1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
PolitikUkraina

Kasus Spionase Rusia, Ukraina Pecat Sejumlah Pejabat Tinggi

20 Juli 2022

Parlemen Ukraina memecat Kepala Keamanan Ivan Bakanov dan Jaksa Agung Iryna Venediktova karena dianggap gagal mengungkap mata-mata Rusia. Intelijen Inggris menyebut Rusia sedang berjuang mempertahankan kekuatan tempur.

Ivan Bakanov dan Iryna Venediktova
Parlemen Ukraina memecat dua pejabat terkait kasus mata-mata Rusia, Ivan Bakanov (kiri) dan Iryna Venediktova (kanan)Foto: Valentyn Ogirenko/REUTERS

Parlemen Ukraina memecat Kepala Keamanan Ivan Bakanov dan Jaksa Agung Iryna Venediktova pada Selasa (19/07). Pemecatan itu terjadi hanya dua hari setelah Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menjatuhkan skors kepada kedua pejabat itu karena gagal dalam menjaga keamanan Ukraina dari mata-mata Rusia.

Ivan Bakanov dipecat dari posisinya sebagai Kepala Dinas Keamanan Ukraina (SBU) oleh mayoritas suara di parlemen. Sementara Iryna Venediktova juga dicopot oleh anggota parlemen dari perannya sebagai Jaksa Agung. Pada hari yang sama, Zelenskyy memecat Volodymyr Horbenko dari jabatan Wakil Kepala SBU.

Kepala SBU Bakanov, yang merupakan teman masa kecil Zelenskyy, dan Jaksa Agung Venediktova dipecat karena temuan sejumlah kasus yang melibatkan keduanya dengan lembaga yang mereka pimpin di wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia.

Dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan di Telegram hanya beberapa menit sebelum pemecatannya dikonfirmasi oleh parlemen, Bakanov mengakui "salah perhitungan" telah dibuat selama masa jabatannya, tetapi dia tetap bangga dengan rekornya.

Kepala daerah dipecat di Ukraina

Dalam serangkaian dekrit, empat kepala daerah Ukraina yakni di Sumy, Dnipropetrovsk, Transcarpathia, Zhytomyr, dan Poltava dipecat dari posisi mereka. Keempat kepala daerah ini kehilangan pekerjaan pada hari Selasa (19/07).

Presiden Ukraina telah meluncurkan pembersihan besar-besaran di tingkat yang lebih tinggi, di tengah banyak kasus pembelotan ke Rusia di wilayah-wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia.

Inggris: Rusia 'berjuang untuk mempertahankan kekuatan tempur' di Ukraina

Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan pada hari Selasa (19/07) bahwa Rusia terus berjuang untuk mempertahankan kekuatan tempur ofensif yang efektif sejak awal invasi. Lembaga itu menambahkan bahwa hal ini berpotensi membuat perang di Ukraina menjadi semakin akut bagi Rusia.

Inggris mengatakan Moskow masih "secara nominal" menerjunkan enam pasukan terpisah untuk serangan Donbas, tetapi laporan itu menyebut bahwa jumlah pasukan Rusia telah menurun secara signifikan.

Menurut Kementerian Pertahanan Inggris, serangan balik dari Ukraina telah membuat perencanaan militer Rusia menjadi kalang kabut. Hal ini tidak lepas dari upaya Moskow untuk merebut wilayah Donetsk.

"Selain menghadapi kekurangan personel yang parah, para perencana Rusia menghadapi dilema antara mengerahkan cadangan ke Donbas atau bertahan melawan serangan balik Ukraina di sektor Kherson barat daya,” ungkap Kementerian Pertahanan Inggris.

Inggris juga menyebut, "sementara Rusia masih dapat memperoleh keuntungan teritorial lebih lanjut, tempo operasional dan tingkat kemajuan mereka kemungkinan akan sangat lambat tanpa jeda operasional yang signifikan untuk reorganisasi dan reparasi.”

Serangan Rusia mengenai beberapa sasaran di Ukraina

Pejabat Ukraina telah melaporkan beberapa serangan rudal Rusia di seluruh Ukraina.

Di kota timur Kramatorsk, setidaknya satu orang tewas saat serangan udara menghantam sebuah bangunan perumahan berlantai lima, menurut gubernur regional.

Seorang pria berusia 75 tahun juga meninggal karena luka-luka akibat penembakan di wilayah Kharkiv dalam 24 jam terakhir, kata Gubernur Oleh Synegubov.

Sementara itu, rekaman menunjukkan bangunan bata yang rusak parah di kota pelabuhan Laut Hitam Odesa, di mana para pejabat mengatakan empat orang terluka dan rumah-rumah terbakar habis.

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan serangan di desa Bilenke di Odesa menyasar militer Ukraina dan "menghancurkan gudang amunisi untuk senjata yang dipasok oleh Amerika Serikat dan negara-negara Eropa."

Ukraina: Roket yang lebih presisi akan menjadi 'mengubah permainan'

Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov meminta negara-negara Barat untuk meningkatkan pasokan sistem roket presisi.

Amerika Serikat sejak Juni lalu telah mengirimkan delapan Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi M142 (HIMARS) ke Ukraina. Sistem senjata ini mampu mencapai target dengan tingkat akurasi yang tinggi dalam jarak 80 kilometer.

"Sistem ini memungkinkan kami untuk menghancurkan sekitar 30 stasiun komando dan gudang amunisi,” kata Reznikov kepada lembaga think tank Dewan Atlantik.

Namun, Reznikov mengatakan lebih banyak sistem senjata HIMARS akan dibutuhkan. "Untuk serangan balik yang efektif, saya pikir kita membutuhkan setidaknya 100 orang,” katanya. Ia menambahkan, "penambahan itu bisa menjadi pengubah permainan di medan perang.”

Presiden AS menjamu ibu negara Ukraina di Gedung Putih

Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska dijadwalkan akan berpidato di depan Kongres pada Rabu (20/07)Foto: UPI Photo/IMAGO

Sementara itu, Ibu Negara Ukraina Olena Zelenska disambut di Gedung Putih oleh Presiden AS Joe Biden dan istrinya Jill Biden. Zelenska diperkirakan akan menyampaikan pidato di depan Kongres pada hari Rabu (20/07). 

"Ketika saya kembali, salah satu hal yang saya katakan adalah Anda tidak bisa pergi ke zona perang dan kembali dan tidak merasakan kesedihan dan rasa sakit orang-orang," kata Jill Biden di awal pertemuan mereka.

Dia mengatakan diskusi telah diadakan dengan timnya untuk membantu mengatasi masalah kesehatan mental bagi ibu dan anak-anak yang telah menderita karena perang.

rs/ha (dpa, AFP, AP, Reuters)

 

Lewatkan bagian berikutnya Topik terkait