1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

Benarkah Cina Nyaris Menangkan Perang Lawan Corona?

7 Mei 2020

Di Cina, angka kematian nol dalam tiga pekan terakhir dan hanya ada dua kasus baru terkait virus corona. Sementara angka pertumbuhan ekspor mulai meningkat.

Cina nyaris menangkan perang lawan Corona
Di Cina, angka kematian nol dalam tiga pekan terakhir dan hanya ada dua kasus baru terkait virus corona. Sementara angka pertumbuhan ekspor mulai meningkat.Foto: Reuters/China Daily

Pemerintah Cina mengumumkan negaranya sekarang berisiko virus corona rendah. Kasus-kasus baru corona  hampir nol dan tidak ada angka kematian baru COVID-19 yang dilaporkan dalam kurun waktu lebih dari tiga minggu. 

Kawasan terakhir di Cina yang diturunkan dari risiko tinggi ke rendah adalah kawasan Linkou, di luar kota Mudanjiang, di provinsi Heilongjiang yang berbatasan dengan Rusia. Pihak berwenang menutup rumah sakit lapangan darurat di wilayah tersebut. Penutupan perbatasan dan pembatasan jarak fisik  yang ketat tampaknya telah menurunkan angka kasus baru menjadi nol, demikian dilaporkan Associated Press. 

Badan Kesehatan Nasional Cina pada hari Kamis (07/05) melaporkan hanya dua kasus virus corona baru. Kedua pasien itu datang dari luar negeri. Sementara masih ada 295 orang yang tetap dirawat di rumah sakit di Cina akibat virus COVID-19. 884 orang lainnya yang terinfeksi berada di bawah isolasi dan keberadaannya dalam pemantauan. Baik kasus yang dicurigai atau telah dites dengan hasil positif sementara tidak menunjukkan gejala. 

Secara total, Cina telah melaporkan 4.633 kematian di antara 82.885 kasus positif virus corona yang diyakini berasal dari pusat kota industri Wuhan akhir tahun lalu sebelum menyebar ke seluruh dunia. 

Ekspor meningkat, impor menurun 

Dilansir dari Reuters, untuk pertama kalinya tahun ini, angka pertumbuhan ekspor Cina secara tak terduga naik pada bulan April. Peningkatan itu diduga karena pabrik-pabrik berpacu untuk mengejar kerugian selama wabah corona. Namun Cina mengalami  

penurunan impor sebesar dua digit yang menandakan lebih banyak masalah di masa depan, di mana ekonomi global diperkirakan tenggelam ke dalam resesi. 

Prospek perdagangan masih suram karena perekonomian utama tetap dalam cengkeraman pandemi di tengah meningkatnya infeksi dan jumlah orang yang meninggal. Runtuhnya permintaan global dan meningkatnya angka pengangguran kemungkinan membatalkan permintaan atas barang-barang Cina selama beberapa bulan mendatang. 

Bantuan ke negara lain 

Cina menyatakan telah memberi  bantuan ke negara-negara yang dilanda krisis 

corona.  Bantuan langsung pemerintahan di Beijing itu dibagikan kepada 150 negara, termasuk berupa jutaan alat uji  virus.`Virus tidak mengenal batas. Persatuan dan kerja sama adalah senjata paling ampuh masyarakat internasional untuk mengalahkan epidemi,'' demikian disampaikan kementerian luar negeri dalam sebuah pernyataan kepada  Associated Press. 

Disampaikan lebih lanjut, Cina telah menyediakan bantuan sesuai kemampuannya, termasuk, 3,3 juta alat uji, 2,6 juta alat pelindung diri untuk petugas medis, 53 juta masker dan 729 ventilator. 

Sementara itu Korea Selatan yang krisis coronanya juga mereda akan membagikan setengah juta masker bagi para veteran Amerika Serikat dari Perang Korea, sebagi upaya membantu negara lain yang masih krisis. 

Pusat Pengendalian Penyakit Korea Selatan melaporkan di negaranya kini ada empat kasus infeksi baru dan tambahan satu orang yang meninggal dunia. Dengan demikian Korsel mencatat 10.810 kasus corona di negaranya dengan 254 angka kematian.  

Pada bulan Maret, Korea Selatan masih melarang  ekspor masker dan menyalurkannya untuk kebutuhan domestik. Namun kini mereka menganggap pasokan masker telah stabil.   

Maskapai terbesar Korea Selatan juga akan melanjutkan beberapa penerbangan bulan depan untuk memperluas transportasi kargo dan mempersiapkan diri untuk mengangkut penumpang. Korean Air mengatakan mereka akan hanya mengoperasikan 32 dari 110 rute internasionalnya di bulan Juni. 

Bagaimana dengan Singapura dan Sri Lanka? 

Jumlah orang yang terinfeksi virus corona di Singapura melewati angka 20.000: Associated Press melaporkan,  banyak pekerja asing yang tinggal di Singapura, di asrama penuh sesak. Dilaporkan ada 788 kasus infeksi baru yang menambah total kasus di negara itu mencapai  20.198. 90% dari kasus tersebut menimpa pekerja asing tinggal di asrama.  

Namun demikian, Singapura akan mengizinkan bisnis tertentu beroperasi mulai 12 Mei dalam pelonggaran bertahap atas pembatasan yang berlangsung dua bulan dan akan berakhir 1 Juni. 

Sementara itu, Sri Lanka kembali memberlakukan jam malam karena jumlah orang yang terinfeksi meningkat. Terdapat 797 pasien COVID 19 di Sri Lanka, termasuk sembilan angka kematian. Lebih dari setengahnya dilaporkan setelah tanggal 22 April: Sebagian pasien adalah pelaut angkatan laut atau berkontak dekat dengan mereka. 

 

ap/vlz (ap/reuters)