Bisakah tempe “go internasional“? Berbagai pihak terus mengupayakan agar produk Indonesia ini bisa lebih terkenal secara internasional.
Iklan
Di dunia internasional, tempe dikenal oleh kaum vegetarian. Tempe dimanfaatkan sebagai pengganti daging sebagai sumber protein. Tempe mulai dikenal di Eropa melalui orang-orang Belanda. Dengan hashtag #KitaBangsaTempe, digelar kampanye untuk mengupayakan agar tempe bisa go international.
Berikut komentar-komentar seputar tempe:
Priadi Tidak perlu " go internasional " segala, yang penting buat Rakyat Indonesia adalah harga kedelai import "stabil/terjaga" dan produk kedelai dalam negeri ditingkatkan, tentunya keduanya oleh Pemerintah Indonesia. Jadi, Rakyat Indonesia tetap bisa mengkonsumsi Tempe selamanya.....
5 Masakan Indonesia yang Dikenal Dunia
Restoran masakan Indonesia masih cukup langka di Jerman, kalah jauh jumlah dengan restoran Cina, Jepang atau Korea. Walau demikian, ada beberapa masakan Indonesia yang cukup populer di dunia internasional.
Foto: imago/Westend61
Nasi Goreng
Jangan berharap akan selalu mendapat nasi goreng seperti di Indonesia, kalau Anda memesannya di luar negeri. Seperti di kantin Deutsche Welle misalnya, nasi goreng itu dibuat dari nasi yang ditanak dan disiram dengan kuah kari.
Foto: picture-alliance/dpa/Stockfood
Mie Goreng
Walau pun namanya "mie", Anda bisa-bisa disajikan mie goreng yang dibuat dari spaghetti atau makaroni yang digoreng bersama sayur-sayuran.
Foto: imago/AFLO
Gado-gado
Masakan ini di Jerman masuk kategori salat. Jadi bisa disantap sebagai makanan pembuka. Satu rasa yang hilang dari gado-gado versi Barat adalah jeruk purut.
Foto: picture-alliance/dpa/Jurnasyanto Sukarno
Rendang
Yang khas dari rendang Indonesia adalah rasanya yang pedas. Tapi, di restoran Indonesia di Jerman, rasa rendangnya sudah disesuaikan untuk lidah orang Barat dengan tidak menggunakan terlalu banyak cabai.
Foto: picture-alliance/Asia News Network/Jofelle P. Tesorio
Sate
Masakan ini banyak variasinya di Jerman. Tusukan dengan beberapa jamur saja disebut sebagai sate jamur. Dan sate yang biasanya dibakar di atas arang, di Barat cukup dimasukkan ke dalam oven saja.
Foto: imago/Westend61
5 foto1 | 5
Annie Pwt tempe memang udah international di sekitar asia,tp yg penting para pedang tempa tidak kesusahan mencari kedalainya,skg mau di komsumsi local aja para pembuat tempe udah kewalahan karena kurang bahan,yaitu kedele
Vito Cahyono Tiap hari adalah hari tempe.kl gk gitu gk dpt rejeki.gk perlu go interntional...yg penting harga kedele murah.kl mahal sy gk bisa jualan.....temmmpeeeee...
Rizmaaivii inilah khas indonesia yg tdak asing bagi smua rakyat dunia kalau mkanan luar negri yg lain bisa knapa TEMPE enggak
Kasriati Martadisastra Bisa, dengan adanya tempe di dunia produsen dan pertanian kedelai dunia akan banyak yang terbantu hidupnya! Masyarakat Jepang menggemari semua produk makanan berasal dari kedelai.
Tri Yani Selamat hari tempe sedunia.tempe adl makanan sderhana tp banyk manfaat bila d konsumsi.aku bangga tempe makan kas indonesia
Agusman Sitorus harus bangga itu dg produk dalam negri sendiri,kalau bukan kita siapa siapa lagi,jangan sampai di klaim/diaku sama orang luar.
Citarasa Indonesia di Schwarzwald
Chef Degan Septoadji menggelar promosi masakan Indonesia di Schwarzwald, Jerman. Kebetulan ia fasih berbahasa Jerman, sehingga mampu menjelaskan budaya dan cerita di balik kuliner Indonesia.
Foto: Nike Kurnia
Mahal Mengenal Indonesia
Selain membuat set dinner, Chef Degan Septoadji juga menggelar kelas memasak bagi tamu Hotel Traube Tonbach dan warga di sekitar Baiersbronn, Schwarzwald. Biaya kelas memasak untuk setiap peserta mencapai 175 Euro atau Rp. 2.700.000,-. Dari jam 10 pagi hingga pukul 4 sore, para peserta diajarkan cara membuat empat hidangan Indonesia serta cara membuat dua bumbu.
Foto: Nike Kurnia
'Bahan-Bahan Lokal'
Hampir 98 persen bahan masakan Indonesia untuk kelas memasak dan set dinner bisa didapatkan di Schwarzwald. Hanya dua hal yang tidak ada, yakni kencur dan daun salam.
Foto: Nike Kurnia
Belajar Mengulek
Ulekan seberat 7 kilogram diboyong dari Indonesia. Dan para peserta kelas memasak diajari cara mengulek bumbu rujak.
Foto: Nike Kurnia
Sangat Tidak Jerman
"Kalau di Indonesia paling asyik makan rujak itu di-cowel langsung," jelas chef Degan kepada peserta kelas memasak. Ia menjelaskan bagaimana biasanya orang Indonesia berkumpul ramai-ramai lalu makan bersama-sama. Dan itu dicontoh oleh para peserta, dan lucunya mereka tidak bisa berhenti. Ini pemandangan yang langka di Jerman. Tidak biasanya orang Jerman berbagi piring.
Foto: Nike Kurnia
Sorbet Rasa Rujak
Chef Degan mengakui bahwa hidangan penutup di Indonesia itu tidak semaju di Eropa, tapi menurutnya dengan bumbu dan rasa khas Indonesia, bisa juga dibuat perpaduannya. Contohnya sorbet rasa rujak dengan bumbu kacang dan buah-buahan seperti terlihat dalam foto. Jadi para peserta kelas memasak di Hotel Traube Tonbach bisa melihat serta merasakan rujak versi tradisional dan versi kontemporernya.
Foto: Nike Kurnia
Modifikasi 'Asli Indonesia'
Semua rasa tetap sama seperti citarasa asli Indonesia, namun pedasnya dikurangi. Seperti hidangan pembuka kerang dengan acar kuning dalam foto. Kalau mau pedas tinggal gigit cabai utuh yang turut disajikan. Di meja pun disediakan empat macam sambal: sambal terasi, sambal hijau, sambal matah dan sambal kecap.
Foto: Nike Kurnia
Harus Pintar Mengemas
"Masalahnya pada masakan Indonesia itu adalah dari segi penyajiannya, kalau memasak seperti biasa itu penampilannya kurang menarik. Dan orang barat itu banyak makan pakai mata," ujar Degan Septoadji seraya memberi masukan bagi koki-koki muda Indonesia yang ingin berpromosi di luar negeri.
Foto: Nike Kurnia
Mengenal Budaya Lewat Lidah
Melalui hidangannya, chef Degan turut menjelaskan budaya Indonesia, "Mengapa cara membuatnya seperti ini, dan biasanya kapan hidangan ini disantap di Indonesia." Contohnya sop buntut yang dibuat sebagai hidangan pembuka di Jerman, tapi ia jelaskan bahwa kalau di Indonesia sop buntut adalah hidangan utama sehingga disantap dengan nasi.
Foto: Nike Kurnia
Tak Kalah Bersaing
Persaingan yang dihadapi chef Degan tidak tanggung-tanggung, sedikitnya ada 17 restoran berbintang Michelin di wilayah Schwarzwald, dan Hotel Traube Tonbach sendiri menjadi rumah bagi restoran Schwarzwaldstube yang mendapat tiga bintang Michelin. Hebatnya, sang chef yang sempat tinggal di Jerman ini sudah diundang lagi untuk menggelar promosi kuliner Indonesia pada tanggal 10-21 Agustus 2015.
Foto: Nike Kurnia
9 foto1 | 9
Cirebon Rattan tempe hasil itu kreativitas masa lalu, satu karya leluhur kita. mau tanya, kita sendiri sdh menciptakan apa untuk masa depan? makanya, jangan ribut terus. bangsa dan umat kita masih hidup dalam keterbelakangan, kemiskinan dan kebodohan.
Cari produk makanan halal di Jerman? Tidak masalah. Di Jerman, dapat ditemukan produk-produk makanan maupun supermarket halal. Pembelinya bukan hanya umat Muslim.
Foto: picture-alliance/dpa/L. Maillard
Di antaranya terdapat di toko-toko Turki
Lebih dari 5% penduduk Jerman atau lebih dari 4 juta orang di Jerman beragama Islam. Itu sebabnya banyak produsen bahan makanan halal melirik pasar di Jerman. Produk mereka biasanya dapat ditemukan di toko-toko yang dikelola warga Jerman keturunan Turki.
Foto: picture-alliance/dpa
Bersertifikasi halal
Meski banyak toko Turki yang menyediakan produk-produk halal, supermarket 'Halalkauf' di Köln menjadi yang pertama kali mencantumkan sertifikasi halal di Jerman. Sertifikat ini dicantumkan di salah satu pilarnya, lengkap dengan keterangan mengenai kehalalan produk dan supermarket itu.
Foto: DW/J.Fraczek
Pelanggannya dari berbagai kalangan
Tiap harinya terdapat ratusan pelanggan yang menyambangi toko ini. Pembeli bukan hanya warga Turki atau beragama Muslim, warga etnis dan mereka yang beragama lain juga kerap berbelanja di sini.
Foto: DW/J.Fraczek
Dari yang segar hingga olahan
Buah-buahan dan sayuran segar dapat ditemukan di pintu masuk supermarket 'Halalkauf'. Di rak-rak supermarket berjajar jenis beras dan biji-bijian, saus, manisan, dan permen. Di bagian belakang supermarket dijual daging-daging segar dan daging olahan seperti sosis misalnya. Semua daging dipotong sesuai dengan aturan dalam agama Islam.
Foto: picture-alliance/dpa
Bisnis keluarga
Supermarket ‘Halalkauf‘ merupakan bisnis keluarga. Supermarket ini dibuka pada bulan Februari 2013 di distrik Ehrenfeld, Köln. Adem Devecioglu, salah satu dari empat bersaudara yang mengelola toko ini mengatakan, pelanggan menghargai kesegaran produk dan ramahnya pelayanan mereka. Sehari-hari dapat terlihat pemandangan, dimana pelanggan asyik mengobrol dengan pengelola toko.
Foto: DW/J.Fraczek
Peluang emas produk makanan halal
Laporan Global Islamic Economy menyebutkan, pertumbuhan makanan dan gaya hidup halal akan tumbuh 10,8% hingga tahun 2019. Dan nilai dari industri di sektor ini akan mencapai sekitar 50 triliun rupiah. Kini, di kota Bonn, dimana DW berada, juga dapat ditemui beberapa toko dan supermarket yang menjual produk-produk makanan halal.
Foto: picture-alliance/dpa
Pengusaha Indonesia tak mau ketinggalan
Baik pengusaha Jerman, maupun negara-negara lain, juga melihat peluang bagus di tengah boomingnya produk halal. Produsen makanan Indonesia pun tak mau ketinggalan, mereka berlomba mengekspor produk halal ke Jerman.