1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Sosial

California Kembali Tutup Kegiatan Bisnis dan Sekolah

14 Juli 2020

Gubernur California umumkan penutupan kembali kegiatan bisnis di wilayahnya setelah terdapat lonjakan hampir 50 persen kasus COVID-19 dua pekan terakhir. WHO ingatkan negara-negara agar tak salah arah tangani corona.

Restoran di California ditutup
Foto: picture-alliance/ZUMAPRESS/Zuma Wire/J. Connelly

Gubernur Calfornia, Gavin Newsom, mengumumkan ditutupnya aktivitas dalam ruangan di restoran, bar, kebun binatang, museum, bioskop, setelah dilaporkan terdapat lonjakan kasus COVID-19 di sana pada Senin (13/07). Gym, gereja, dan salon di seluruh wilayah California juga ditutup kembali.

Sebelumnya, kegiatan perekonomian di Califronia kembali dibuka pada Mei lalu. Newsom menyebut pembukaan dan penutupan akan bersifat situasional mengikuti perkembagan kasus COVID-19 di sana.

“Adalah kewajiban bagi kita untuk menyadari bahwa COVID-19 tidak akan pergi dalam waktu dekat, sampai ada vaksin dan atau pengobatan yang efektif,” ujar Newsom dalam konferensi persnya dikutip dari Reuters.

Di hari yang sama, dua distrik terbesar Califronia yakni Los Angeles dan San Diego juga mengumumkan bahwa kegiatan belajar mengajar siswa akan tetap dilanjutkan secara daring meski pemerintah telah mengizinkan untuk membuka kembali sekolah pada musim gugur mendatang. Jika ditotal, terdapat 706 ribu siswa dan 88 ribu pekerja di kedua distrik tersebut.

Serikat guru Los Angeles pun mengapresiasi kebijakan tersebut.

“Dalam menghadapi lonjakan kasus COVID-19, kurangnya dana bantuan dari pemerintah untuk membuka sekolah secara aman dan ancaman kematian yang muncul kepada para pekerja, benar-benar tidak ada pilihan lain untuk tidak menempatkan ribuan nyawa dalam bahaya,“ demikian bunyi pernyataan serikat guru Los Angeles.

California bersama Florida, Arizona, dan Texas, jadi episentrum virus corona di AS. Sedikitnya 329 ribu kasus COVID-19 dan lebih dari 7 ribu kasus kematian tercata di California. Dalam dua pekan terkahir kasus positif dilaporkan meningkat 47 persen dan jumlah pasien yang dirawat di rumah sakit juga melonjak 28 persen.

Peringatan WHO

Hingga Selasa (14/07), berdasarkan data John Hopkins University, terdapat lebih dari 13 juta kasus COVID-19 di seluruh dunia. Dalam waktu lima hari terakhir bahkan terdapat tambahan satu juta kasus positif.

Dalam rentang setengah tahun, lebih dari setengah juta orang di dunia meninggal karena penyakit yang disebabkan virus SARS-CoV-2 ini. Direktur Jenderal Badan Kesehatan Dunia WHO, Thedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan tidak akan ada lagi “normal lama” di masa mendatang, terlebih jika langkah-langkah pencegahan diabaikan.

“Biarkan saya berterus terang, terlalu banyak negara menuju ke arah yang salah, virus tetap menjadi musuh utama masyarakat nomor satu,” ujar  Thedros dalam konferensi pers virtualnya di kantor pusat WHO, di Jenewa.

“Jika dasar-dasarnya tidak dipatuhi, pandemi ini akan terus berlanjut, itu akan jadi buruk dan semakin memburuk. Namun, tidak harus seperti ini,” lanjutnya.

Amerika Serikat jadi negara dengan kasus COVID-19 terbanyak di dunia dengan mencatat lebih dari 3,3 juta kasus, disusul Brasil dengan lebih dari 1,8 juta kasus. Direktur Eksekutif Program Kedaruratan WHO Mike Ryan mengatakan bahwa beberapa wilayah di AS harus menerapkan lockdown untuk menekan laju penyebaran virus corona.

Ryan juga menyampaikan dua anggota WHO yang saat ini berada di Cina untuk menyelidiki asal mula virus corona di Wuhan tengah menjalani prosedur karantina sebelum mereka memulai penyelidikan bersama ilmuwan setempat. rap/ha (Reuters)