakarta.
Beberapa waktu lalu, ratusan warga muslim juga dilaporkan memaksa pemerintah daerah untuk meruntuhkan beberapa gereja di provinsi Aceh akhir tahun lalu. Mereka mengklaim bangunan-bangunan itu tidak punya izin bangunan. Kelompok hak asasi manusia dan kalangan aktivis sudah lama mengajukan protes atas intoleransi yang makin meluas di Indonesia.
Toleransi Beragama di Jerman
Toleransi beragama semakin digalakkan di Jerman. Itu diwujudkan antara lain dengan perayaan religi bersama, pelajaran agama Islam di sekolah-sekolah, juga aktivitas kebudayaan lain.
Foto: picture-alliance/ZB
Merasa Anggota Masyarakat
Seorang perempuan muslim di Jerman mengenakan sebagai hijab sehelai bendera Jerman, yang berwarna hitam, merah, emas untuk menunjukkan keanggotaannya dalam masyarakat Jerman.
Foto: picture-alliance/dpa
Poetry Slam Antar Agama
Perlombaan ini digelar 17 Agustus 2013 di Berlin. Pesertanya : penulis puisi dari kelompok agama Islam, Yahudi dan Kristen. Mereka membacakan sendiri karyanya. Pelaksananya yayasan Jerman, Friedrich Ebert Stiftung.
Foto: Arne List
Jurusan Teologi Yahudi
Jurusan ini diresmikan 19 November 2013 di Universitas Potsdam. Pada semester pertama, jurusan yang berakhir dengan gelar Bachelor ini memiliki mahasiswa 47 orang dari 11 negara. Jurusan ini juga terbuka bagi orang non-Yahudi, yang berniat mempelajari teologi Yahudi.
Foto: picture-alliance/dpa
Hari "Open Door" Mesjid 2013
"Tag der offenen Moschee" diadakan setiap tahun di Jerman, pada tanggal penyatuan Jerman, 3 Oktober. Pelaksanaannya dikoordinir berbagai perhimpunan Islam di Jerman. Lebih dari 1.000 mesjid di Jerman menawarkan ceramah, pameran, brosur informasi dan acara pertemuan serta tur di dalam mesjid. Setiap tahun lebih dari 100.000 warga menggunakan kesempatan untuk lebih mengenal Islam itu.
Foto: DW/R. Najmi
Mencari Informasi dan Berkenalan
Pengunjung pada hari "open door" di Mesjid Sehitlik, Berlin. Sebanyak 18 mesjid di Berlin, setiap tanggal 3 Oktober membuka pintunya bagi semua orang.
Foto: picture-alliance/dpa
Saling Menerima
Suster dari tiga ordo Katolik mengunjungi mesjid Yavuz Sultan Selim di Mannheim, pada "Hari Katolik" ke-98, tanggal 17 Mei 2012. Bertepatan dengan Hari Katolik tersebut, mesjid Yavuz Sultan Selim mengadakan hari pembukaan pintu.
Foto: picture-alliance/dpa
Pelajaran Agama Islam di Sekolah Jerman
Guru Merdan Günes berdiri bersama murid-murid di sekolah dasar kota Ludwigshafen-Pfingstweide, pada pelajaran agama Islam. Foto dibuat 09.12.2010. Pelajaran agama Islam mulai dilaksanakan di sebuah sekolah di negara bagian Rheinland Pfalz sejak tahun ajaran 2003/2004, dan sejak itu semakin diperluas.
Foto: picture-alliance/dpa
Belajar Toleransi
Guru Bülent Senkaragoz dalam pelajaran agama Islam di sekolah Geistschule di kota Münster. Foto dibuat 25/11/2011. Senkaragoz mengatakan, "Tugas saya bukan mengajarkan kepada murid, bagaimana cara sembahyang yang benar bagi seorang Muslim." Murid-murid di sini belajar tentang pentingnya toleransi. Pelajaran agama Islam dimulai di negara bagian Nordrhein Westfalen sejak 1999.
Foto: picture-alliance/dpa
"Mein Islambuch"
"Mein Islambuch“ (buku pelajaran Islam saya). Ini adalah buku pelajaran agama Islam baru untuk sekolah dasar. Ditulis oleh Serap Erkan, Evelin Lubig-Fohsel, Gül Solgun-Kaps dan Bülent Ucar. Di sebagian besar negara bagian yang dulu termasuk Jerman Barat, pelajaran agama Islam sudah termasuk kurikulum sekolah.
Berjalan Bersama
Buku pelajaran lain berjudul "Miteinander auf dem Weg" (bersama dalam perjalanan). Tokoh utama dalam buku itu hidup di dalam masyarakat, di mana pemeluk agama Kristen, Yahudi dan Islam hidup bersama dengan hak-hak sama. Seperti tampak pada salah satu ilustrasinya.
Foto: Ernst Klett Verlag GmbH, Stuttgart/Liliane Oser
Guru Agama Islam Orang Jerman
Annett Abdel-Rahman adalah guru pelajaran agama Islam di sekolah tiga agama di Osnabrück. Guru perempuan ini mengenakan jilbab, sementara rekannya yang Yahudi memakai kippah. "Bagi saya penting untuk memaparkan persamaan agama-agama Samawi kepada para murid," kata Annett Abdel-Rahman.
Foto: DW
Buka Puasa Bersama
Sebelum buka puasa bersama, para tamu membeli makanan dan manisan khas Turki, di Lapangan Kennedy di kota Essen. Dalam kesempatan ini umat berbagai agam bisa menikmati makanan bersama. Selama bulan puasa, hingga 500 orang, terdiri dari warga muslim dan non muslim datang ke tenda besar di lapangan tersebut.
Foto: picture-alliance/dpa
Sama-Sama Warga Kota
Di bawah moto ”Wir sind Duisburg” (kitalah Duisburg), penduduk sekitar rumah tempat tinggal warga Roma di kota Duisburg dan sejumlah ikatan masyarakat serta persatuan warga Roma mengundang imigran untuk bersama-sama menyantap sarapan.
Foto: DW/C. Stefanescu
Pekan Antar Budaya
Seorang perempuan Senegal berdiri di lapangan pusat kota Halle an der Saale, di sebelah gambar gedung pemerintahan Rusia, Kremlin. Dalam "Interkulturellen Woche Sachsen-Anhalt" diadakan berbagai pesta, pameran, ceramah di negara bagian itu. Tujuannya mengembangkan toleransi bagi warga asing dan pengungsi. Pekan budaya ini adalah inisiatif gereja Jerman, dan diadakan akhir September setiap tahun.