1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Otomotif dan MobilitasKorea Selatan

Kasus Kebakaran Baterai, Warga Korsel Takut Beli EV

20 Agustus 2024

Beberapa kebakaran kendaraan listrik akibat baterai di Korea Selatan telah menurunkan penjualan di negara itu. Produsen mobil merespons dengan menurunkan harga mobil listrik dan berusaha meredakan kekhawatiran konsumen.

Petugas dari kepolisian, pemadam kebakaran, Badan Forensik Nasional, dan Mercedes-Benz melakukan pemeriksaan forensik gabungan kedua terhadap mobil listrik yang terbakar di tempat parkir bawah tanah sebuah kompleks apartemen pada 1 Agustus di Incheon, Korea Selatan
Penyelidik negara dan swasta telah memeriksa sisa-sisa sebuah Mercedes EV yang terbakar di garasi bawah tanah di IncheonFoto: Yonhap/REUTERS

Serangkaian kebakaran mobil yang menjadi sorotan di Korea Selatan telah memicu ketidakpercayaan terhadap kendaraan listrik (EV), yang oleh media lokal disebut sebagai "EV-phobia."

Pejabat Korea Selatan mengadakan pertemuan pada minggu lalu untuk membahas keselamatan kendaraan dan meminta semua produsen mobil untuk meningkatkan transparansi serta mencantumkan nama pemasok baterai mereka.

Pada 1 Agustus, sebuah mobil listrik Mercedes-Benz terbakar di tempat parkir bawah tanah di sebuah kompleks apartemen di Kota Incheon. Pemadam kebakaran membutuhkan waktu lebih dari delapan jam untuk memadamkan kobaran api. Setidaknya 23 orang memerlukan perawatan di rumah sakit, sekitar 140 kendaraan rusak, dan 1.600 rumah terkena dampak pemadaman listrik dan air selama seminggu.

Dalam insiden terpisah beberapa hari kemudian, sebuah Kia EV6 terbakar di menara parkir di Provinsi Chungcheong Selatan, dengan kobaran api berlangsung lebih dari 90 menit sebelum akhirnya bisa dipadamkan.

Penyebab kedua kebakaran tersebut diyakini adalah baterai kendaraan.

Menurut Badan Pemadam Kebakaran Nasional Korea Selatan, terdapat 72 kebakaran terkait EV pada 2023, naik dari 24 pada 2021. Dari 130 insiden yang dilaporkan dalam tiga tahun terakhir, 68 kendaraan terbakar saat mesinnya menyala, 36 saat diparkir, dan 26 saat sedang diisi daya.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru! 

Fokus pada baterai buatan Cina

Sebagian besar kekhawatiran publik berfokus pada baterai buatan Cina yang kini banyak digunakan oleh produsen mobil dalam kendaraan mereka.

Mercedes-Benz yang terbakar di Incheon dilengkapi dengan baterai buatan Farasis Energy, sebuah perusahaan Cina yang kurang dikenal.

"Ini bukan kasus yang terisolasi karena telah terjadi serangkaian kebakaran serupa pada kendaraan listrik dalam beberapa bulan terakhir," kata Song Young-chae, seorang profesor teknik lingkungan Korea Selatan yang tinggal di Seoul. Ia mengendarai mobil berbahan bakar bensin konvensional.

"Setelah melihat kebakaran Incheon di televisi, saya pikir orang-orang semakin khawatir dan enggan untuk membeli kendaraan listrik," katanya kepada DW.

Produsen EV beri potongan harga

Menanggapi seruan pemerintah untuk lebih transparan, produsen mobil mulai memberikan rincian pemasok baterai di situs web mereka untuk pasar Korea Selatan.

Langkah ini sebelumnya tidak diwajibkan di Korea Selatan, tetapi diharuskan di beberapa bagian dunia lainnya, termasuk di Uni Eropa.

Mercedes-Benz Korea awalnya dikritik karena tanggapannya yang dianggap setengah hati terhadap kebakaran di Incheon, tetapi kini tampaknya berusaha membangun kembali reputasinya.

CEO Mercedes-Benz Korea Mathias Vaitl berbicara dengan sekitar 150 penduduk kompleks apartemen tempat kebakaran terjadi, dan berjanji untuk mempertimbangkan bantuan keuangan tambahan bagi mereka yang terkena dampak insiden tersebut.

Mercedes-Benz awalnya mengumumkan bahwa mereka akan memberikan kompensasi sebesar 4,5 miliar won (sekitar Rp52,6 miliar), meskipun warga terdampak mengatakan bahwa angka tersebut tidak cukup.

"Kami sangat ingin mendukung di mana pun diperlukan dan membantu orang-orang di sini yang terkena dampak insiden ini," kata Vaitl kepada jurnalis lokal.

Ia menambahkan bahwa perusahaan sedang mempertimbangkan untuk menghentikan penjualan model mobil yang terbakar atau mengumumkan penarikan kembali, tetapi keputusan akhir akan diambil setelah penyebab insiden ini diketahui.

Beberapa produsen mobil juga menanggapi kecaman publik dengan menawarkan pemeriksaan gratis terhadap kendaraan listrik, sementara yang lain berusaha mengatasi "EV-phobia" dengan menurunkan harga.

The Korea Times melaporkan bahwa Audi Korea telah memotong harga Audi e-tron 55 quattro lebih dari 29% dan 24,5% untuk model lainnya. BMW Korea juga mengurangi harga sedan listrik iX xDrive 50 sebesar 12,9% dan i7 xDrive 60 sebesar 12,7%.

Baterai Kompak dan Lebih Murah bagi Otomotif Masa Depan

04:10

This browser does not support the video element.

Konsumen tetap berhati-hati

Meskipun ada penurunan harga, The Korea Times juga melaporkan bahwa jumlah pendaftaran EV baru di Korea Selatan turun 13,4% dalam tujuh bulan dari Januari dibandingkan periode yang sama satu tahun sebelumnya.

Lee Eun-koo, yang bekerja untuk sebuah LSM di Seoul, mengatakan bahwa dia telah mencoba meyakinkan saudara perempuannya untuk tidak melanjutkan rencananya membeli EV.

Kebakaran EV di Incheon memakan waktu lebih dari 8 jam untuk dipadamkan dan merusak lebih dari 120 mobilFoto: Yonhap/REUTERS

"Dia tampaknya ingin melanjutkan karena EV lebih baik untuk lingkungan, tetapi saya harus bertanya seberapa amankah mereka karena kebakaran ini," katanya kepada DW. "Saya berharap bisa membujuknya untuk tidak membeli."

Park Jung-won, seorang profesor Hukum Internasional di Universitas Dankook, juga enggan untuk menukar mobil konvensionalnya dengan EV.

"Para produsen harus melakukan lebih banyak untuk memastikan keamanan EV dan pemerintah harus membuat peraturan yang lebih ketat," katanya.

"Sesuatu harus dilakukan karena mobil adalah bagian penting dari ekonomi Korea dan berita tentang kebakaran yang disebabkan oleh baterai akan memengaruhi produsen dan eksportir," katanya kepada DW.

(rs/ha)

 

Julian Ryall Jurnalis di Tokyo, dengan fokus pada isu-isu politik, ekonomi, dan sosial di Jepang dan Korea.