1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Kasus Pelecehan Seksual Picu Sentimen Anti Pengungsi

6 Januari 2016

Belasan perempuan digerayangi dan dilecehkan oleh pemuda berwajah Arab saat perayaan tahun baru di Jerman. Pelakunya berjumlah ratusan. Insiden tersebut memicu lagi perdebatan sengit mengenai pengungsi.

Köln Hauptbahnhof Vorplatz
Setasiun kereta Köln, JermanFoto: picture-alliance/dpa/O. Berg

Malam bergerak cepat jelang pergantian tahun, saat ribuan berpesta di depan stasiun kereta kota Köln, Jerman. Aroma petasan dan kembang api menggelayut di udara. Segalanya terkesan lumrah, kecuali teriakan dan isak tangis perempuan yang sayup sayup terdengar dari kerumunan massa.

Tidak seorangpun menyangka perayaan yang selalu menyedot penduduk untuk turun ke jalan itu bakal menyisakan trauma. Anggota kepolisian yang bergegas, mendapati beberapa remaja perempuan yang menjadi korban "kejahatan dengan dimensi yang belum pernah kami lihat sebelumnya," tutur Menteri Kehakiman Jerman, Heiko Maas beberapa hari kemudian.

Mereka, perempuan muda di awal usia 20an, dikerubungi oleh belasan hingga puluhan laki-laki berparas timur. Tas, ponsel dan benda berharga lain dirampas. Tubuh mereka "digerayangi". Seorang mengaku "celana dalamnya dibuka paksa". Yang lain masih dirawat karena "diperkosa". Sampai berita ini diturunkan sudah hampir 100 pengaduan pelecehan seksual dan perampasan harta benda masuk ke kantor polisi Köln.

"Apa yang mereka alami adalah horror," tutur seorang polisi kepada media.

Berbagai keterangan saksi mata menyebut pelakunya adalah laki-laki bertampang Arab yang diduga kuat berasal dari Afrika Utara dan berjumlah 300 hingga 500 orang . Kebanyakan dalam kondisi mabuk. Setelah saling melempar petasan, mereka lalu berpencar dalam grup besar buat mencari korban dalam temaram malam tahun baru.

Germany stunned by rash of New Year's sex assaults

01:25

This browser does not support the video element.

Kejahatan terorganisir

Menteri Kehakiman Maas menyebut apa yang terjadi di Köln pada malam pergantian tahun itu "kejahatan yang terorganisir". Kanselir Angela Merkel mendesak kepolisian agar secepat mungkin "menyeret mereka ke pengadilan, dan menghukum berat. Terlepas dari latarbelakang negara asalnya."

Kanselir Merkel berupaya membatasi insiden di Köln pada sisi hukum semata, karena asal usul pelaku justru sedang memicu perdebatan sengit tentang pengungsi di Jerman. "Lama menjadi tabu, tapi kita harus mulai membahas norma dominasi lelaki di dalam tradisi Muslim yang melegitimasi kekerasan ," tulis Bekas Menteri urusan Perempuan Jerman, Krstina Schröder di Twitter.

User lain menanggapi dengan nada sindiran. "Dulu #refugeeswelcome, lalu kalian tidak mau dilecehkan oleh mereka? Tunjukkan lah sedikit toleransi," tulis Sarah di Twitter.

Selasa (5/1/16) ratusan orang berdemonstrasi di depan Kathedral Köln. Beberapa membawa spanduk yang salah satunya bertuliskan, "Merkel, apa yang anda telah perbuat? Ini mengerikan."

Ironisnya, insiden Köln tidak cuma digunakan kaum ekstrim kanan buat menggiring opini publik ihwal pengungsi, melainkan juga oleh kaum konservatif, antara lain beberapa punggawa partai Kristen Demokrat pimpinan Merkel sendiri.

Sebab itu pemerintah Jerman berupaya sebisanya meluruskan arah perdebatan. Menteri Dalam Negeri Thomas de Maizière menghimbau agar masyarakat tidak menimpakan kesalahan pada pengungsi, "yang mencari perlindungan di sini, entah dari negara manapun."

rzn/as (dpa,afp,rtr)



Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait